𝒫𝓇𝑜𝓁𝑜𝑔

158 13 4
                                    

Vote and comment yeup❤️
Happy Reading!😘

◕ ‿ ◕

Seorang gadis cantik berkulit putih dan berambut hitam melangkahkan kakinya masuk ke rumahnya. Perasaan bahagia dan haru menyelimuti hatinya.

"Ma, ini hasil tesnya. Aku lulus dan dapet beasiswanya," ujar Nayla sambil menyodorkan sebuah kertas putih kepada ibunya.

"Bagus! Jadi kamu gak nyusahin Mama kayak papa kamu!" jawab Rena Arasya -- Ibunda Nayla.

"Ma, papa udah tenang disana. Nayla mohon, jangan bahas ini lagi." Nayla menatap sedih ibunya.

"Heh! Gara-gara papa kamu, kita hidup pas-pasan begini. Coba kalo dia pas mati gak sakit-sakitan. Kita gak akan melarat begini Nayla!" Inilah kalimat-kalimat yang sudah seringkali Nayla dengar dari mulut ibunya.

Sedih dan sakit rasanya. 3 tahun silam papanya mengidap kanker otak yang menyebabkan papanya membutuhkan biaya yang besar untuk berobat. Semua aset-aset miliknya digunakan untuk pengobatannya. Jika ditanya apakah dia tidak memiliki keluarga? Jawabannya tidak. Papa dan mama Nayla adalah anak tunggal.

Nayla memilih menuju ke kamar. Rumah ini bertingkat satu, tidak juga kecil dan juga tidak besar. Setidaknya rumah ini nyaman untuk ditinggali oleh dirinya dan ibunya.

Nayla membuka jendela yang berhadapan langsung dengan taman bunga matahari milik ibunya. Ibunya gemar sekali menanam bunga terutama bunga matahari. Semilir angin menerpa wajah cantiknya. "Nayla kangen papa," ucapnya.

Nayla menghela napas sejenak, menutup kembali jendelanya dan memilih membaringkan dirinya.

"Tuhan, jika ini jalannya Nayla, Nayla akan menjalani semuanya dengan ikhlas." Setelah itu Nayla, si gadis pintar nan lugu itu tertidur. Dalam tidurnya ia menaruh harapan. Harapan agar hari-hari berjalan dengan baik.








A/N : Bisa sampaikan pendapat kalian tentang prolognya? ❤️❤️❤️

Instagram : @maudia.ningtyas (◍•ᴗ•◍)❤


S E E Y O U N E X T P A R T👋🏼

I DARE YOU! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang