[✔] BAB 12

5.7K 684 11
                                    

"Kenapa kau menghindariku, Reya?" tanya Pria itu. Mungkin kalian dapat menebaknya, dia adalah Hoshino.

"Cukup bermainnya, Hoshino. Jangan mengangguk kehidupanku," keluh Reya. Dia tanpa daya melihat ke arah Hoshino.

Mendengar ucapan tersebut Hoshino memandang Reya dengan tatapan bahwa dirinya dianiaya.

Reya menghela napasnya dengan kasar. "Sebenarnya, apa yang kau inginkan, Hoshino?" tanya Reya.

"Kau!" Hoshino melebarkan senyumnya. Tetapi respon Reya hanyalah pandangan dingin. Melihat hal itu mata Hoshino meredup, tetapi tak lama kemudian itu kembali seperti semula.

"Aku bercanda! Aku hanya ingin mengajakmu makan sebagai tanda persahabatan kita. Jangan menolak, ya?" Reya menelisik wajah Hoshino.

Cacing-cacing di perutnya telah meronta. Kali ini, dia akan menuruti permintaan Hoshino.

"Baiklah." Reya kembali berbalik dan berjalan ke arah kantin. Hoshino tersenyum lebar. Dia percaya suatu saat nanti dia akan menerimanya!

Mereka memesan makanan, duduk lalu dalam sekejap pesanan tersebut datang. Tak ada percakapan lain selain makan, tetapi hati Hoshino telah berbunga-bunga.

Waktu berlalu, set makanan Reya telah habis, tetapi Hoshino masih tersisa banyak. Sebenarnya, Hoshino baru saja menyelesaikan makan siangnya tadi. Tetapi keburu melihat Reya, dia berpura-pura baru datang dan memesan makanan lagi.

Ini yang dikatakan cinta buta, bahkan ketika perut tak sanggup masih saja rela berkorban.

Hoshino tersenyum. "Bye, Reya!" Reya mengangguk.

Reya kembali ke asramanya. Kosong itu yang dia temukan, tanpa menutup pintu asrama, dirinya duduk di sofa utama tempat di mana biasanya ia dan teman-temannya duduk.

Nah... baru sebentar mereka pergi, dia sudah merindukannya, maklum saja, mereka sahabat pertamanya, entah itu di Bumi ataupun Rozè.

Reya sedang termenung ketika dia tiba-tiba mendengar pintu asramanya sendiri tertutup. Dia membuka matanya dan ketika akan menoleh ada orang yang memeluk lehernya.

Tindakan itu begitu intim sehingga Reya menegang. "Siapa?" tanyanya dengan suara rendah.

"Calon suamimu." Suara rendah di belakangnya menjawab. Mata Reya menjadi dingin.

"Sialan," gumam Reya rendah. Dirinya saat ini bahkan tidak mempunyai seperempat energi biasanya, bagaimana dia bisa melepaskan diri dari bajingan ini?

Dia hanya bisa memakai kekuatan fisik tubuhnya. Reya memukul orang itu dengan sikunya, hanya saja sebelum pukulan itu kena, pria itu menghentikannya.

"Kau masih saja seperti harimau kecilku."

"Jangan sok akrab, tolong."

"Hatiku menjadi sakit akan perkataanmu, gadis kecil. Apakah kau akan bertanggung jawab?" tanya Pria itu dengan nada main-main.

"Lepaskan aku." Reya memerintahnya.

Pria itu dengan lugas menjawab. "Tidak."

Mata Reya berkedip, maka tak ada cara lain, dia harus menggunakan kekuatan fisiknya agar terbebas dadi kurungan lengan besar ini!

"Sungguh nakal," gumam Pria itu. Tetapi matanya memancarkan kehangatan dan cinta yang tiada tara.

Setelah beberapa menit berlalu, Reya berhenti berjuang, dia lelah.

Another World: RozèTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang