1. Teh hari ini 🍵

144 16 4
                                    

~ Definisi suka itu di konotasikan dimana memangnya? Suka jatuh cinta? Suka biasa saja? Atau suka untuk main-main?~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~ Definisi suka itu di konotasikan dimana memangnya? Suka jatuh cinta? Suka biasa saja? Atau suka untuk main-main?~



"Jeno mana peka sama rasa suka, Zea yang ngejar-ngejar dari kelas sepuluh aja gak digubris."

Masih dengan seragam putih abu yang dikeluarkan mereka semua berkumpul di sebuah rumah besar yang sudah mereka anggap rumah sendiri.

Sekelompok remaja laki-laki itu serempak menoleh pada seorang remaja laki-laki lain yang sibuk mengutak-atik pacar kesayangannya; sepeda.

Namanya saja Zeano Aksara, tapi bukan suka kata-kata malah suka bersepeda keliling kota.

Laki-laki itu menoleh kemudian tersenyum miris, mengabaikan pernyataan remaja laki-laki yang kerap ia sapa dengan panggilan Harsa.

"Muka okay, pacaran sama sepeda."

"Kayak Lu pada punya pacar aja!"

Akhirnya celetukan datar keluar dari mulut remaja laki-laki itu. Ia duduk disamping teman laki-lakinya yang sibuk bermain gitar.

"Manu punya pacar gak Lu!?"

Laki-laki dengan alis camar itu menoleh. Kemudian menggelengkan kepalanya tak habis pikir sembari berdecak kecil.

"Kenapa? Lu mau jadi pacar gua?"

Mereka serempak tertawa, mendengar jawaban Manu yang kelewat kocaknya.

Namanya si Zeano biasa dipanggil Jeno pake J, kalau pake Z repot; kata kesepuluh temannya.

Kalau yang sedang duduk bersandar di balkon sambil minum kopi tentu saja Aksa. Entah sudah gelas ke-berapa, wajahnya muram seperti baru habis diputusin pacar.

Beda lagi dengan Kaelan, yang jempolnya sibuk senam diatas keyboard, mengetik balasan-balasan manis untuk asrama putri yang menghuni ruang obrolan WhatsApp-nya.

Lalu kita beralih pada Chairil, laki-laki dengan kulit putih seputih sagu yang matanya sipit datar, setiap hari sibuk dengan setumpuk kertas, siapa sangka laki-laki dengan wajah lucu tapi jutek itu ternyata seorang pujangga cinta.

"Udah dapet berapa pusi Ril?"

Klak!

Tanya Senan yang tiba-tiba saja duduk dan menumpahkan tinta diatas meja. Semuanya hanya menatap pasrah, menunggu Chairil meledak.

"Senan! Lu emang anjir!"

Tuh kan!

Bergetar sudah seisi ruangan, bahkan kesepuluh sahabat baik itu menutup telinganya rapat-rapat.

Senan hanya diam kaku. Masalahnya, kesebelasan puisi pujangga cinta itu habis berwarna hitam terkena tumpahan tinta.

"Gak inget lagi si anjir! Barusan gua nulis apa!"

Pedal Perasaan ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang