"Rasa" itu seperti tanaman. Harus dirawat dan dijaga. Kalau tidak, ya... pasti mati dan hilang. -nkcthi
***
Akaashi bangun dari mimpi indahnya pukul setengah tujuh pagi, lebih terlambat dari biasanya. Memakai kacamata dan keluar dari kamar, ia dikejutkan dengan adanya sosok wanita berambut hitam sepinggang yang tengah memakai apron hijau sedang bergulat dengan kompor didepannya.
Yang lebih mengejutkan lagi, Akaashi merasa kaki kanannya lebih berat. Netra gunmetal blue tersebut membulat kala melihat balita laki-laki yang sedang memeluk kakinya dan berkata.
"Papa, ohayou." Ditambah cengiran khas anak kecil yang membuatnya lebih menggemaskan.
"Keiji-kun, sudah bangun? Cepat cuci muka dan duduk dimeja makan." Kali ini sang wanita bersuara.
Ah Akaashi baru ingat, tiga tahun yang lalu ia melamar seorang gadis–tidak, ia melamar seorang wanita pemilik toko roti dengan senyum manis yang berkembang. Ya, Akaashi ingat.
Tersenyum dan mengecup pipi sang wanita, Akaashi mengucap.
"Selamat pagi, (Name). Sarapan apa pagi ini?"
***
Berdiri mematung, Akaashi jadi sedikit lemot untuk merespon situasi. Pasalnya saat Akaashi ingin kembali ke kantor setelah rapat bersama kepala editor di kafe, ada yang menepuk bahunya.
Akaashi sangat mengenali aroma parfum yang sama sekali belum berubah dari dulu juga wajah datar dengan senyum manis yang berkembang beberapa saat saja. Namun kali ini berbeda, gadis tersebut tersenyum lebih lama dan lebih lebar dari biasanya.
"Keiji-kun, hisashiburi. Apa kabar?" Lihatlah, gadis ini sungguh manis dengan balutan sweater berwarna cream dan rok semata kaki berwarna putih yang sangat cocok dengan rambut hitam kepang serta kacamata.
"Halo, Keiji-kun. Kenapa melamun hei?" Akaashi tersentak ketika mendengar suara (Name) dan lambaian tangan didepan wajahnya. Sedikit gugup untuk menjawab.
"A-ah, maaf (Name). Kabarku baik seperti yang kamu lihat. Dan ngomong-ngomong pakaianmu sangat manis hari ini." Jawabnya dengan senyum tipis yang hanya bisa (Name) lihat.
"Keiji-kun mencoba menggodaku ya? Aku tahu kok aku manis. Tapi, yang bisa memikat hatiku cuma Keiji-kun seorang." Kini giliran wajah Akaashi yang memerah, apa dia sedang berusaha menggodaku balik? Pikirnya. Kemudian samar-samar terdengar suara perempuan yang memanggil seseorang.
"(Name)-senpai! Senpai dari mana saja? Aku bingung nyariinnya tahu." Gerutu gadis berambut cokelat sebahu. (Name) yang mendengarnya hanya terkekeh dan menjawab.
"Sedang bertemu teman lama. Maaf membuatmu khawatir, Sacchan." Yang dibalas dengan helaan napas pelan oleh gadis yang dipanggil Sacchan tersebut.
"Keiji-kun, aku duluan. Ini alamat toko rotiku kalau Keiji-kun ingin mampir untuk sekedar melihat wajahku. Ja, mata ne." Ucapnya sembari memberikan selembar kartu berwarna cokelat muda dengan ilustrasi roti yang imut.
***
Sudah dua minggu sejak pertemuan mereka, sudah sering juga Akaashi mampir ke toko roti (Name) untuk membeli beberapa roti atau hanya sekadar minum teh dan mengobrol santai di sore hari. Kegiatan tersebut sudah rutin terjadi. Terkadang Akaashi juga mengantar (Name) membeli keperluan toko sekaligus modus untuk lebih lama berduaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Radar | Akaashi Keiji ✔
أدب الهواة.。.:*✧ Pancaran sinyalmu begitu kuat hingga menembus radar hatiku Haikyuu © Haruichi Furudate