3.|| Antara Pernah dan Tidak

55 7 11
                                    

"Beberapa hal yang mungkin pernah
kamu rasakan sebelumnya, bisa jadi itu
adalah kepingan masa lalu."


Vote and comment yeup❤️
Happy reading!😘

◕ ‿ ◕

Nathan menyatukan tangannya di atas meja. Dahinya mengernyit bingung. Ada rasa aneh yang berada dalam dirinya. Dia seperti ... ah susah dijelaskan!

"Woi!" panggil Gerald pada Nathan dan membuat cowok itu tersentak. "Bengong aja. Masih mikirin kejadian tadi?" lanjutnya.

Alfa tertawa, lalu berkata, "Kayaknya iya deh. Tatap-tatapan sama bidadari Coy! Mantul lah kayak gitu. Gue jadi lo gak cuci tangan sebulan, Than!" Kedua ibu jari tangannya dinaikkan.

Nathan mendengus sebal. "Apaansih lo berdua!"

"Ck dia ngegas," tambah Aksa.

FLASHBACK ON

Ceklek

Nayla membuka pintu kamar mandi. Dia menoleh ke kamar mandi pertama ternyata sudah kosong. Sepertinya Rania menunggunya di luar.

Di depannya kini berada empat orang cowok yang tengah menatapnya.

"Eh, Neng Nayla," ucap Alfa genit.

Nayla menunduk. "A-aku permisi Kak."

Baru saja Nayla ingin melangkah si jahil Alfa membuka suaranya lagi. "Sini aja dulu Nay."

"Alfa bego! Anak orang itu," ujar Aksa menegur Alfa.

Nayla yang merasa tidak nyaman segera berlari. Namun naas, lantai kamar mandi yang basah menyebabkan dirinya ingin terjungkal ke belakang.

Nayla menutup mata coklatnya. Kakinya menapak tapi tidak dengan badannya. Tangan kekar melingkar lewat pinggang belakangnya. Nayla membuka perlahan matanya, mata itu ... sungguh rasanya sangat aneh.

"Argh!"

FLASHBACK OFF

Nathan masih merasa aneh. "Aelah!" ucapnya frustasi.

"Gila lo!" pekik Gerald. "Kenapa, sih, Than?" lanjutnya bertanya.

"Gak," jawab Nathan. Kemudian Nathan menggelengkan kepala berusaha melupakan kejadian tadi.

"Woi! Diem-diem aja. Gue mau nanya nih," ucap Alfa setelah meminum segelas es jeruk milik Aksa.

"Punya gue bego!" ujar Aksa tak terima.

"Bagi dikit. Gue mah baik, gue bantu kuburan lo biar gak sempit," jawab Alfa seperti tak berdosa.

"Suka-suka lo. Ikhlas gue sedekah sama kaum duafa." Aksa melengos, lalu memangku kepalanya dengan kedua tangannya.

"Udah, lo mau nanya apaan Fa?" tanya Gerald.

"Tinta, tinta apa yang gak akan pernah habis?"

Semua nampak berpikir. Tinta pasti akan habis, kan? Apalagi jika dipakai terus-menerus.

"Hayo kalian! Gak bisa, kan?" Alfa menaik turunkan alis kanannya. "Tau gak jawabannya?" lanjutnya.

"Enggak," jawab ketiga cowok itu kompak.

"Jawabannya itu ... tintaku pada neng Rania!"

Ketiga cowok tadi memasang wajah datar-sedatarnya dengan salah satu diantara mereka mendadak panas hatinya. Tebakan absurd yang membuat mereka berpikir keras, ternyata ini jawabannya. Menyebalkan!

"Kalo tau jawabannya gitu, tadi gue gak usah serius-serius," kata Gerald mencak-mencak.

Alfa tertawa keras sambil memukul-mukul meja. "Ayok, ini gak ada yang mau berguru sama gue?" tanyanya.

I DARE YOU! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang