6📍

116 11 1
                                    

Sejak kepulangan nya di markas tadi kairin langsung menuju mansion nya. Niatnya tadi ia ingin mengajak kedua temannya untuk pergi mencari makan, namun saat ia membuka pintu kamar yang di tempati oleh kedua sahabatnya, yang pertama kali ia lihat adalah mereka tertidur pulas. Kairin bisa saja membangun kan mereka, namun ia urungkan karena tidak tega, mungkin mereka kelelahan pikirnya.

Dan disinilah Kairin berdiri diatas balkon kamar nya, sembari mendongakkan kepala, menatap indahnya bulan yang mulai tertutupi oleh awan.

Langit menghitam dengan udara yang mulai terasa dingin, perlahan hujan turun begitu deras, membuat jalan yang tadinya kering sekarang sudah di banjiri oleh genangan air hujan.

Kairin tersenyum pahit, saat ia teringat kejadian saat ia sedang bermain air hujan dengan sosok laki laki yang mampu memporak parikan isi hatinya.

Andai laki laki itu masih ada di dunia ini, mungkin kairin akan lebih bahagia dari hidup yang sekarang. Pikirannya berkecamuk, mengingat kejadian dimana ia harus mendengar kabar pahit, bahwa seorang yang sudah ia anggap malaikat sudah tidak bernafas lagi.

Perlahan tapi pasti, bulir bening itu jatuh membasahi pipi tirusnya. Mengapa Tuhan harus merenggut satu satunya kebahagiaan yang ia miliki, mungkin kah ia terlahir di dunia ini sebagai perempuan pembawa sial.

Jam dinding sudah menunjukkan pukul 21: 30 kairin teringat bahwa ia belum makan, ia segera berganti pakaian dengan menggunakan hoodie merah maroon dan celana jeans hitam.

Ia mengambil kunci mobil keduanya yaitu pajero hitamnya. Ia mengendarai mobil dengan kecepatan sedang. Saat sedang asik menyetir ia melihat penjual nasi goreng, dengan segera ia menepikan mobilnya.

" Mang nasi goreng nya satu ya " Setelah memesan, gadis yang berambut sepanggung itu duduk di bangku paling belakang.

Saat sedang asik dengan benda persegi nya, ia di kejutkan dengan pria yang tiba-tiba duduk di depan nya. Tidak mau ambil pusing ia hanya mengangkat bahu acuh.

' Ekhem '

Kairin mendongak, menaikan satu alisnya pertanda ' apa '.

" Gue boleh duduk disini kan? " Tanya pria itu. Kairin hanya terkekeh sinis.

" Mau gue larang juga lo udah duduk! " Ujar kairin tanpa melihat pria di depannya.

" Hehe Iya sorry. Judes banget jadi cewek "

Saat sedang asik membalas pesan dari Melissa, tiba-tiba pusing di kepala kairin menyerang. Kairin mulai membuang nafas kasar.

" Eh eh itu idung lo mimisan " Kairin dengan segera menutup hidung nya dengan tangan kanan, ia melihat raut khawatir di wajah pria di depannya itu. Kairin tidak mau terlihat lemah, ia segera berdiri dan langsung berjalan cepat menuju mobilnya.

Brak

Pintu mobil tertutup secara kasar. Ia segera mengelap darah yang terus mengalir di hidungnya dengan tisue yang tersedia di mobil.

" Belum juga sehari gak minum obat, udah kaya gini aja " Ujarnya dengan terkekeh miris.

" Selain perempuan pembawa sial, kayanya gue juga perempuan penyakitan yang lemah "

Tok tok tok

Kairin menoleh, dengan segera ia menurunkan kaca mobil.

" Lo gapapa kan?!  Muka lo pucet banget " Kairin menggeleng kan kepalanya, pertanda ia baik baik saja

"Gue boleh minta tolong gak sama lo " Laki laki yg tidak kairin tau namanya, menaikan satu alisnya pertanda ' apa '

" Minggir gue mau keluar " Ujarnya dingin. Dengan segera laki-laki itu menyingkir. Kairin berjalan menghiraukan teriakan laki-laki itu.

kairin (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang