2

5 0 0
                                    

"Dek ayo nanti telat" teriak mas Winata dari bawah, sedangkan Gina yang sudah berseragam lengkap masih saja bergelung dengan pr matematika nya.

Tadi malam dirinya menunggu Yudhit menelpon hingga larut sehingga tak sempat untuk mengerjakan pr nya.

Walaupun Gina bukan seorang bintang kelas yang rajin, pintar serta cerdas, tapi dirinya paling anti jika harus mengerjakan pr di sekolah.

"Lama banget tumben?"

"Tadi nyari buku lupa naruh, udah yuk mas berangkat"

Winata hanya bisa menggeleng pelan, kelakuan adik nya memang tak pernah berubah, selalu lupa jika menaruh barang.

Di perjalanan pun kembali hening, winata dan Gina masih sedikit canggung, maklum winata bersekolah di sekolah asrama sejak SMP sehingga keduanya jarang bertemu.

"Nanti mas kayak nya gk bisa jemput deh gin" ungkap winata setelah ia mengingat jika dirinya harus menghandiri rapat organisasi di kampus nya.

"Yaudah nanti Gina biar sama Nana"

"Kenapa gk sama Yudhit?"

"Kak Yudhit itu pacar ku mas, bukan tukang anter jemput"

"Emang dia gk cemburu kamu sama Nana terus?"

"Buat apa? Kalau udah saling percaya" winata kembali bungkam, bisa di bilang adik nya ini sudah terjatuh terlalu dalam dengan pesona seorang Yudhit.

Padahal kemaren winata yakin itu Yudhit yang ia lihat di mall.

"Tapi dek kemaren mas beneran lihat"

"Gina tau mas, bukan cuma mas yang lihat semua nya tau kok, kak Yudhit gk bakal diem aja, dia pasti jelasin" winata hanya bisa menghela nafas, adik nya tetap keras kepala.

Mereka pun tiba di depan sekolahan Gina

"Gina sekolah dulu mas, mas ati-ati ya assallammualaikum" ucap Gina lalu menyalami winata dan berakhir mengecup pipi sang kakak.

"Waalaikumsallam, Belajar yang bener gin" peringat winata yang hanya di balas deheman oleh Gina.

"Gin.."

"Iya mas? Ada yang ketinggalan?"

"Itu bukan nya Yudhit? Dia sama siapa?" Pandangan Gina pun beralih kepada apa yang di tunjuk winata.

Dan benar saja, disitu memang benar Yudhit yang sedang bergoncengan dengan Sarah tetangga nya.

Tak mau berlama-lama Gina segera berlari menuju gerbang sekolah nya setelah melambaikan tangan kepada winata.

"Sebenernya dia pkek pelet apaan sih? Segitu demen nya Gina sama dia" gerutu winata lalu selanjutnya meninggalkan sekolah Gina menuju kampus nya.







"Gin gin gin gin" ucap Nana yang baru saja memasuki kelas lalu datang duduk disamping Gina mencolek tangan perempuan itu.

"Apaan sih na? Kalo manggil yang lengkap dong gaenak banget di denger" ucap Gina yang mulai jengah akibat gangguan Nana padahal dirinya tengah asik membaca novel.

"Gina Gyandra Semesta" panggil Nana sekali lagi bahkan menuruti permintaan Gina dengan memanggil nya secara lengkap walaupun tak perku selebay itu.

"Apaan?"

"Gue beneran liat kak Yudhit berangkat bareng kak Sarah lagi gin, kalo gk percaya tanyak nih Haekal, ya kan kal?"

"Iya bener tuh gin, mana kak Yudhit parkir motor nya di parkiran belakang, jadi tontonan banyak orang mana kak Sarah peluk nya mesra banget"

"Gausah kompor lu kal!" Teriak Rendy yang duduk di belakang Gina.

Rendy diam saja bukan berarti tak memperhatikan, tapi dirinya juga ikut menyimak.

"Beneran demi allah dah, saksi nya Arkana noh" ucap Haekal dengan yakin.

"Gue udah tau telat kalian" ucap Gina datar seraya membalik kan halaman di novelnya.

"APA?! WHAT?" Teriak mereka bertiga, oh iya ketambahan Ferdy yang baru datang tapi ikut teriak.

"Lu napa ikut-ikut sih Fer" Protes Haekal.

"Lah gue cuma lewat" elak Ferdy lalu berlalu ke bangku nya.

"Yaudah ulangin deh kaget nya" usul Rendy, dan akhirnya mereka mengulangi adegan terkejut itu.

Gina tak habis pikir bagaimana dirinya bisa berteman dengan makhluk-makhluk seperti ini.

"APA?!" teriak haekal, Nana dan Rendy.

"Loh udah tau dan lo cuma diem aja? Alig alig alig" ucap Haekal dan jangan lupa kan ekspresi lebay nya menurut Rendy.

"Lo gk pengen datangin mereka trs jambak kak Sarah gitu?"

"Gue bukan cabe Na" ucap Gina datar

"Atau lo gk pengen datangin mereka trs bilang kak kita putus sekarang gitu?" Ujar Rendy polos.

"NAUDZUBILLAH, RENDY KENAPA LO NGOMONG GITU SIH?!"

"Ya lagian gin, cuma modelan kak Yudhit doang yang lain banyak sih" mulut Rendy ini memang pedas sekali, sedangkan Nana dan Haekal malah mendukung pendapat Rendy.








Bohong jika Gina tak memikirkan persoalan tadi pagi, di kepala nya penuh soal pertanyaan mengapa kak sarah dan kak Yudhit kekasih nya itu makin lama makin dekat?

"Gina!"

"Ah iya bu ada apa?"

"Kamu kenapa ngelamun di pelajaran saya?!" Habis sudah riwayat Gina, seharus nya ia tak memikirkan itu hingga membuat nya melamun.

Dan berakhir lah Gina di tengah lapangan yang lumayan terik dengan tangan yang hormat kepada tiang bendera.

"Kamu ngapain disitu?" Gina yang menunduk pun mendongak untuk melihat siapa dia.

Ternyata kak Yudhit lengkap dengan almamater kebanggaan nya yaitu osis.

"Di hukum kak"

"Kenapa?"

"Aku gk ngerjain pr matematika" Gina sengaja berbohong, ia ingin tau bagaimana respon Yudhit yang menjanjikan menemani Gina mengerjakan pr.

"Kenapa gk ngerjain?"

"Kemaren kakak janji, aku tungguin walaupun kakak gk bisa kerumah karena udah malem kita bisa nelpon, ada soal yang Gina gk ngerti, terus aku ketiduran"

"Harusnya kamu kerjain sendiri lah gin, kamu gk berpikir kakak capek gitu? Harus gitu nelpon kamu malem-malem? Kalau kamu terus bergantung ngerjain pr aja harus ada kakak, setiap hari kakak yakin kamu di jemur kayak ikan asin disini!"

"Oh gitu kak? Gina minta maaf" ucap Gina kembali menunduk dan dilihat nya Yudhit pergi meninggalkan.

Jika tau respon nya seperti ini Gina bakal jujur ke Yudhit, padahal Gina berharap jika Yudhit bakal minta maaf atas kesalahan nya.

Air mata pun tak dapat di bendung lagi, di lapangan sepi tak ada satu orang pun karna sekarang masih jam pelajaran.

"Kenapa nangis dek?" Suara itu yang terakhir Gina dengar sebelum akhirnya pandangan nya gelap.

Gina lupa jika tadi pagi tak sempat sarapan.

Trust Me If You WantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang