04

717 267 18
                                    

Di dalam kelas, Felix termenung, sendirian. Menatap meja dengan tatapan kosong tanpa arti apa-apa.

Pikirannya berkelana, teringat oleh mimpinya semalam yang mampu membuatnya terbangun dengan keringat yang bercucuran, juga tarikan nafas yang tersengal hebat.

Mimpinya... Kenapa tentang Hyunjin yang melakukan aksi bunuh diri?

Ya! Hyunjin bunuh diri, hanyalah ilusi tidur malam milik Felix. Lebih tepatnya, itu hanyalah sebuah kejadian fana di dalam mimpi Felix semalam.

Tapi masalahnya... Pemuda itu masih tak habis pikir dengan maksud dari mimpi buruknya itu. Kenapa, sangat mengerikan?

























































"Woy! Ngapa Lo?" Sapa si pemuda bermarga Hwang. Dan tentu hal itu membuat Felix terlonjak kaget dibuatnya.

"Ish, ngagetin orang dosa tau nggak?!" Sahut Felix kesal. Sedangkan Hyunjin hanya terkekeh kecil.

"Jangan ngelamun mulu!! Kerasukan baru tau rasa Lo!" Tutur Hyunjin memperingatkan.

"Siapa yang ngelamun coba?" Sangkalnya aneh. Hyunjin ber-smirk kala mendengar jawaban temannya itu.

"Mikirin apaan Lo?!" Tanyanya lagi mengalihkan pembicaraan. Felix bergeming, sampai akhirnya netra itu menatap manik milik Hyunjin dengan tatapan mengintrogasi.

"Jujur sama gue! Lo ada masalah apa di rumah?"

Hyunjin mengernyit seketika. Entah kenapa, ia merasa gugu mendengar penuturan Felix yang seolah memojokkan dalam suatu topik tak berakar.

"Maksudnya?" Tanya dengan alis yang terangkat sebelah.

"Lo ada masalah apa dirumah?" Tanya Felix lagi. Sorot mata pemuda itu pun kini berubah, lebih ke arah memicing namun pemaksaan dalam sebuah beberan jawaban.

"Lo ngomong apaan sih? Orang gue nggak ada masalah apa-apa dirumah kok." Jawab Hyunjin yang tentu tidak membuat Felix puas. Pemuda Aussie itu berdecak kesal sampai akhirnya melontarkan pertanyaan yang sama (lagi).

"Lo punya masalah apa, Hyunjin?" Tanyanya dengan intonasi yang terdengar memaksa.

"Lix, gue juga bingung Lo ngomong apaan. Kalau ditanya punya masalah, gue nggak punya masalah apa-apa. Beneran deh, Suer!" Jawab Hyunjin memperjelas.

Mata Felix memicing tak suka, mendelik dan membuang muka dari Hyunjin. Membuat si pemuda Hwang bingung dan menatap Felix penasaran.

"Lo kenapa sih? Ada masalah? Kalau ada masalah, cerita sini sama gue." Tutur Hyunjin yang malah membuat Felix mendelik ke arahnya.

"Gue yang seharusnya ngomong gitu ke Lo. Semisal Lo ada masalah, cerita ke gue! Nanti gue bakal coba bantu semampu gue. Nggak usah semuanya di pendem sendiri selama Lo masih punya temen. Jangan sampe selama ini keliatannya adem-adem bae tapi tiba-tiba besoknya bunuh diri." Cerca Felix keceplosan. Hyunjin terkesiap, badannya berdiri dengan refleks dan menatap Felix dengan sorot mata yang sulit untuk di tebak.

"Maksud Lo apaan, huh?!" Tanya Hyunjin emosi. Felix berdiri, menatap Hyunjin dengan gigi yang bergemeretak gugup.

"Sorry jin, gue nggak bermaksud. Tadi cuma---"

"Tadi cuma apa, huh?!" Sela Hyunjin cepat. Membuat nyali Felix ciut seketika.

"T-tadi cuma---"

"Gue tunggu Lo malam ini di atas Rooftop sekolah." Potong Hyunjin dengan intonasi rendah, namun penuh penekanan.

Felix terlonjak, namun ia berusaha untuk tetap tenang. Sedangkan Hyunjin, langsung pergi begitu saja.



























Pemuda itu termenung memikirkan kejadian yang baru saja berlalu. Entah kenapa, ia merasakan ingin sekali menyalahkan mulutnya yang kompor keceplosan itu. Hah... Hyunjin nya jadi emosi kan...









Di saat-saat butuh ketenangan seperti ini, tiba-tiba rungu Felix tertarik dengan suara-suara gaduh di depan kelas. Iya! Felix memang sendiri di dalam kelas saat ini.

Pula, diikuti oleh para siswa-siswi dari kelas lain yang berhamburan di koridor membuat suasana semakin tidak terkontrol. Karena penasaran, akhirnya Felix ikut keluar dari dalam kelas dan mengikuti anak-anak lain untuk mengetahui apa yang sebenarnya membuat mereka terlihat panik.

Namun tiba-tiba...

































Tuttt... Tuttt... Tuttt...

Terpaksa, mau tak mau Felix harus berhenti berlari dan mendahulukan untuk mengangkat telepon. Oh... Ternyata itu Haechan, teman kelasnya yang doyan sekali membolos.

"Halo..."

"Lix, Lo dimana?"

Entah kenapa, firasat Felix semakin tak enak kala mendengar intonasi Haechan yang terdengar panik.

"Ini gue lagi di koridor. Ada apa sih? Kok rame banget?"

"Si Hyunjin kecelakaan, lix..."

"Hah?! Maksud Lo?"

"Si Hyunjin ke tabrak mobil pas mau ke warung sebrang sekolah. Parah banget kondisinya, badannya udah nggak berbentuk."

"Lah?! Terus...?"

"Terus apaan? Yaudah! Si Hyunjin meninggal, bocah! Kesini sekarang!"



















































































"Sekarang gue paham, mimpi buruk gue hanya sebuah gambaran doang. Sekekeuh nya gue berusaha buat nyoba nyegah, itu nggak akan bisa. Karena itu takdirnya! Dan sekarang... Hyunjin mati, walaupun caranya beda."

Somnium | Lee Felix ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang