05 - Ulang Tahun di Akhir Pekan

431 123 34
                                    

SAGITA bangun dengan pikiran bete dan gak mau ngapa-ngapain lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SAGITA bangun dengan pikiran bete dan gak mau ngapa-ngapain lagi.

2 menit yang lalu, ia bangkit dari baringannya secara hampir melompat karena kepikiran mau cepat-cepat berangkat sekolah.

Mau sekolah, pulang-pulang, naik kereta. Ketemu Sakha, deh.

Eh, dia baru ingat, hari ini: akhir pekan.

Matanya tertutup lagi. Seluruh ototnya kembali melemas dan ditempelkan di atas ranjang.

3 jam kemudian, ada seorang laki-laki masuk ke kamarnya dengan rusuh.

"Bangun, jelek! Udah siang," titah Juniar—kakak sulung dan satu-satunya—sembari menggebrak-gebrak pintu kamar. "Ini hari apa? Hari ulang tahunmuuu..."

"Berisik," rutuk Sagita sambil menutup mata dengan lengan kecilnya sewaktu mendengar abangnya mulai bersenandung. Pandangannya berdenyut ketika Juniar menyibak tirai jendela dan membiarkan cahaya matahari menusuk mata. "Tutup lagi, dong, Bang. Plis banget ini, mah."

"Heh, dengerin aku, Sagitari." Juniar duduk di sebelah Sagita dan mengguncang tubuh gadis itu dengan heboh. "Nasibmu udah kebagian jelek banget karena ulang tahun pas hari Sabtu alias weekend. Jadi, jangan ditambah jelek dengan tidur-tiduran gak jelas!"

"Kamu bisa diem, gak?" protes Sagita sambil menatap abangnya itu dengan kesal. "Lagian, berhenti bilang 'jelek' terus-menerus!"

"Kenapa? Kamu ngerasa tersindir?"

Bantal di kepala Sagita kini melayang keras pada Juniar hingga lelaki itu mengaduh kaget. Lalu, dia ketawa sendiri.

"Ayo, bangun, Git, kita rayain ultah kamu."

Mata Sagita melek sekonyong-konyong saat mendengar kalimat yang diberi Juniar. "Beneran, Bang? Mau ngapain?"

"Temenin aku main PS. Sama temen-temenku juga, di bawah."

"Mana ada main PS rame-rame." Sagita kembali menarik selimutnya dekat-dekat, menggulung diri di dalam sana. "Gak jelas. Kayak mau tawuran aja."

"Ya udah, jalan-jalan, deh? Temenku mau kenalan," tawar Juniar sekali lagi.

Sagita menggeleng dalam pejaman matanya. "Gak, deh, males. Udahan, ah. Jangan ganggu."

Sudah empat kali totalnya dalam dua minggu ini, 'teman' milik Juniar itu mampir ke rumah untuk mencari Sagita. Padahal, di tiga kesempatan awal, Sagita sudah menolak mentah-mentah.

Bahkan, orang tua Sagita tak pernah ikut campur perihal hubungannya. Tapi, abangnya itu malah seperti orang kesetanan, mencari-cari teman cowoknya buat Sagita pacari.

Kini, keempat kalinya, Sagita tetap bersikeras gak mau ketemu sama 'teman' Juniar itu. Dia selalu lebih memilih mengunci diri di kamar sampai orang itu pulang.

"Ya udah." Juniar mendecak lidahnya dan mengecup kening Sagita dengan kilat. Hampir Sagita mengomel, kalau saja abangnya itu tidak berucap, "Selamat ulang tahun, Gita."

Two Stations BeforeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang