Tidak Sengaja

1K 145 15
                                    

"Hei, tunggu!"

Pulang sekolah Vira berlari di lorong mengejar seorang cowok yang dia kenali. Setelah memastikan cowok yang dipanggilnya berhenti berjalan baru dia bisa bernapas lega.

"Kamu Kak Gilang, kan?"

"Ada apa?" Jawab Gilang dingin.

"Dingin banget jawabnya Kak, bercanda. Aku mau bilang terima kasih karena Kakak tadi udah menolongku waktu di kantin," Kata Vira panjang lebar.

"Aku nggak merasa pernah menolongmu," Jawabnya sambil segera melangkah pergi.

"Kak Gilang aku belum selesai ngomong!" Teriak Vira.

"Kakak kita belum kenalan loh, aku Vira dicatat namanya biar nggak lupa!"

Vira bersyukur karena koridor sudah sepi saat bel pulang sekolah sudah berbunyi dua puluh menit yang lalu, sehingga dirinya tidak perlu merasa malu karena berteriak seperti ini.

OOOOO

Vira melangkah masuk ke dalam rumahnya dan langsung menuju meja makan, tangannya sibuk meraih gelas menuangkan air putih lalu meneguknya hingga habis. Dia duduk di kursi tanpa berniat untuk ganti baju.

"Eh, anak Mama udah pulang, gimana Sayang? Hari pertama di sekolah baru? Seru?"

"Seru dong Ma, menyenangkan dan sedikit aneh."

"Apanya yang aneh?"

"Oh, nggak kok Ma, seru dan menyenangkan."

"Hai Kakakku tersayang baru pulang ya? Gimana hari pertama di sekolah baru, kalau Dion sih seru banget," Ucap Dion-Adik Vira.

"Mau tahu aja atau mau tahu banget?!"

"Mama, Kak Vira resek!" Adu Dion pada Mamanya.

"Vira Adiknya jangan dijailin mulu, ganti baju sana habis itu makan."

Vira hanya membalas anggukan dan bersiap pergi ke kamarnya tapi Dion kembali mengadu pada Mamanya.

"Mama coba lihat Kak Vira, Dion yakin pasti Kakak diejek satu sekolah gara-gara pakai kacamata jadul begitu."

"Benar itu Vira?" Tanya Mamanya untuk memastikan.

"Kata siapa Ma, Dionnya aja sok tahu," Jawab Vira sambil mencubit lengan kiri Adiknya.

"Mama lihat Kak Vira lakukan KDRT!"

"Makanya jadi Adik tuh jangan nyebelin." Ucap Vira mengacak gemas rambut Adiknya yang berumur 14 tahun itu.

"Lagian kenapa sih Kak pakai kacamata itu? Jelek dan jadul, mata Kakak tuh sehat ngapain pake kacamata coba?" Tanya Dion gemas dengan kelakuan Kakaknya yang ada saja.

Vira menjitak kepala Adiknya dan berkata, "Sembarangan kamu ngomong. Gini-gini kacamata pemberian almarhumah Oma kita tahu, jadi terserah Kakak dong mau dipakai apa nggak, lagian dipakai buat gaya aja."

"Kalau buat gaya makin cakep ini muka Kakak jelek kayak kodok matanya besar banget. Waktu masih sekolah di Jakarta juga nggak kayak gini penampilannya."

"Kakak nyaman aja dengan penampilan baru seperti ini. Mau mandi dulu, mau makan lapar." Jawab Vira sambil berjalan ke kamarnya meninggalkan Dion sendiri.

"Susah ya ngomong sama Kakak!" Teriak kesal Dion.

OOOOO

Vira berlarian cepat saat melintasi lapangan sekolah menuju kelasnya di lantai dua. Dia terlambat di hari keduanya beruntung saat menyelinap tadi dia tidak melihat satpam berjaga. Dan lebih beruntung lagi dia mendorong gerbang sekolahnya yang ternyata tidak terkunci.

Vira terus saja berlari tanpa melihat sekitarnya tapi Vira menabrak seseorang di ujung tangga membuatnya terjatuh ke lantai dan memekik. Bokongnya harus mencium dinginnya lantai di pagi hari dan itu menyakitkan.

Mengangkat pandangan dengan niat mengomeli orang itu, tapi dia malah mendapati sepasang bola mata hitam menatap Vira dingin dan tajam. Membuat rencananya ingin mengomeli menjadi batal.

"Maaf, aku nggak sengaja." Setelah berbicara seperti itu, Vira buru-buru menaiki tangga kembali mempercepat langkahnya tidak memedulikan orang tadi.

Vira menghentikan langkah kaki di depan pintu kelasnya. Dia menghela napas sebelum mengetuk pintu lalu segera masuk ke dalam.

"Hai gadis cupu, datang terlambat di hari kedua sekolah ya?" Celetuk salah satu anak kelas yang bikin hampir seisi kelas tertawa.

Tanpa mengubris ucapan itu Vira berjalan ke tempat duduknya.

"Aku pikir udah ada guru yang masuk. Sia-sia dong lari, malah tadi nggak sengaja nabrak orang."

Candy tertawa mendengar ocehan teman barunya, "Iya, nggak biasanya juga Bu Rita telat. kalau udah kayak gini Ibu Rita nggak akan masuk dan kita free selama dua jam ke depan. Oh iya, tadi kamu bilang nggak sengaja nabrak orang, siapa?"

Vira mengangkat bahu tidak tahu, "Nggak kenal. Dia cowok tapi aku udah minta maaf. Tapi nih ya tatapan matanya itu bikin merinding tahu gila dingin banget, aku merasa udara sekitar tadi seakan mencekam. Berlebihan emang tapi sumpah deh itu yang aku rasain."

Zaldy yang duduk dibarisan samping Vira dan Candy, segera menggeser kursinya mendekati kedua gadis itu.

"Jangan-jangan orang kamu tabrak tadi salah satu dari most wanted sekolah ini?!"

"Maksudnya?"

"Eh, bukan apa-apa."

"Ih, aku penasaran, cerita jangan setengah-setengah dong Zaldy!"

"Candy aja cerita." Ucap Zaldy mengalihkan pembicaraan.

"Lah kok aku? Kan kamu duluan mancing penasaran Vira, tanggung jawab dong!"

Zaldy tertawa sambil menggelengkan kepalanya, "Aku tiba-tiba malas cerita, Vir."

"Nyebelin!"

OOOOO

Jam istirahat Vira, Candy dan Zaldy hanya membeli minuman. Mereka bertiga memilih untuk bersantai di koridor lantai dua.

"Aku masih penasaran nih, cerita dong tentang hal apa aja yang belum aku ketahui di sekolah ini, termasuk para most wanted yang Zaldy ceritain tadi."

"Yah, Vira masih dibahas, aku pikir udah lupa. Mending bahas yang lain deh." Zaldy tersenyum jail.

"Anak orang kamu bikin penasaran, ceritakan aja Zaldy kasihan Vira." Kini Candy ikut mendesak Zaldy untuk memberitahu Vira.

"Kalau aku nggak mau gimana?" Ledek Zaldy.

"Aku siram kamu pakai air di tangan aku," Ancam Vira penuh keyakinan.

Bukannya takut Zaldy malah tertawa geli, "Kalau kamu berhasil tangkap aku, aku bakal kasih tahu," Ucap Zaldy sambil berlari menjauhi Vira.

"Ih, Zaldy awas kamu ya!" Vira mulai mengejar Zaldy yang sudah berlari lumayan jauh.

Candy melihat kedua temannya itu hanya tertawa sambil memegang perutnya.

"Vira kamu nggak serius, kan? Maksudnya itu minuman warnanya merah loh, bakal tinggalin bekas di seragam aku."

"Emang aku pikirin? Makanya tinggal cerita aja susah banget! Aku siram kamu ya!"

Zaldy kini terperangkap di tangga menuju lantai tiga. Dia jelas tahu tidak akan berani naik ke atas karena lantai tiga tempat berkumpulnya anak-anak kelas XII.

"Terperangkap, huh?" Ledek Vira menahan tawa.

"Kata siapa? Ini aku masih bisa lari loh ke atas."

"Mau coba kabur?! Nggak bisa!"

Vira segera melempar minumannya ke arah Zaldy tapi Zaldy malah melesat cepat sehingga air minumannya bukan mengenai Zaldy, malah mengenai seorang cowok yang barusan turun dari lantai tiga. Baik Vira, Zaldy dan mereka lalu-lalang di sepanjang koridor lantai dua melihat hal itu dengan kaget.

Tiba-tiba saja suasana menjadi hening seperti di tengah hutan.

= = = = =

PRINCE'S CHARMINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang