Bab 5 Kaki Palsu 2

316 11 0
                                    

Semenjak mimpi tersebut, Ayah terus-terusan kepikiran hingga pagi ini sebelum pergi ke kantor. Sebuah pertanyaan yang muncul di benak Ayah "Bagaimana bisa??".

"Bagaimana bisa Afnan berjalan dengan kaki palsu??"

"Apa iya aku mengabuli permintaan Dokter tersebut??" Tanya Ayah dalam dirinya sendiri.

"Iya, mungkin mimpi itu adalah pertanda Allah untuk memberikan aku keputusan untuk Afnan putraku"

"Iya, aku harus menyetujuinya" kesepakatan dalam diri Ayah.

***


Setelah merenungi akan mimpinya, Ayah langsung mendapatkan dan langsung memberikan persetujuan atas usulnya.

Dan Ayah langsung menghampiri Ibu yang sedang memberi makan pagi kepada Afnan.

"Ibu... Afnan..." teriakan Ayah memanggil Ibu dan Afnan.

"Ada apa yah??" Sahutan Ibu.

"Ayah tadi merenungi usulan Ibu dan Dokter, terkait pemasangan kaki palsu kepada Afnan" Ayah yang memulai percakapan.

"Jadi bagaimana yah??" Timpal Ibu akan perkataan Ayah yang belum selesai.

Dengan memasang wajah memelas ayah berkata "Jadi Ayah memutuskan??" "Tidak??". Jawaban di luar ekspektasi dari dugaan Ibu.

Ayah sedikit tersenyum lebar terkait muka Ibu yabg sedih akan keputusan Ayah.

"Jangan sedih" timpal Ayah yang melihat wajah Ibu.

"Bagaimana nggak sedih?? Ayah tidak mengizinkan Afnan untuk menggunakan kaki palsu" timpal Ibu yang matanya sudah siap meneteskan air mata.

"Bukan seperti itu bu, maksud Ayah tidak salah lagi memasang kaki palsu untuk Afnan, Ayah juga akan senang bila suatu saat nanti Afnan bisa berjalan seperti biasanya" jawab Ayah yang sambil tertawa.

"Ayah... Ibu kira Ayah nggak setuju, lihat itu Afnan Ayah kamu, dari dulu nggak pernah berubah" jawab Ibu yang langsung memindahkan topik sangking gembiranya.

"Terima kasih Ayah" ucapan terima kasih akan keputusan Ayah.

"Sama-sama, kok Afnan nggak bilang terima kasih sama Ayah" jawab Ayah dan meminta Afnan untuk berterima kasih padanya.

"Terima kasih Ayah" ucapan yang keluar dari mulut Ibu yang sambil menggerakkan tangan Afnan.

"Sama-sama Afnan" jawab Ayah.

***


Setelah mendengar keputusan Ayah, Ayah langsung berpamitan kepada Ibu dan Afnan

"Ayah berangakat ke kantor dulu ya" pamit yang diberikan Ayah kepada Ibu dan Afnan.

"Iya yah, hati-hati" jawab Ibu yang langsung menjulurkan tangannya guna meminta salam kepada Ayah, diikuti Afnan yang tangannya dijulurkan oleh Ibu.

"Assalamualaikum" salam Ayah yang siap berangkat.

"Waalaikumussalam" jawaban salam dari Ibu.

***


Setelah mendengar keputusan Ayah. Ibu secepatnya menghubungi Dokter memberi tahu bahwa Ayah telah setuju atas usulnya.

"Selamat pagi Dok, saya Ibu Narashima" sapa Ibu melalui via telepon.

"Selamat pagi bu, ada yang bisa saya bantu?" Jawab Dokter.

"Iya dok, saya akan bercerita akan usulan Dokter kemarin, Suami saya menyetujui terkait pemasangan kaki palsu kepada Anak saya" Ibu yang menceritakan kepada Dokter terkait keputusan Ayah.

"Baik, saya akan menyiapakan peralatannya untuk besok pagi" tegas Dokter.

"Baik dok, selamat pagi" jawab Ibu.

"Baik, selamat pagi bu" jawab Dokter

***


Lihatlah ekspersi Ibu, alangkah gembiranya Ibu memasangkan kaki palsu kepada Afnan besok pagi.

Dan lebih gembira lagi, ketika Ayah dan Ibu melihat Afnan pertama kali berjalan menghampiri mereka. Ketika Ayah dan Ibu memanggil Afnan untuk datang.

Besok adalah hari dimana Afnan akan memakai kaki palsunya. Dan belajar berjalan untuk pertama kalinya.

***


Dan hari dinanti pun tiba, keluarga besar Candrakumara ditemani Udin supir pribadi mereka berangkat menuju ke runah sakit. Untuk memasangkan kaki palsu kepada Afnan.

Sesampainya mereka di rumah sakit, seperti biasa mereka langsung ke ruangan Dokter langganannya. Tanpa harus bertanya-tanya.

"Selamat pagi Dok" sapa Ayah ketika masuk ruangan Dokter.

"Selamat pagi pak Candrakumara" jawab Dokter yang telah siap menyambut keluarga Ayah.

Setelah saling sapa, maka kini waktunya untuk pemasangan kaki palsu untuk Afnan.

"Bisa dimulai pak??" Tanya Dokter kepada Ayah.

"Silahkan Dok" jawab Ayah.

***


Setelah kurang lebih tiga puluh menit, pemasangan kaki palsu Afnan sudah selesai, dan kini sudah dapat digunakan oleh Afnan.

Lihatlah, Afnan sama sekali gembira atas apa yang telah dipasang oleh Dokter pada dirinya. Bahkan iya semapt menggerak-gerakkan kakinya palsunya. Dan sesekali menyentuhnya.

Mungkin iya gembira akan hal itu. Kini Ayah dan Ibu tinggal menunggu keajaiban untuk Afnan berjalan. Seperti orang lain walaupun menggunakan alat bantu.

***


Setelah selesai memasangkan kaki palsu kepada Afnan, Dokter menghampiri Ayah dan Ibu untuk bertanya sesuatu.

"Oh iya pak, bu, untuk proses pelatihan berjalan Anak Bapak, Ibu bagaimana??" Tanya Dokter. "Apakah setiap hari, seminggu sekali, atau bagaimana" lanjut Dokter.

Tanpa menungu waktu lama, Ayah langsung menjawab pertanyaan Dokter.

"Untuk permulaan saya meminta setiap hari, namun saya tidak bisa menemani, mungkin Istri saya nanti yang akan menemaninya" jawab Ayah dan langsung menoleh ke arah Ibu.

"Iya dok, nanti saya yang akan menemaninya" jawab ibu.

"Baik, dengan senang hati kami menerima usulan Bapak" tegas Dokter.

Tak lama berbincang-bincang dengan Dokter, Ayah dan Ibu berpamitan untuk pulang.

"Baik dok, karena waktu sudah agak siang kami izin untuk pulang" permintaam Ayah kepada Dokter.

"Oh iya pak, untuk besok mungkin jam 08.00 sudah ada disini Anak bapak" tegas Dokter yang memberi jadwal untuk proses belajar berjalan Afnan.

"Baik dok" jawab Ayah dan langsung menjulurkan tangan untuk bersalaman sebagai tanda perpisahan.

***



Si Anak Cacat [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang