1. Anak Kecil

29 4 0
                                    

Hello guys.. I'm back!..😌

Ini cerita baru aku,,.. Semoga suka!!

Happy Reading!💞


............
Flashback 6 years a go.

Bel tanda berakhirnya kelas Piano berbunyi. Siswa-siswi yang mengikuti les hari ini langsung berlari berhamburan keluar ruangan agar tidak kehujanan saat dalam perjalanan pulang, karena berhubung cuaca terlihat mendung dan awan pun kian menghitam, yang menandakan akan segera turun hujan.

Namun tidak dengan seorang remaja laki-laki yang tengah duduk di salah satu sudut ruangan, termangu dengan  kesunyian yang menemaninya.

Tentu saja, ia tak dapat berbuat apa-apa. Ia hanya mampu menunggu seseorang yang akan membantunya datang nanti.

Hidupnya hanya berputar-putar pada kesendirian. Ia sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini.

Karena tak ada yang mau berteman dengannya, karena hanya akan membuat dirinya repot. Lagi pula siapa yang mau direpotkan untuk mengurus laki-laki seperti dirinya?

Sesekali ia memainkan tuts-tuts Piano, dengan alunan yang begitu menenangkan hati. 

Bagi siapa saja yang mendengarnya, seketika akan tersihir karena keindahan suara yang di buat olehnya.

"Eeh- Bian kamu masih di sini? Ibu pikir udah di jemput!" tanya salah satu guru Les, yang sepertinya tanpa sengaja melewati ruangan yang di tempati oleh Bian.

"Hhmm" jawab Bian, singkat.

Fabian Reyhan Alfaro, pria tampan bermuka datar yang irit bicara. Ia hanya bersuara ketika ada yang bertanya, dan itu-pun hanya sekadar jawaban singkat. 

Seperti iya, hmm, ngga, selebihnya? don't hope!

"Oh, ya sudah, ibu pulang dulu, hati-hati ya" ucap guru itu, mengabaikan nada bicara Bian yang sepertinya sudah terbiasa ia dengar, lalu melenggang pergi.

Bian masih menikmati alunan nada yang di ciptakan oleh tarian jarinya diantara tuts-tuts Piano.

Alunan yang diciptakannya begitu menyayat hati namun tetap syahdu dan menenangkan. Seolah terpaut dengan hati, dan sesuai dengan keadaannya saat ini, menyedihkan.

"Waaah, kakak main Piano nya bagus banget, Ara juga pengen bisa kaya gitu!" teriak seorang anak perempuan tiba-tiba, yang membuyarkan konsentrasi Bian, membuatnya menghentikan permainannya.

"Ajarin Ara dong! ya kak! Pleasee!" pintanya, dengan menarik-narik lengan Bian, dan tak lupa pupe-eyes nya yang menghiasi wajah imutnya.

"Iissh apaan sih! Udah sana anak kecil, pergi, jangan ganggu!" teriak Bian, marah.

Merasa tidak sesuai dengan yang di harapkannya, anak yang menyebut dirinya Ara itu, mulai menangis.

"Huwaaaah.. Mama,, huwaaah..  kakak nya nakal! Masa Ara di marahin terus di panggil anak kecil, huwaahh.." tangisnya, memanggil Mama-nya.

"Ara kan cuma pengen di ajarin main Piano, biar bagus. Terus Ara bukan anak kecil tau!! Huwaaaaah.." tangisnya lagi, dengan sesenggukkan.

"Cengeng!" Ujar Bian, spontan.

"Huwaaah.. Mama.. Kak Vian.. Di bilang cengeng juga sama kakak ganteng ini.. Huwaaah.." tangisnya, semakin mengencang.

Bian yang merasa bersalah dan tentunya serba salah karena sudah membuat anak orang menangis, ia kebingungan sendiri. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 06, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hello, BIE (Ongoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang