01

985 120 19
                                    

"Ini hanya sebuah kisah, kenapa harus penuh dengan drama."

*****

Akhirnya aku kembali lagi menulis, :''v
Kebiasaan ini. Kalau sudah fokus di pekerjaan.
Yang lain jadi terbengkalai. 😂

Semoga kalian tidak lupa.

Happy reading.

Selamat Jatuh Cinta.

*****

"Huft!"

Sudah terhitung sepuluh kali. Pria itu menghembuskan mafas berat, sambil memperhatikan ponsel miliknya. Seperti sebuah keputus asaan yang tidak memiliki ujung.

Sudah lima bulan berlalu, namun kabar baik yang dia harapkan tidak juga dia dapatkan. Dia tidak menyerah, tidak pernah ada kata itu dalam kamusnya.

Namun, Alean adalah manusia biasa. Perasaan itu pasti akan muncul, seiring waktu yang terus memaksanya untuk percaya bahwa usaha yang Ia lakukan sia-sia.

Alean sudah berusaha, mencoba segala cara. Tapi tetap saja tidak membuahkan hasil. Nihil.

Raiki menghilang bagai di telan bumi, membuatnya benar-benar tidak bisa berpikir dengan jernih. Selalu tertuju pada Raiki. Ini bukan berlebihan, tapi karena ikatan persahabatan mereka yang terlalu erat.

Sehingga orang biasa tidak akan memahaminya.

Kling!

Bunyi lonceng pertanda ada pengunjung masuk berbunyi. Membuat perhatian Alean kini mengarah ke pintu.

Dia langsung kembali menekuk mukanya, bahkan lebih parah daripada tadi. Matanya bahkan terus mengikuti arah berjalan dari orang yang baru saja masuk ke dalam barnya.

Orang itu kini duduk tepat di depan Alean. Tanpa rasa berdosa, dia akan memesan hal yang sama.

"Es jeruk satu." Ucapnya sambil meletakan kedua tangannya di atas meja.

Bukan langsung menjawab, Alean justru menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Menatap nyalak pada seorang gadis di depannya.

"Paman. Aku mau es jeruk satu." Ulangnya lagi.

"Disini tidak menjual minuman itu."

"Tapi, kemarin ada." Balasnya polos.

"Karena kamu terus saja memaksaku untuk membuatkannya." Jawab Alean mencondongkan badannya ke depan.

"Baiklah, aku akan memaksamu lagi." Putus gadis itu semangat. "Buatkan aku es jeruk satu!"

Sekali lagi, Alean mencoba untuk menahan amarahnya. Gadis di depannya ini sangat keras kepala. Dia mulai datang ke bar milik alean sejak dua minggu yang lalu.

Permintaanya selalu saja sama. Es jeruk.

Walaupun sudah Alean jelaskan, tapi tetap saja dia tidak mau mendengarkan. Tetap meminta hal yang sama. Dan, datang di jam yang sama.

A SINFUL DESIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang