Chapter 3

905 86 0
                                        

Kookmin/Jikook
*Wolfie Raizel*


**Summary**

Ini adalah kisah, Park jimin dengan kehidupan nya.

Rasa sakit atas penghakiman yang akan menghampiri nya, kekecewaan dan rasa bersalah atas kehadiran nya,

Kepergian yang dirindukan, keberadaan yang dilupakan,
Kehilangan yang menyakitkan,

Kau hanya belum merasakan, rasa kehilangan yang merubah kepribadian mu,

Happy reading,

Xoxoxoxo

Jangan lupa untuk streaming mv bts ya guys,

.
.
.
.
.

drrt....drrtt....’

Getaran ponsel disaku mengganggu ‘aktivitas’ yang tengah dilakoni nya. Seringgaian nya makin nampak membaca sederet kalimat yang tampil di layar ponsel. Mendengus kecil, di bawa nya langkah kaki mungil itu hingga tiba di bangunan bertingkat tinggi dengan ratusan orang yang berseliweran kesana-kemari.

Lagi-lagi fashion yang tak biasa itu menarik perhatian. Jimin melangkah yang bisa dibilang terlalu santai hingga tiba di ruangan besar yang menjadi tujuan nya.

bruuk

Tak sengaja bahu mungil itu tertabrak oleh seseorang yang mungkin pekerja di gedung perkantoran ini. Lawan tabrak nya mendesis kesal dengan pandangan tajam menusuk. Untung nya tak ada ‘ceramah manis’ keluar dari belah bibir wanita bergincu merah tebal yang tengah menggerutu dihadapan nya.

“maaf,” ujar nya pelan. Jelas, jimin menyadari sebagai seorang lelaki meminta maaf lebih dulu kepada perempuan itu di pandang wajib.

“maaf mu tak bisa mengembalikan keadaan,” jawaban tajam si perempuan menarik atensi dari perempuan lain berpenampilan jauh lebih natural yang berada dalam satu ruangan tersebut.

“jelas, maaf tak bisa mengembalikan keadaan. Tapi setidaknya, itu langkah awal yang baik. Oh, ayolah,, jangan berlebihan kau bahkan tak terluka barang sedikit pun.” Terdengar halus dan santai, tapi berhasil membuat ‘korban’ penabrakan tadi bungkam sambil menipiskan bibir.

Jimin tersenyum kecil mendengar pembelaan secara elegan dari perempuan lain di ruangan ini. Menunduk kan kepala seolah berucap terima kasih yang kembali dibalas oleh si ‘perempuan’. Merasa urusan nya telah selesai, jimin kembali melangkahkan kaki menuju tujuan awal.

Memilih mendudukan diri di sofa berwarna caramel dengan mengangkat kaki di atas meja kaca bening, jimin menikmati kesendirian nya yang ditemani benda mati berupa kertas-kertas tak lupa alat tulis lain beserta komputer menyala disertai hembusan dingin AC menerpa wajahnya.

Tak lama ketukan pintu terdengar, disusul dengan masuk nya dua orang wanita beserta seorang pria berbadan tegap di ruangan nya.

“maaf tuan park, saya membawa calon sekretaris anda yang baru.” Kedua orang wanita itu terkejut. Tak disangka sosok yang mereka temui tadi adalah calon atasan nya.

“ terima kasih junho-ssi, kau bisa melanjutkan pekerjaan mu.” Pandangan jimin tak lepas dari mengamati ekspresi kedua calon kandidat sekertaris nya.

“baik tuan park, saya undur diri.” Menunduk singkat, junho segera beranjak keluar yang setelah nya hanya diisi dengan suara dentingan jarum jam.

“langsung saja kita mulai sesi wawancara ini. Apa tujuan anda melamar menjadi sekertaris di perusahaan ini?” pertanyaan jimin dijawab dengan penuh percaya diri oleh perempuan bergincu tebal bernama yeri. Dirinya yang sempat pucat mengetahui sosok yang tadi sedikit dilabrak nya adalah sang atasan berusaha mengatasi diri. Berbagai alasan logis merujuk pada peningkatan ditambah prestasi dan pengalaman yang telah dilalui nya meluncur bagai seorang profesional.

Jimin hanya berekspresi biasa tanpa binar ketertarikan.  Terlalu monoton menurutnya. Kata itu sering kali di dengarnya. Janji-janji manis penuh tipu muslihat seolah menjadi makanan sehari-hari. Terbiasa berurusan dengan penjilat membuat jimin paham mana sosok yang tulus atau hanya bulus. Selesai dengan segala celotehan yeri, pandangan nya kini tertuju pada perempuan lain bername tag momo di hadapan nya.

“aku butuh uang untuk tetap hidup.” Begitu singkat namun dengan banyak makna tersirat didalam nya. Jimin tertawa kecil mendengar jawaban yang mirip pengakuan tak biasa dari momo.

Berdasarkan rekap biodata mereka jika disatukan, yeri jelas memiliki banyak pengalaman dan prestasi di bidang ini. Riwayat pendidikan yang ditempuh nya jelas jauh lebih mumpuni jika dibandingkan dengan momo. Momo sendiri hanya berekspresi datar seolah siap menerima kata penolakan. Dirinya terbiasa ditolak. Dengan penampilan yang biasa dan nilai yang biasa pula, bagaikan mimpi dirinya dapat diterima oleh perusahaan besar sekelas JKS corporation. Niat awal nya juga hanyalah sekedar ingin mencoba keberuntungan yang tak disangka ia bisa maju hingga tersisa dua orang yang harus bersaing untuk mendapatkan kursi sekretaris perusahaan ternama ini. Lain hal nya dengan yeri yang mengembangkan senyum puas. Selama ini ia tidak pernah sekali pun ditolak oleh perusahaan. Mendengar bahwa JKS corp. Membuka lowongan sekretaris, kesempatan ini pun tidak akan ia sia-sia kan. Tetapi,















“selamat, momo kau diterima sebagai sekretaris di JKS corporation.” Pernyataan dari jimin bagaikan sebuah bom yang jatuh tepat di atas kepala nya. Ia yang biasa di pandang tinggi, kini kalah bersaing oleh sosok perempuan lain di samping nya.

Momo sendiri jelas tak pernah menduga hal ini. Dari awal ia sudah siap akan kalah, hanya saja harga diri yang menentangnya untuk putus asa di tengah jalan yang menjadi tumpuan nya.
“mengapa?” ujar nya lirih.

“bukan kah kau butuh uang? Apa kau menolak?,” jimin menjawab santai lalu kemudian berlalu dari hadapan kedua wanita yang masih memasang wajah terkejut dihadapan nya.

Setelah beberapa lama masih memproses kejadian yang baru saja terjadi, yeri berjalan keluar dengan kaki di hentak kan keras sambil berlinang air mata. Disusul momo yang keluar dari ruangan masih dengan wajah terkejutnya.

Junho yang melihat hal itu terkekeh kecil. Sudah ia duga, sang bos besar pasti memilih momo.
” Mari akan saya antarkan keruang kerja anda momo-ssi.”
Melihat tak kunjung ada pergerakan dari lawan bicara nya, junho lantas menghela nafas.
“tuan park, beliau memang selalu seperti itu. Tidak ada yang bisa memahami jalan pemikiran beliau. Rata-rata petinggi diperusahaan ini adalah orang-orang putus asa dengan pemikiran aneh dikepala nya. Bahkan manager keuangan di perusahaan ini adalah mantan tangan kanan rentenir, ha..ha..ha...”
Masih tak ada perubahan berarti di wajah momo.
Junho menghela nafas mengetahui leluconnya tak pernah sama sekali membuat orang tertawa kecuali tuan park jimin, sosok yang dikagumi nya. Ia mengerti bagaimana rasa terkejut di posisi momo, karna ia sendiri pernah merasakan nya. “jangan terlalu dipikirkan, bekerja lah dengan keras. Jangan sampai membuat malaikat baik hati itu kecewa karna memberi kesempatan pada orang biasa kita.”

Seketika momo tersadar, binar mata nya kini berubah lebih hidup. Untuk pertama kali nya ia merasakan bagaimana nikmatnya pengakuan. Jantungnya berdebar kencang tak kuat menahan euphoria senang di hati. Kini, selain uang ada hal lain lagi yang menjadi tujuan hidup nya. Sosok bos besar-malaikat baik hati-park jimin, kepercayaan nya adalah hal penting dalam hidupnya.

Sementara di ruangan lain sosok pria tampan bertelinga peri mengembangkan senyum lebar nya. Park jimin, si cantik itu berbahaya dengan cara nya. Begitu mudah bagi si cantik menanam kesetiaan hinga relung terdalam bawahannya. Kini ia tau, Menabur benih ketulusan jauh lebih berbahaya dari pada penekanan. Bukti nya ia melihat dengan jelas pandangan ingin membunuh yang junho lontarkan pada yeri melihat sosok yang benar-benar dihormatinya mendapat perlakuan buruk-meski si korban tak menyadari nya.

.
.
.
.
.
TBC~

Jim'In' (Kookmin) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang