Empunya & Pekik

3 0 0
                                    

Judul : Conquête De Paris 1940

Kesunyian malam mulai terganggu, beberapa kali dentuman dari meriam dan napalm terdengar membahana di angkasa.

Hari itu bukanlah hari spesial bagi siapapun. Namun sebaliknya dan menjadi paling berdarah sepanjang sejarah manusia.

Empat hingga lima peleton tentara Swastika mulai menerobos ke jantung paris bagai air bah yang tak dapat ditampung lagi.

Kantong - kantong shelter telah penuh dan banyak juga yang telah hancur termasuk shelter Il Riparo, api masih membumbung tinggi dan di dalam sana 2 pria berjuang untuk bernafas diantara tumpukan tubuh yang tak beruntung itu.

"Aku tak akan bertahan lebih lama lagi kawanku, 'ambillah pedang ini hunuskan ke anjing Fuhrer itu' ini adalah pesan empunya pedang sebelum ku" pria yang tak mampu bangkit itu menyodorkan sebilah besi yang berlumur darah perjuangan itu.

"Paris tak ada harapan lagi! Akan kubawa pesanmu dalam perjuanganku. Aku harus hidup" pria kecil ini mengambil pedang tersebut dan menutup mata pejuang tua itu untuk terakhir kalinya.

Pekik kesakitan, ledakan kehancuran dan rentetan kematian masih berlangsung. Pintu shalter Il Riparo telah menjadi lubang yang menganga dengan asap dan debu yang masih mengepul tinggi.

Seorang tentara Swastika tengah sekarat bersender pada dinding runtuhan tepat di samping ia muncul, mata yang penuh kebencian, kemarahan pada pria kecil itu membuatnya tersiaga dan langsung menebas urat nadi tentara tersebut.

Ia sendiri tak dapat menerima atas apa yang baru saja dilakukannya. Jiwa sucinya telah diselimuti kemurkaan, ia berteriak lantang "LEGIO PATRIA NOSTRA" sembari menghunuskan perjuangannya.

Thesaurus Bercerita (Kumpulan Cerpen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang