Geer mulu, gak capek apa?

573 80 104
                                    

                    ---Happy Reading--

Tzuyu menajamkan penglihatannya demi sosok makhluk kecil tak lebih besar dari sebuah kurma-berjalan laju didepan meja yang ia bersihkan noda makanan dan minuman bekas pengunjung-dan berhasil melompat turun hinggap ke sepatunya.

Demi apa saja, ia kalang kabut sambil menghentak hentakkan kakinya agar si makhluk menjijikan itu tidak merajalela naik ke celana kerjanya. Mungkin malam ini malam tersial dalam gadis itu. Dari semua serangga yang pernah ia temui, hewan dinamakan kecoa inilah musuh terbesarnya. Yang membuat ia makin kesal dan menyumpah serapah tapi untuk siapa, kenapa kafe sebagus dan semegah ini bisa didatangi hewan sejenis kecoa? Apa tidak cukup tiap menit aksi dirinya menjaga kebersihan tiap pengunjung meninggalkan meja membuat semua makhluk dekil menjauh? Kenapa justr-

“HIYAAAA.” Teriakan spontan Tzuyu keluar setelah si kecoa berhasil ditangkap dan diperlihatkan seseorang tepat di hadapan wajahnya. Mungkin hanya berjarak lima senti. Belum lagi tangan dan kaki mahkluk sialan itu yang masih bergerak gerak seolah olah minta dibebaskan.

“Singkirin jauh jauh, kak. Cepat! Ihh!” 

Si pemegang antena kecoa tertawa dan mendekatkannya lagi ke wajah Tzuyu. 

Buk!

Gadis itu tidak segan segan memukul lengan orang yang sudah membuat jantungnya hampir copot. Mulutnya masih komat kamit berirama. Tapi tidak enak sekali didengar.

“Oke, oke. Gue buang nih. Gue buang.” 

Setelah tangan si penolong tadi sudah terlihat kosong, baru Tzuyu menghela nafas lega. Sayangnya kelegaannya berubah jadi kesal kembali gara gara ada tawa ejekan.

“Ketawa aja terus. Semua cewek takut sama kecoa itu wajar.” 

Sambil membersihkan tangannya dengan air wastafel dan sabun pencet yang tersedia disana, lawan bicara Tzuyu tadi kembali berdiri mendekat. 

“Jangan ngomel terus, mbak cantik.” Tangan itu sambil bekerja melepas tali apron yang terikat berbentuk pita dileher belakang Tzuyu. Si empunya apron sempat salting atas tindakan yang sebenarnya tidak istimewa ini. “Yuk pulang sekarang. Yang lain sudah duluan.” 

Tzuyu percaya sekarang hanya ada mereka berdua. Selain suasana kafe sudah sepi, jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Itu artinya jam kerja mereka untuk hari ini sudah habis dan kafe tutup.

“Gue gak dijemput Chenle hari ini. Dia nemenin bunda nginap di rumah tante kami.” 

“Kalo gue dah bilang yuk pulang, berarti pulangnya bareng gue.” 

“Nggak, nggak, deh. Gue pulangnya naik grab aja, ka Jae.” Tzuyu menolak pulang diantar pemuda bernama Jaehyun tadi. Karena usianya lebih tua dari Tzuyu sekitar dua tahunan, Tzuyu memanggilnya dengan sebutan ka Jae. 

“Yakin gak mau dianter sama cogan ini?” Tanya Jaehyun kecewa. Dia tidak menyangka akan ditolak. 

Tzuyu memantapkan jawaban dengan isyarat mengangguk. Bukannya apa. Tzuyu padahal suka bisa ikut pulang bersama barista paling tampan yang pernah ia temui dalam hidupnya dengan ikut berbonceng dibelakang motor CBR itu. Tapi gara gara tadi malam dirinya dapat pertanyaan orang orang rumah dan tetangga siapa cowok ganteng itu, Tzuyu jadi bingung harus jawab apa. Sudah sempat ia jelaskan bahwa Jaehyun hanyalah teman satu kerjanya, si tetangga rese plus dua adik usilnya malah mentertawakan seolah olah Tzuyu berbohong. Apa Tzuyu harus bilang kalau Jaehyun adalah pacarnya? Tapi kenyataannya sampai detik ini si barista tampan sering membuat jantung Tzuyu berdebar debar itu tidak pernah menyatakan perasaan apa apa. Apalagi sampai membuat komitmen. Jangan mimpi, Tzuy. Jadi menurut Tzuyu, lebih baik ia kurangi aksi nempel nempel kepadanya.

BADLUCK FRIENDZONE | JaeTzu Short Story [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang