Hari ini tepat dua minggu pasca operasi yang dijalani Yoonbin setelah kecelakaan hari itu.
Jujur, ia merasa badannya semakin ingin terus-terusan dimanja untuk selalu rebahan di ranjang rumah sakit. Sedangkan, kasus kematian mendiang kekasihnya yang bahkan belum ia diskusikan bersama teman-temannya belum juga aktif dalam kasus penyelidikan sesuai dengan yang sudah direncanakan sebelumnya.
Saat ini Yoonbin hanya seorang diri di ruang inap nya, sembari memotong beberapa buah segar kiriman teman-teman terdekatnya yang sudah dicuci bersih oleh Junkyu tadi sewaktu menjenguknya.
"Hm.. kalo gue terus-terusan begini, sama aja gue mengulur waktu buat tau siapa pembunuhnya. Arghh ... gue nggak bisa terus-terusan dihantui rasa penasaran gini."
Dengan serangan secepat kilat, Yoonbin menyambar ponsel hitam di atas meja nakas samping ranjang. Ia pun mulai menghubungi sepupu mantan kekasihnya itu lewat ponselnya. "Bang, kabarin ke anak-anak suruh datang ke rumah sakit sekarang. Kita mulai bahas rencana dari sekarang, gue nggak mau buang-buang waktu lagi."
Sedangkan, Winwin yang berada diseberang sana tercengang dengan ucapan Yoonbin. "Lo masih perlu istirahat, Yoonbin. Semua hal punya waktu yang tepat buat dilakuin, tunggu sampe lo sembuh total, baru kita jalanin misi ini."
Mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh Winwin tadi, Yoonbin menyunggingkan senyum kejinya. "It's okay, kalau lo udah mulai beda pendapat sama gue, gue pun bisa jalanin soal kasus ini sendiri." Sahutnya yang lagi-lagi membuat lawan bicaranya tercengang.
"Ben--"
"Gue mau istirahat. Kalo lo berubah pikiran, kabarin ke anak-anak suruh cepet kesini." potongnya yang kemudian langsung menutup panggilan.
Tut...
🦋
"Permis--"
"Anak-anak yang lain mana," Di detik itu juga Yoonbin langsung menghentikan ucapannya saat melihat sosok gadis yang memasuki ruangan rawat inap nya.
"Y-yena?"
Tanpa dikomando, gadis itu memasuki ruangan tempat Yoonbin dirawat. "Hihi, masih aja kamu panggil saya Yena ... gimana keadaannya, sudah merasa baikan belum?"
Yoonbin mengangguk. "Eum, lumayan-- btw, nama lo siapa sih?'
"Anneth ... Anneth Lee."
Bibir Yoonbin membulat sempurna. "Anneth, ya? Muka lo mirip banget sama seseorang." Yoonbin masih menatap wajah gadis itu secara teliti, melihat 99% kemiripannya dengan sang kekasih, Choi Yena.
Anneth menarik kursi disamping ranjang Yoonbin, yang segera ia tempati.
"Yena?"
"Iya, dan kata Abang gue, lo yang bilang ada titipin salam buat gue, ya? Dari siapa?"
"Dari makhluk yang kamu harapkan. Dia bilang, kamu jangan sedih-sedih, nanti dia nggak bisa lihat senyum kamu-- begitu, katanya."
Nafas Yoonbin tercekat. Jika Anneth memang bisa berkomunikasi dengan Yena, itu berarti Yoonbin dan teman-temannya akan lebih mudah untuk memecahkan misteri dari kematian Yena.
Yoonbin terdiam sejenak untuk menetralkan rasa senangnya. "Eum.. lo bisa komunikasi sama Yena? Lo tau Yena dimana?"
Kedua alis Yoonbin terangkat begitu saja ketika sang lawan bicara mengangkat bahu sambil menjawab pertanyaannya. "Hm ... sepertinya begitu. Saya nggak tau Yena itu siapa dan dimana keberadaannya, tapi yang saya tau suara dia dan bayang-bayang dia akhir-akhir ini sering hadir dalam mimpi saya ... dan itu terlihat nyata."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔ ] 2. PROMISE (Find Who's The Killer) | Choi Yena x Treasure 13
Mystery / ThrillerSetahun setelah kematian Yena, Yoonbin merasa kematian sang kekasih adalah hal yang janggal. Hingga, ia dan para Koala Kumal Squad yang kini menjadi organisasi rahasianya berinisiatif ingin mengungkap secara detail tentang kematian sosok Choi Yena y...