10. Makan Siang

1 0 0
                                    

Aya sedang mempelajari dokumen-dokumen yang dikirimkan Paman Pram padanya ketika teleponnya berbunyi. Ada pesan masuk yang dikirim Hendro. 'Besok aku tidak ke kampus, ada sedikit urusan pekerjaan. Aku tidak bisa menemani kalian makan siang.'

'Okay, besok aku akan makan dengan Ara.'

'Kay, sampai jumpa lusa.'

'En.'

Aya memandangi chat nya sambil bertanya dalam hati 'kenapa dia harus melapor padaku? Makan bersamaku bukan tanggung jawabnya.' Walaupun begitu Aya menyungging senyum setelahnya.

Rabu, pagi hari, Aya berjalan menuju kelasnya. Dia bertemu dengan Nana di depan kelasnya. Gadis itu menghadang jalannya. "Wanita jalang! Kita lihat saja siapa yang akan menang pada akhirnya. Aku bersumpah aku akan merebut kembali Hendro." Nana melotot padanya dengan penuh kebencian.

"Merebut kembali? Apa kau mengerti arti kata itu? Sejak kapan dia itu menjadi milikmu? Sejak kapan kalian menjalin hubungan?"

"Kau tahu aku menyukai Hendro, karena itu kau mendekatinya. Kau sama sekali tidak menyukainya. Kau hanya mempermainkannya!" teriak Nana gusar.

"Kau terlalu memandang tinggi dirimu. Hidupku tidak berputar mengelilingimu nona." Aya mendengus. "Hendro bukan barang yang menjadi milik seseorang dan kau tidak akan pernah memilikinya, aku akan memastikan itu. Satu saranku, pergi belajar dari ibumu. Dia tahu dengan benar bagaimana cara menggoda pria, terutama pria orang lain. Kau masih kalah jauh darinya dalam masalah itu. Tapi kau harus tahu, aku bukan ibuku. Priaku tidak akan pernah tertarik pada orang ketiga, pria yang tertarik pada godaan gadis jalang tidak pantas untukku." Aya mendengus dengan congkak.

Tak tahan dengan hinaan pedas dari Aya, Nana mengangkat tangannya hendak menampar Aya namun tangannya dengan sigap ditangkap oleh Aya. Dengan sekuat tenaga Aya menampar Nana. "Jangan pernah berharap kau bisa menamparku. Kau pikir aku adalah Cahaya si gadis pendiam yang gampang dibuli olehmu dan orangtuamu itu? Bangun Nana Wikran, aku hanya berakting selama ini. Ck ck, dasar bodoh." Aya meninggalkannya dan masuk ke dalam kelas lalu duduk dengan santai mengangkat sedikit dagunya dengan bangga menatap Nana. Nana yang merasa malu karena semua orang di dalam kelas memandanginya sambil berbisik tidak jadi masuk ke kelas dan berbalik pergi. Bagaimana dia bisa tetap tinggal di sana, walau pun sebelumnya tidak ada yang tahu kalau dia adalah anak haram, kenyataan terpampang jelas jika seseorang melihat dari usianya. Semua orang tahu kalau Rianto Wikran memiliki istri sebelum menikah dengan ibunya. Usianya dan Cahaya seumuran jika dia adalah anak kandung dari Rianto maka ibunya mengandung dia disaat yang bersamaan dengan istrinya dan itu berarti sejak lama Rianto telah berselingkuh dengan ibunya.

Selesai kuliah Cahaya mengajak Aya untuk menemaninya membeli pakaian baru. Minggu kemarin karena Hendro bersikeras membayar semua belanjaan mereka, Aya tidak berani belanja sesuka hatinya. Hari ini dia memutuskan akan belanja gila-gilaan makanya dia mengajak Aya bersamanya.

"Kau belum puas belanja kemarin?"

"Aku baru saja pindah keluar dari rumah itu. Aku tidak ada baju yang layak pakai karena aku sama sekali tidak membawa baju keluar dari rumah itu. Lagi pula semua bajuku adalah bekas dari Nana, aku tidak mau lagi memakai baju bekas. Aku punya saham dimana-mana, punya perusahaan besar atas namaku, aku juga punya beberapa properti yang bernilai milyaran. Tidak masuk akal kalau aku memakai baju bekas bukan? Walaupun harus memakai baju bekas aku juga tidak akan sudi memakai baju bekas Nana."

"Benar sekali. Sahabatku adalah gadis tercantik di kampus, tidak boleh memakai baju bekas, walaupun baju bekas, tidak boleh milik wanita jahat itu."

Dengan begitu kedua gadis itu dengan riang menuju ke TBX dan memulai belanja gila-gilaan mereka. Walaupun uang jajan yang dimiliki Ara terbatas, itu tidak menghalanginya berbelanja dengan riang dengan Aya. Saat mereka keluar dari TBX ada tiga orang staff dari TBX yang membantu mereka membawakan belanjaan mereka karena belanjaan yang terlalu banyak, ketiga orang itu masing masing mendorong sebuah troli yang penuh dengan tumpukan belanjaan. TBX tidak biasanya menyediakan staff yang membantu mengangkut barang, fasilitas ini hanya diberikan kepada tamu VIP yang berbelanja diatas harga tertentu. Aya yang pertama kalinya berbelanja sesuka hatinya tidak segan-segan membeli sesuatu tak berapa lama setelah dia belanja barang belanjaannya sudah setara dengan harga beberapa villa, dengan begitu tentu saja pihak TBX segera memberikan member VIP untuknya.

"Kalau kau berniat belanja seperti ini tiap kali kau kemari, kusarankan kau mulai belajar mencari uang dengan giat dari sekarang." Ujar Ara sedikit terintimidasi dengan tumpukan belanjaan dibelakang mereka.

"Tidak usah khawatir, kali ini pengecualian. Tapi aku memang berniat untuk belajar dengan giat untuk mencari uang, dengan begitu aku akan bisa belanja gila-gilaan semauku." Aya tertawa penuh ambisi dengan mata yang berbinar-binar.

"Bagus, dengan begitu aku bisa mengikuti ekormu dan menanam beberapa saham di perusahaanmu, dengan begitu aku juga bisa berbelanja segila dirimu." Ara memutuskan dengan ambisi yang tak kalah dari sahabatnya.

CahayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang