03 - Buku Keroppi & Kenalan Resmi

509 139 34
                                    

<ʷnͬoͥtͭeͤʳˢ>

Kindly leave comments, supaya aku tahu pendapat kalian tentang cerita ini! :)

HABIS tiketnya disobek sama petugas, Sagita lekas lari mengejar sosok Sakha yang tak terlalu jauh di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HABIS tiketnya disobek sama petugas, Sagita lekas lari mengejar sosok Sakha yang tak terlalu jauh di depannya.

Sosok yang tiba-tiba jadi familier di matanya. Padahal, seingatnya, ia baru 2 kali bertemu.

Sagita mengikuti cowok itu yang terus jalan dengan kaki-kaki jenjangnya menuju gerbong biasa.

Sekarang Sagita tahu: Sakha selalu masuk gerbong nomor dua dari belakang. Dan selalu duduk di ujung. Se-la-lu.

Menemukan kursi kosong di sebelah Sakha, ia refleks langsung duduk di sana.

Ia tahu, Sakha mengenalinya, karena cowok itu langsung menengok dan tersenyum sambil menyapa, "Ketemu lagi. Akhirnya diterapin juga, duduk di ujung gerbong."

Sagita cuma terkekeh pelan. Sejurus kemudian, ia mengeluarkan dan memberikan buku yang disimpan di tasnya pada Sakha.

"Mumpung ketemu lagi. Punya lo, nih, kemarin jatuh di bawah kursi," ujar Sagita.

Mata Sakha melebar kaget melihat buku bercorak Keroppi di tangan Sagita, setelah itu ia merebutnya dengan cepat, melihat halaman depan, dan memasukkan ke dalam tasnya.

"Makasih, ya! Pantes, kemarin, gue cari ke mana-mana, kok, gak ada? Gue bisa mati kalau gak ada buku ini." Sakha menghela napas. "Karena itu buku catatan semua pelajaran."

"Semua pelajaran?" tanya Sagita heran. "Lo cuma catat di satu buku, buat semua pelajaran?"

Kepala Sakha mengangguk mantap. "Biar tasnya gak berat."

Tanpa sadar, Sagita menggeleng gak percaya.

Sagita sekarang tahu sesuatu yang baru: Sakha adalah orang yang irit, gak mau ribet, dan absurd.

"Duh, ketahuan deh, sampul bukunya Keroppi," ucap Sakha malu, sambil memeluk ranselnya di pangkuan. "Soalnya, murah, sih. Makanya beli yang itu aja."

Sagita langsung tergelak lepas.

Tangan gadis itu meraih tasnya, lalu mengeluarkan buku yang juga bergambar Keroppi, miliknya. "Nih, sama. Makanya, kirain buku itu punya gue. Pas dibaca dalamnya, ternyata punya Sakha, katanya."

Lelaki itu kaget–karena melihat buku yang sampulnya persis dengan buku catatan miliknya, sekaligus kaget karena mendengar Sagita menyebut namanya.

"Oh iya, kok, lo tahu nama gue?" Sakha membulatkan matanya.

Buku Keroppi yang digenggam Sagita kini berpindah menutup wajahnya, dia kembali tergelak. "Padahal, lo pake jas sekolah ada name tag-nya. Kenapa kaget begitu?"

Pandangan Sakha langsung terarah pada jasnya sendiri, lalu dia ikut ketawa tatkala sadar. "Ya udah, kenalan dong? Kayaknya kita belum pernah resmi kenalan."

Tawa Sagita mereda, lalu tangan kanannya berhenti di depan Sakha. "Sagita."

Jabatan tangan milik Sakha seperti menyetrumnya kala menyentuh kulit Sagita. Tiba-tiba, dia jadi deg-degan.

Sagita, jangan lebay! Dia merutuk dalam hati.

Dua ujung bibir Sakha tertarik ketika ia menyebut namanya sendiri. "Gue Sakha."

"Udah tahu," timpal Sagita berkelakar, lalu tersenyum ketika Sakha tergelak akan jawabannya. Ia sekalian menarik tangannya kembali.

Rasa hangat menyeruak di dalam tubuh Sagita ketika untuk yang pertama kalinya, Sakha memanggil.

"Sagita," panggilnya. "Baca halaman depan buku gue gak?"

"Baca." Sagita terkekeh, lalu mengutip, "Buku catatan legendaris punya Sakha, jika buku ini hilang dan berhasil dikembalikan pada orang yang tepat—"

Sontak Sakha langsung menyela, "Astaga, itu bercanda, ya!"

"Apanya?"

"Yang gue bilang, kalau perempuan, berarti boleh pacaran—elo... gak harus pacaran sama gue, kok, Git..."

"Oh. Tapi, boleh?"

Sagita nyaris menampar dirinya sendiri ketika sadar dia baru saja menceplos seperti itu.

"Eh, bercanda juga!" sergah Sagita dengan suara gemetar, seraya kedua tangannya melambai-lambai cepat, menandakan semua kalimatnya itu salah. "Bercanda, bercanda!"

Rasa hangat kembali menyeruak kala Sakha tertawa lepas mendengar lontaran kata dari bibir Sagita.

Matanya yang menyipit, bibirnya yang terbuka dan melengkung ke atas—manis banget! Intinya begitu.

Masa iya, Sagita jatuh cinta di kereta? Kayak di sinetron aja.

Meski ada acara ceplas-ceplos bodoh, yang penting, hari ini Sagita bikin progress: dia udah resmi kenalan sama Sakha!

Meski ada acara ceplas-ceplos bodoh, yang penting, hari ini Sagita bikin progress: dia udah resmi kenalan sama Sakha!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Two Stations BeforeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang