Akaashi tidak pernah menyadari bahwa dia sudah tenggelam dalam netra sang gadis.
***
Merebahkan badan adalah pilihan Akaashi saat masuk ke kamar. Pukul 10 malam ia baru saja menginjakkan kakinya di rumah. Wajahnya menampilkan gurat lelah dan memilih untuk memejamkan mata.
"Mungkin karena kamu gak bawa benda 'itu'." Perkataan salah satu senior di tempat kerja terngiang kembali.
Masa sih gara-gara Akaashi lupa membawa benda 'itu' ia jadi tertimpa masalah. Tidak masuk akal, pikirnya. Dengan mata masih terpejam Akaashi mengulurkan tangannya pada nakas di samping tempat tidur dan mengambil sebuah benda.
"Mungkin karena kamu gak bawa benda 'itu' makanya topimu jadi di patuk oleh burung-burung itu." Sial, Akaashi jadi teringat kejadian pukul satu saat ia ingin kembali ke kantor setelah makan siang. Tiba-tiba kawanan burung datang dan mematuki topinya. Burungnya imut sih, tapi kan Akaashi juga sayang sama topinya.
"Kenapa bisa sampai lupa? Bukannya benda itu penting untukmu?"
"Kalau benda itu sangat penting bagimu, rawat baik-baik."
"Besok aku akan meminta Ryu-san mentraktirku."
Ya, Akaashi akui ia sedikit baper karena perkataan seniornya secara tidak sengaja mengingatkan kembali Akaashi dengan (Name). Gadis yang selalu bisa membuat radarnya berdebar-debar.
***
Masa SMA adalah masa yang paling didambakan oleh setiap orang. Entah untuk pertemanan, percintaan, ataupun pendidikan. Omong kosong sebenarnya. Karena mereka belum merasakan neraka SMA yang melebihi panasnya api endeavor. Mulai dari salah jurusan, fake friend, dan yang paling sering terjadi 'putus cinta sebelum jadian'. Dan Akaashi tidak peduli dengan semua itu.
Sore hari saat ingin pergi ke gymnasium, Akaashi melihat seorang perempuan berambut hitam sepinggang di kepang satu, ditambah kacamata yang membingkai netra (e/c)-nya sedang menggapai-gapai sesuatu diatas pohon. Tapi Akaashi memilih terus berjalan hingga sebuah suara memasuki indra pendengarannya.
"Eh rambut hitam baju biru, tolong ambilin kotak bekal saya dong." Gadis tersebut berbicara dengan nada datar.
Rambut hitam baju biru? Apa dia sedang memanggilku?
"Di mana kotak bekal kamu?"
"Tuh diatas pohon. Tolong banget ya, soalnya itu taperwer. Saya takut digiling sama mama kalau sampai hilang."
Melihat keatas Akaashi menemukan kotak bekal biru muda yang berteriak minta diturunkan. 'Oh beneran taperwer'. Tidak perlu waktu lama untuk kotak bekal tersebut kembali ke tangan pemiliknya. Wajah lega adalah yang pertama kali gadis itu tunjukkan.
'Alhamdulillah kagak jadi digiling.' -(Name)
'Pengen onigiri.' -Akaashi
"Terimakasih Akaashi-san. Saya (Surname) (Name), salam kenal."
Angin sepoi-sepoi menerbangkan helai anak rambut (Name) sekaligus menciptakan debaran hangat pada Akaashi.
Aku gak jantungan kan?
"Saya balik dulu. Nih permen buat kamu, permisi."
Meninggalkan Akaashi dengan wajah memerah dan juga pandangan bingung, dia tahu namaku dari mana?
T O B E C O N T I N U E
*Endeavor as Todoroki Enji bnha © Kohei Horikoshi
KAMU SEDANG MEMBACA
Radar | Akaashi Keiji ✔
Fiksi Penggemar.。.:*✧ Pancaran sinyalmu begitu kuat hingga menembus radar hatiku Haikyuu © Haruichi Furudate