1. Ulang Tahun Cahaya

6 0 0
                                    


Pagi yang cerah. Awan yang lembut menghiasi langit biru muda yang seolah memberitahukan kepada manusia yang hidup di bawahnya bahwa hari ini akan menjadi hari yang dipenuhi senyuman.

Di rumah keluarga Rianto yang terletak di dalam komplek perumahan elit yang diisi oleh keluarga-keluarga konglomerat, langit indah dan udara segar pagi itu sama sekali tidak mempengaruhi suasana di ruang makan keluarga itu.

"Kau sudah melewati batasmu Cahaya!" Bentak Rianto pada anaknya, Cahaya. Sebuah tamparan di jatuh ke pipi kanan gadis itu.

Cahaya yang sejak tadi sudah bertekad untuk menyuarakan pikirannya tidak mundur sedikitpun. Selama delapan tahun dia sudah menorelansi segala ketidakadilan dan pembiasan yang dilakukan oleh ayahnya dan juga sikap kejam ibu tirinya terhadapnya. Hari ini dia telah memiliki sayap yang kuat dan tidak ada yang perlu ditakutinya lagi.

Hari ini adalah ulang tahun Cahaya. Tepat dimana dia secara hukum telah dewasa. Seluruh harta yang ditinggalkan mama untuknya secara resmi telah jatuh ke tangannya dan dapat dia gunakan sesuka hatinya. Tentu saja hal pertama yang dilakukannya adalah membereskan dendam yang selama ini ditumpuknya terhadap ketiga orang yang berada di hadapannya ini. Ayah, ibu tiri dan adik tirinya yang tidak memiliki hubungan darah dengannya. Cahaya menelan semua perlakuan buruk terhadapnya karena saat itu dia masih belum dewasa dan semua harta yang ditinggalkan mama untuknya masih beku.

Cahaya tahu mama menggunakan batasan umur untuk Cahaya bisa menggunakan hartanya demi melindunginya dan mencegah niat jahat ayah dan ibu tirinya yang ingin merampas hartanya memanfaatkan usianya yang masih kecil untuk membodohinya menandatangani dokumen yang merugikannya. Walaupun tindakan itu membuat Cahaya harus menerima perlakuan buruk selama delapan tahun, Cahaya tidak keberatan. Dengan begini dia punya alasan yang kuat untuk membalas dendam mamanya.

Sekarang saatnya dia menagih hutang nyawa dan perlakuan buruk ketiga orang ini. Mama tidak akan mati dengan tidak tenang. Cahaya akan memastikan ketiga orang kejam ini membayar perbuatan mereka membunuh mama. Hukum mungkin tidak dapat membuktikan kematian mama adalah karena pembunuhan namun, ayah dan ibu tirinya akan tahu lebih baik mendekam di penjara dari pada menerima pembalasan dendam darinya.

Cahaya bukan gadis yang lembek dan lemah seperti yang selama ini sengaja dia tunjukkan di hadapan semua orang. Yang sebenarnya, dia menyembunyikan dengan baik karakternya yang asli demi mempermudah rencana balas dendamnya. Semua orang mengasihaninya karena menjadi bawang putih dalam keluarganya dan semua orang tahu dia berhati mulia dan selalu penuh belas kasih. Tidak satu orang pun tahu kalau selama ini Cahaya telah menyusun rencana yang dapat membuat orang menarik nafas tajam hanya dengan mendengarnya saja. Siapa yang akan menyangka kalau anak berumur sepuluh tahun dapat melihat dengan jelas rencana picik ayah membunuh ibunya hanya demi mendapatkan harta.

Ayahnya membuat rencana jahat membunuh ibu Cahaya demi mendapatkan harta istrinya, Namun siapa yang tahu kalau istrinya yang cerdik sejak awal sudah menulis surat warisan untuk mewariskan hartanya pada Cahaya dan dengan ketentuan Cahaya hanya dapat menerima harta itu setelah dia berumur delapan belas tahun dan jika terjadi sesuatu pada Cahaya selama dalam penjagaan ayahnya, maka harta itu akan disumbangkan pada lima organisasi kemasyarakatan yang berbeda. Karena surat wasiat inilah Cahaya berhasil hidup sampai sekarang. Namun meskipun surat wasiat itu dapat melindungi nyawa kecilnya, tidak berarti kehidupan Cahaya dapat dijalani dengan mudah dan tanpa kekhawatiran. Setiap hari dia harus berpura-pura bodoh dan tidak bisa menunjukkan dirinya yang sebenarnya untuk menurunkan kewaspadaan ibu tirinya dan ayahnya.

"Kenapa kau menamparku? Apakah aku salah? Aku hanya menelepon pengacaraku untuk memastikan kalau surat yang ayah ingin aku tandatangani ini tidak merugikanku." Cahaya tidak begedik sedikit pun oleh tatapan menusuk ayah dan ibu tirinya. Di dalam hatinya Aya tertawa sinis melihat wajah ibu tirinya berubah merah karena marah.

"Kau kira ayah akan menjebakmu menandatangani sesuatu yang merugikanmu? Ayah hanya perlu sedikit bantuan untuk membantu bisnis baru ayah dan kau tidak mau membantu?" Rianto Menghardik dengan keras. Dia tak mampu lagi menahan emosinya. Selama ini cahaya tidak pernah berani melawannya, bahkan hanya untuk membantah ucapannya saja anak ini sama sekali tidak berani. Hari ini, kenapa harus hari ini Cahaya berubah seperti ini.

"Mana mungkin seorang ayah mampu melakukan sesuatu yang melukai anaknya. Jika ada orang seperti itu maka orang itu tidak pantas dipanggil ayah. Dia adalah binatang." Cahaya tidak membantah tuduhan ayahnya namun jawaban ini malah sepertinya lebih tajam dari pada dia membantah secara langsung ucapan ayahnya.

Rianto tidak dapat mengeluarkan kata-kata meskipun mulutnya terbuka. Kata-kata yang biasanya tak pernah sulit untuk dia lontarkan saat ini seolah menusuk tenggorokkannya. Di hadapan Cahaya yang selama ini selalu menghormatinya dan selalu menatapnya dengan hormat dan takut, untuk pertama kalinya Rianto merasa tersudutkan.

"Kau tahu benar kalau ayahmu tak akan membuatmu rugi, lalu kenapa kau masih menolak menandatangani surat ini? Dengan menelepon pengacaramu bukankah itu sama saja dengan meragukan ayahmu?" Teriak ibu tiri Cahaya.

"Aku baru genap berusia delapan belas tahun sembilan jam yang lalu dan Hal pertama yang kalian sodorkan padaku bukannya hadiah atau ucapan selamat, tapi setumpuk dokumen untuk kutandatangani? Sekarang aku tidak berhak bertanya pada pengacaraku untuk keputusan yang kubuat ketika ini menyangkut ahli kuasa?" Cahaya mendengus sinis kearah ibu tirinya yang terperanjat dengan pertanyaannya. Dia sama sekali tidak menyangka Cahaya bisa berinisiatif berkonsultasi pada pengacaranya.

Rianto yang masih belum pulih dari keterkejutannya, sekali lagi dikejutkan oleh ucapan anak yang sama sekali tidak dia perdulikan selama ini. Bukankah Cahaya adalah anak yang selalu penurut dan gampang dibuli? Dia yakin sekali kalau putrinya ini tidak memiliki nyali untuk membantah dan pasti akan menandatangani surat pernyataan itu tanpa banyak tanya. Reaksi Cahaya ini membuatnya tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Kalau Cahaya sampai benar-benar memanggil pengacaranya maka ini akan menjadi lebih rumit.

Rianto sedang mencari akal untuk meyakinkan Cahaya ketika gadis itu sekali lagi mengejutkannya dengan ucapannya.

"Kalau aku tidak salah ingat, hari ini aku bisa membuat keputusan terhadap propertiku sendiri bukan?"

Rianto dan istrinya saling berpandangan. Keduanya sama-sama dapat mencium ada yang mencurigakan dari pertanyaan Cahaya namun tidak tahu apa yang salah. 

CahayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang