[✔] BAB 29

4.4K 589 13
                                    

Keesokan harinya.

Reya, Aeron serta Feis melanjutkan perjalanan mereka. Mereka menjalani perjalanan itu dengan tenang, hingga sekelompok hewan di depan mereka berlari dengan gila menuju ke araha mereka.

Masing-masing diantara mereka memiliki tatapan tak normal. Aeron yang dingin, Reya yang tak acuh, dan Feis yang semangat. Meski rasanya tak benar, tetapi tak ada satupun orang yang merasa aneh.

"Huh ... memang satu hari tanpa keributan itu tidak bisa sekarang?" gumam Reya.

Reya menatap Aeron. "Berapa banyak hewan dalam kelompok itu?" Sebenarnya Reya bisa menganalisisnya. Tetapi, dengan Aeron di sisinya, mengapa harus dia yang menganalisis? Maaf, dia tak ingin!

"Tiga puluh, itu tingkat rendah. Tidak mengancam." Reya mengangguk.

Reya melihat matahari yang berada di kepalanya. "Sebentar lagi waktunya makan siang ... bagaimana jika kita memburu mereka saja?"

Mata Aeron dingin, dia dengan tegas menolak. "Tidak boleh."

Reya bertanya. "Kenapa?"

"Tidak ada vitamin ataupun manfaat."

"Yang penting aku kenyang. Jangan pilih-pilih." Mendengar kalimat itu membuat Aeron terdiam. Baik, dia menurut apa yang dikatakan gadisnya.

Mereka berdua meninggalkan Feis untuk diam di belakang saja. Dan langsung menyerbu beast-beast itu.

Ini mudah, bahkan sangat. Tetapi, itu tidak berlaku saat Reya dan Aeron menyadari luka-luka yang mereka beri tidak berpengaruh.

Mereka saling pandang dan akhirnya membatin. 'Mereka dikuasai sihir!'

Begitu pikiran itu masuk, pertempuran yang mereka lakukan meningkat.

Hingga ... setengah jam kemudian.

"Akhirnya ... selesai." Reya sesak napas. Keringat membasahi badannya. Badannya lelah, dan ini menyebabkan dirinya ingin tertidur saja.

Hanya saja, mengingat dia harus memasak, dia akan bangkit. Sayangnya, tindakan itu langsung dihentikan oleh Aeron.

"Biar aku yang memasak." Mendengar kata-kata itu, Reya menatap Aeron. Lalu mengangguk.

"Baiklah." Mendengar persetujuan dari gadisnha dia tersenyum.

Aeron perlahan menyiapkan semuanya untuk makan siang, dari memasak hingga menghidangkan.

Feis berpikir masakannya mungkin akan lebih buruk dari kakak cantik yang lembut. Namun saat melakukan suapan pertama, matanya langsung berbinar. Dia ingin lagi!

***

Saat ini, di sini lah mereka. Di perbatasan sisi hutan, dan di depannya akan menjadi tempat di mana Larva Beku berada.

Reya melihat ke kanan dan ke kiri lalu setelah beberapa saat tersenyum tipis saat melangkah ke tempat ini. "Sepertinya ... kita akan disambut dengan baik."

Aeron jelas mengerti maksudnya, tetapi berbeda dengan Aeron, Feis menggaruk kepalanya bingung. "Maksudnya, Kak?"

Reya mengelus kepala Feis dengan lembut, dia tidak tahu kalau itu menbawa tatapan tajam lain dari sisi kirinya.

Another World: RozèTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang