Remaja Tampan

777 158 19
                                    

Suasana kafe terlihat ramai di sore hari oleh berbagai macam pengunjung baik dari kalangan muda hingga tua tampak ramai memenuhi ruangan. Tidak ketinggalan di sudut ruangan terdapat dua sofa panjang dan satu sofa kecil saling berhadapan saat ini diisi oleh enam orang.

Di mana mereka sejak tadi telah mencuri perhatian pengunjung lain khususnya dikalangan para remaja. Bagaimana tidak, jika pemandangan mereka lihat adalah kumpulan cowok-cowok mempesona dengan satu cewek cantik.

"Kenapa diam Jessi? Kita tungguin jawabanmu sejak tadi." Stevan bertanya santai.

"Kenapa aku mesti jawab? Pertanyaan kalian ajukan sungguh nggak penting," Ucap Jessi menatap mereka satu per satu.

"Bagi kita penting." Arga menjawab tegas.

"Aku pikir kalian ngajakin aku ke sini untuk bersenang-senang. Tapi malah sebaliknya kalian bikin mood-ku rusak." Ekspresi gadis itu benar datar dia bahkan tidak menunjukkan emosi sedikit pun.

"Kamu ketua osis, seharusnya kamu bisa bersikap baik pada siapa pun. Baik itu Adik kelas maupun seangkatan tapi kenapa hanya seorang murid baru, dia nggak mau ikut peraturan konyolmu harus kamu bikin semenderita itu."

Jessi menatap Gilang dengan sorot mata tajam, "Wow. Hebat ya cewek cupu itu bikin seorang Gilang, jadi ngomong panjang lebar kayak gini."

"Jessi tolong ngerti, kita nggak mau debat denganmu." Jawab Gilang penuh kesabaran.

"Kalau kalian nggak mau debat sama aku, jangan bahas cewek cupu itu ini jadi urusanku. Kalian nggak berhak untuk ikut campur karena peraturan aku buat nggak konyol, semua wanita sama menganggap rambut adalah mahkota indah mereka. Aku hanya menerapkan sistem kekompakkan untuk semua siswi di sekolah yaitu berambut panjang. Cewek cupu itu akan aku bikin kayak Kaila kedua bakal aku depak dari sekolah secepatnya."

Lalu Jessi beranjak berdiri dan menatap mereka satu per satu, "Aku pulang."

OOOOO

Vira tidak bisa tidur padahal jam sudah menunjukkan pukul tengah malam. Dirinya gelisah memikirkan segala hal mulai dari perubahan gaya penampilan, sekolah barunya, lima cewek berpenyakit gangguan kejiwaan, lalu terakhir lima cowok yang dijuluki prince's charming-nya sekolah.

"Tadinya kupikir dengan mengubah penampilan bakal rasain indahnya kedamaian di sekolah baru. Tapi faktanya nggak seindah apa yang diimpikan. Semua terasa berat dan aneh ya emang, nggak ada lagi cowok-cowok genit mengganggu, nggak ada lagi hadiah, kue, cokelat, surat berisikan puisi dan sebagainya di laci meja kelas setiap datang pagi. Tapi permasalahan dihadapi saat ini berbeda!" Vira berteriak frustasi sambil membenamkan wajahnya di bantal.

OOOOO

"Ini hari sabtu, kan?"

"Ya, kenapa? Masa kamu lupa hari pertama kepindahanmu sih." Goda Ratna kepada Anita.

"Habis sore-sore begini aku nggak lihat kedua anakmu."

Ratna tertawa, "Penasaran ya? Sama rupa kedua anak aku?"

"Iya dong, kamu pasti juga penasaran sama rupa anak tunggal aku."

Lagi-lagi mereka berdua tertawa sembari duduk santai di halaman rumah Anita. Mengobrol banyak hal sejak satu jam lalu sekaligus melepas rindu karena sudah lama tidak bertemu.

"Ini rasanya masih seperti mimpi setelah sekian lama berpisah. Kita berpisah sejak aku pindah ke Surabaya sampai saat ini kita sama-sama udah punya anak." Jelas Anita.

"Kalau dipikir-pikir, lama juga ya? kita baru bertemu lagi seperti ini. Tapi aku senang akhirnya kita bisa sedekat ini lagi. Tetanggaan dan aku senang saat tahu kedua anak kita ternyata satu sekolah."

Tak berselang lama, sebuah motor ninja hitam tampak memasuki halaman rumah Anita. Membuat wanita itu tersenyum dan menatap Ratna.

"Itu dia anakku baru pulang."

Ratna tampak antusias memperhatikan anak Anita yang sedang melepaskan helm, setelahnya berjalan menghampiri tempat duduk mereka.

"Sore Ma dan sore Tante," Sapa cowok itu.

"Sore, Sayang. Oh iya, kenalin ini sahabat lama Mama namanya Tante Ratna. Itu loh rumahnya di depan rumah kita."

"Salam kenal Tante," Sapanya tidak lupa menyalami tangan Ratna, "Aku masuk dulu ya Ma, mau mandi gerah habis latihan basket."

"Mandi habis itu makan dan setelahnya kamu keluar bentar ya Sayang, Tante Ratna sepertinya mau ngobrol lebih dekat denganmu." Ucap Anita pada anaknya.

Setelah anaknya memasuki rumah fokus Anita kembali tertuju kepada Ratna.

"Anakmu itu ganteng sekali Anita! Suami kamu aja kalah!" Ratna berseru senang, "Berapa umurnya?"

"Kamu itu terlalu memuji berlebihan. Umurnya delapan belas tahun, tapi emang iya sih anak aku itu ganteng, fans-nya juga banyak loh berasa artis."

"Kalau aku bisa balik ke masa muda, bisa naksir berat sama anakmu."

"Ratna ingat umur!" Respon Anita tertawa, "Kita ini udah mau masuk usia empat puluh. Mending kamu hubungi kedua anakmu, bilang mereka ada Tante cantik mau kenalan."

= = = = =

Tolong hargai penulis cerita ini, nggak susah kok untuk bikin penulisnya senang. Cuma minta vote dan kalau berkenan tinggalkan jejak kalian di komen.

Kalian pasti tahu menulis itu gak gampang. Butuh ide belum lagi sering ada typo, mengedit aja butuh waktu berhari-hari. Kalau yang mengerti tanpa dibilang pasti mengerti :)

Terima kasih dan salam,

Ayuhyda 🙏💋

PRINCE'S CHARMINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang