Malam ini Ally akan beristirahat dengan tenang dan bangun di siang hari.
Jadwal padatnya telah usai, sekarang waktunya Ally memanjakan dirinya sendiri tanpa memikirkan Eric yang sedang menikmati malam pertamanya bersama istri tercintanya.
Atau mungkin memikirkan calon anak mereka.
Kalau saja Lexy bersama dengannya malam ini Ally yakin Lexy berencana untuk mulai menghitung tanggal pernikahan mereka sampai tanggal kelahiran anak mereka. Mau tidak mau, suka tidak suka Ally tetap terpengaruh dan mengatakan dengan jujur anak itu memang sudah ada sebelum mereka menikah.
Beruntungnya Lexy telah berangkat dari hotel menuju bandara setelah mengatar Ally kembali ke hotel. Asisten pribadinya itu mendapatkan undangan pernikahan dari teman masa sekolahnya, jadi ia harus cepat-cepat kembali ke singapura.
Mengapa bulan Desember tahun ini menjadi musim nikah. Ally tidak mengerti dengan pola pikir mereka yang harus menikah padahal sendiri nyatanya lebih menyenangkan.
Tentu lebih menyenangkan dibandingkan dirinya mengurusi manusia lain yang belum tentu manusia itu peduli padanya.
Dan sekarang ia sendirian di Tokyo. Merenungkan segala hal yang tidak pernah bisa Ally selesaikan. Merenungkan hari kemarin, hari ini, dan hari esok.Langkah apa yang akan Ally ambil? Kemanakah pilihannya akan membawanya?
Usia Ally baru 19 tahun, tapi kehidupan dan beban yang Ally tanggung seakan ia sudah menjadi wanita dewasa yang matang. Masa remaja Ally akan dihabiskan dengan bekerja sambil melakukan hal-hal yang ia senangi. Itu setidaknya yang ada dibenak Ally.
Setelah kehilangan keluarganya, Ally juga kehilangan arah. Anak kecil penuh harapan kini tumbuh menjadi gadis penakut.
Pancuran air hangat menyiram tubuhnya yang penuh sabun. Harum mawar memenuhi kamar mandi itu.
Bersamaan dengan saat Ally keluar kamar mandi, suara bel berbunyi. Dirinya yang masih menggunakan bathrobe berjalan menuju pintu untuk melihat siapa yang datang ditengah malam seperti ini.
Wajah Eric terlihat di layar monitor membuat Ally langsung membuka pintu tanpa pikir panjang.
"Eric?"
"Oh,, kau sedang mandi?" Eric tampak terkejut melihat Ally yang hanya menggunakan bathrobe dan dengan rambut yang basah.
Ally mengangguk, "Ya. Masuklah."
Dengan cekatan Ally membuka lebih lebar pintu itu dan meninggalkan Eric yang masih diam disana.
Ally duduk di sofa yang letaknya berada ditengah-tengah ruangan.
"Kau menyariku tadi sore?" tanya Ally sambil menuangkan air putih ke dalam gelas.
Eric masih terdiam menatap Ally yang sibuk sendiri, membuatnya agak canggung.
"Duduk lah, kenapa kau tegang begitu. Santai saja aku tidak akan menanyakan -"
Ally baru ingat kalau malam ini seharusnya menjadi malam pertama Eric dengan pengantinnya.
Tapi mengapa dia kemari?
"Er, malam ini seharusnya kau tidak kemari." Ally menatap Eric dengan matanya yang membulat. Bertanda bahwa ia terkejut dan juga bingung.
Eric mulai mendekati Ally dan duduk disebelahnya. Tangannya sesekali menggaruk rambut dan juga tengkuknya. Matanya sesekali menatap keluar jendela.
"Ally,,"
"Minum lah dulu. Kau terlihat pucat. Ternyata dokter bisa seperti ini juga," Ally memberikan segelas air putih yang penuh dengan senyuman manisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUNNALLY
Romance[ ON GOING ] _*_*_*_*_*_ Enny Lunally? Aku menggeleng lalu menangis. Sekencang mungkin. Berharap ada yang melewati rumahku dan mendengar tangisan pilu ini. Bukan aku. Tidak pernah aku mengingkari janjiku, tidak padamu. Tidak ketika dia menyakitik...