Bab 8 Bercerita 1

185 9 1
                                    

Sore pun tiba, menandakan waktu dimana Ayah pulang dari kantor. Namun sore ini cukup berbeda dari sebelumnya. Ayah tak kunjung pulang, membuat Ibu khawatir. Ibu takut terjadi sesuatu pada Ayah.

Tak lama kemudian, telepon genggam Ibu berbunyi. Ternyata suara Ayah, yang izin pulang agak malam karena pekerjaan kantor amat banyak dan belum terselesaikan.

***


"Assalamualaikum bu" suara Ayah yang memberi salam melalui telepon.

"Waalaikumussalam yah" jawaban salam Ibu kepada Ayah.

"Maaf ya Ayah telat memberi kabar, hari ini Ayah belum bisa pulang cepat, karena tugas di kantor menumpuk" lanjut Ayah yang memberi kabar kepada Ibu.

"Aduh Ayah, Ibu mulai khawatir kenapa Ayah belum pulang sampai sekarang" jawab Ibu yang dari tadi mengkhawatirkan Ayah.

"Hehe... maafin Ayah ya" rayuan Ayah kepada Ibu.

"Iya yah, semangat Ayah kerjanya" jawab Ibu yang sambil memberi semangat kepada Ayah.

"Iya, terima kasih Ibu" jawab Ayah. "Assalamualaikum" lanjut Ayah yang memberi salam kepada Ibu.

"Sama-sama yah, waalaikumussalam" jawab Ibu yang sambil menutup pembicaraan melalui telepon.

Setelah menutup telepon dari Ayah, Ibu baru ingat mengapa ia tidak menceritakan belajar jalan Afnan pagi ini.

"Astagfirullah, kok bisa sampai lupa sih. Padahal Aku udah niat banget mau cerita sama Ayah tentang perkembangan Afnan" celotehan Ibu kepada dirinya.

"Ya sudah lah, besok kan hari sabtu. Hari di mana Ayah libur dari kantor. Besok Aku akan bercerita kepada Ayah" lanjut Ibu.

***


Jam berdentang pukul 20.00 Wib, namun Ayah tak kunjung pulang. Rasa khawatir Ibu timbul kembali. Dan Ayah pun tidak menghubungi Ibu mengapa Ayah belum pulang sampai sekarang.

Tiba-tiba terdengar suara lelaki dari pintu. Di rumah hanya ada Ibu, Afnan dan Sartina. Sementara Udin dari tadi Maghrib belum pulang dari Masjid, padahal Waktu Isya sudah berlalu setengah jam yang lalu.

Mengingat Sartina memiliki rasa takut yang kuat. Akhirnya Ibu memutuskan untuk membuka pintu seorang diri. Walaupun Ibu sedikit ketakutan.

Namun tatkala Ibu berada di dekat pintu, suara ketukan pintu terasa lebih cepat. Ibu takut ada sesuatu kepada Ayah. Sehingga Ibu memutuskan untuk lari-lari kecil untuk cepat membuka pintu.

Dan ternyata...

"Ayah... Ibu dari tadi ketakutan tahu, kirain siapa yang dari tadi mengetuk pintu??" Ujar Ibu yang ketakutannya sudah mulai mereda.

"Maafin Ayah ya, Ayah cape banget nih. Jadi tidak sempat memanggil Ibu atau yang lainnya" jawab Ayah dengan suara lesu.

Si Anak Cacat [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang