Hari itu aku seperti mendapatkan hidayah. Pagi-pagi sekali aku sudah sampai di sekolah. Biasanya aku baru tiba 15 menit sebelum bel masuk berbunyi.
Aku menyusuri koridor yang sepi.
Namun tidak dengan lapangan yang membentang sejajar dengan koridor di samping kananku. Beberapa siswa mengisi lapangan dengan bermain basket.
Aku heran dengan mereka, mengapa sepagi ini mereka harus bermain basket dengan seragam sekolah?
Apa mereka tidak takut bau keringat menguar saat mereka belajar nanti?
Saat fikiranku saling beradu argumen, panggilan seseorang membuat fikiranku buyar membuatku menoleh ke arah kanan.
"Sya!"
Tepat di bawah pohon rindang 2 cowok sedang beristirahat dari kegiatannya bermain basket.
Awalnya aku ragu jika yang memanggilku adalah dia. Setelah ku perhatikan baik-baik ternyata benar. Yang memanggilku tadi adalah Afif, musuh bebuyutan ku.
Mau apa dia memanggilku? Mencari ribut dengan ku, heh?
"Kenapa!?" Tanyaku jutek, tak beranjak dari koridor tempatku berdiri.
"Bawain sepatu gw ke kelas dong, lu kan baik"
Seperti dugaanku. Cowok kurang ajar ini dengan seenak jidatnya dia berbicara begitu? Memangnya aku ini pelayannya yang bisa ia suruh-suruh gitu?
Padahal ini masih pagi. Mengapa manusia menyebalkan ini membuatku kesal?
Aku tak perdulikan lagi dia, aku melengos dan segera melanjutkan perjalanan ku ke kelas. Tak perduli ia memanggilku di kejauhan.
Ingat! Aku bukan pembantunya!
[4]
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer
Short StoryBagiku, kamu ibarat bintang di langit malam. Kamu menenangkan. Kamu bercahaya. Kamu selalu membuatku tersenyum akan hadirmu. Tapi aku tau, Kamu. Sangat tak mungkin bisa ku gapai ataupun ku miliki. Aku tak apa. Setidaknya, hadirmu selalu menem...