"Ceri," panggil Lola menyadarkanku untuk tidak terus memandang ke arah depan pintu kelas, Arka juga sudah tidak ada di sana.
"Iya, nanti Sabtu kita ke sekolah, kita coba berteman dengan Arka," ucapku pada Lola.
"Tadi loe ngeliat Arka nggak Cer? Dia ngeliatin ke kelas kita, tumben ya Cer," ucap Lola.
"Perasaan loe saja kali, lebay banget."
"Apa iya Cer? Kayanya dia ngeliatin orang yang di kelas kita deh Cer," ucap Lola.
"Ngeliatin loe kali, mungkin aja dia suka loe," ucapku lalu menulis lagi tentang Arka di buku catatan untuk misi Princess cinta.
"Masa si Cer?" Tanya Lola dan aku melirik ke arahnya, astaga mukanya sudah merah begitu, dia suka Arka?
"Eh loe kenapa? Jangan bilang loe juga suka Arka?" Tanyaku melotot padanya tajam dan Lola hanya menggaruk tengkuknya yang aku tahu itu tidak gatal.
"Nggak gitu Cer," ucapnya mengalihkan pandangan.
"Jujur sama gue Lola, loe suka Arka?" Tanyaku padanya.
"Nggak tahu Cer, gue ngerasa Arka istimewa aja, gue kan cari-cari info tentangnya terus jadi ya gitu, ada sisi yang buat gue suka, tapi bener Cer, ini gue rasa cuman rasa kagum saja," ucap Lola meyakinkanku.
"Gue nggak masalah loe suka sama siapa aja Lola, gue sebagai sahabat loe akan dukung apapun pilihan loe, tapi Lola kalau loe siap mencintai Arka berarti loe harus siap untuk patah hati juga, ingatkan?" Tanyaku pada Lola lalu menepuk pundaknya dan dia pun terdiam, tepat sekali guru selanjutnya mengajar datang, ternyata kelas sudah ramai.
"Baiklah anak-anak hari ini kita akan adakan ujian, simpan bukunya di dalam tas kalian dan taruh tasnya di depan kelas," ucap Bu Meli tersenyum hangat namun membuat bulu kudukku merinding. Ahh ujian? Aku belum siap. Rasanya bukan aku saja yang belum siap, seiisi kelas pun meringis dan menggerutu.
Tidak terasa bel pelajaran terakhir sudah berbunyi, aku merasa lega lalu membereskan buku-buku di atas meja, lalu aku melihat Lola yang terdiam, tumben biasanya bunyi terus mulutnya kaya suara petasan banting.
"Kenapa loe?" Tanyaku pada Lola.
"Nggak kenapa-kenapa Cer, mules gue," ucapnya cengengesan. Aku memandang ke arahnya horor.
"Gue ke toilet dulu ya Cer, tungguin gue," ucap Lola lalu berlari ke luar kelas menuju toilet, untung saja Bu Meli sudah keluar kelas tinggal aku dan geng Karin yang sedang berdadan.
Lalu suara rame-rame di depan kelasku membuat aku penasaran dan mengintip di dekat pintu kelas. Aku melihat Arka dan perempuan yang ku tahu namanya Carla sedang di kelilingi anak kelas sebelah dan anak kelasku. Sepertinya aku menyadari situasi ini, akan ada acara tembak menembak ini, tapi siapa yang akan menyatakan cintanya? Apa Arka? Lalu suara Carla menyadarkanku bahwa Carla yang akan mengungkapkan perasaannya.
"Arka dari dulu gue suka loe, mau nggak loe jadi pacar gue?" Ucap Carla dengan suara lantang lalu menunduk, gemas sekali aku melihatnya, Carla ini cantik sebenarnya tapi mau saja dengan Arka, lihat Arka matanya menatap dingin ke arah Carla. Dia hanya diam tidak bersuara apapun.
"Gue nggak tertarik," ucap Arka membuat semuanya melihat ke Arka bahkan Carla pun terlihat kaget, dasar manusia es, padahal Carla sudah berusaha mengungkapkan perasaannya.
"Tapi Arka, kita bisa mencoba dulu, gue akan menunggu loe untuk suka gue, apa nggak bisa kasih gue satu kesempatan," mohon Carla pada Arka.
"Nggak," ucap Arka lalu pergi dari kerumunan lalu matanya melihat ke arahku yang memandangnya tajam di depan pintu dan berjalan lagi diikuti oleh para sahabatnya, sedangkan Carla menangis tersedu-sedu. Lalu di ajak pergi oleh temannya. Dasar pematah hati, mawar berduri Arkana.
"Duh leganya," ucap Lola setelah sampai di dekatku. Lalu dia terlihat bingung menatapku.
"Apa?" Tanyaku lalu mengambil tas masuk ke kelas lalu memakainya.
"Gila si Arka, bener-bener pematah hati," ucap Karin pada teman-temannya yang masih ada di kelas.
"Emang Carlanya aja nggak tahu malu, udah tahu Arka nggak suka eh dia malah begitu," ucap teman Karin dari kelas sebelah.
Aku yang mendengarnya hanya menggeleng, memangnya mereka punya keberanian seperti Carla? Aku rasa nggak. Lola berjalan mengikutiku lalu terlihat seperti ingin bertanya ada apa?
"Apa? Loe mau nanya?" Tanyaku padanya. Lalu dia hanya cengengesan.
"Tadi Arka nolak Carla."
"Maksudnya? Carla yang jadi model itu Cer? Ya ampun, Carla yang cantik aja dia tolak, apalagi gue yang remah-remah rengginang ini," ucap Lola lalu aku memandang ke arahnya tajam.
"Oh, jadi loe punya pikiran buat nembak Arka?" Tanyaku.
"Nggak gitu Cer, tapi kalau emang rasa suka itu hadir, apa gue nggak boleh mencoba?" Tanya melihat ke arahku.
"Seterah, jangan sok bijak gitu mukanya, kita sudah selalu sok bijak di princess cinta, padahal kita saja belum pernah punya pacar," ucapku lalu berjalan lagi menuju tempat menunggu angkutan umum. Lola hanya tertawa di sampingku.
"Iya juga ya Cer, bagaimana kalau mereka tahu ya?" Tanya Lola tertawa.
"Mangkanya jangan sampai tahu," ucapku memandang Lola datar. Lalu angkutan umum pun datang aku dan Lola menaiki angkutan umum untuk menuju tempat Kak Risa.
Untunglah masih ada sisa uang hasil kerja part timeku yang bisa ku berikan pada Kak Risa, demi misi rahasia, aku akan lakukan apapun. Aku tersenyum melihat jalanan, dan entah mengapa orang yang duduk disampingku terkekeh, tertawa kecil ketika ku meliriknya sedikit tapi wajahnya tidak terlihat karena memakai masker dan juga Hoodie, lagipula dia sedang melihat ke arah hapenya, dasar aku saja yang kegeran karena sudah kelamaan jomblo.
"Kiri bang," ucapku pada supir angkutan umum, aku dan Lola akan pergi ke pasar dulu, membeli jeruk. Dan ternyata yang duduk di sampingku pun ikutan turun lalu pergi ke arah tukang rujak saat aku melihat ke arahnya.
"Ayo Cer, loe lihat apa?" Tanya Lola padaku.
"Nggak lihat apa-apa, ayo kita beli jeruk," jawabku lalu mengandeng Lola untuk ke tukang buah. Memang belanja paling enak itu ke pasar tradisional, harganya murah dan kualitasnya aku rasa tidak kalah bagusnya.
Saat aku melirik ke arah samping aku melihat cowok yang di angkot tadi sedang membeli bunga mawar dan di tangannya ada rujak, apa mungkin itu ingin ia berikan kepada pacarnya? Atau orang Spesial? Cowok yang romantis pikirku.
"Mau berapa kilo jeruknya neng?" Tanya ibu tukang jeruk menyadarkanku.
"Sekilo saja Bu," jawabku lalu melihat ke arah samping tempat cowok tadi berdiri namun ternyata dia sudah tidak berada disana. Aku membayar jeruk tadi lalu mengajak Lola ke warteg dulu karena perutku sangat lapar.
"Jadi besok kita ke sekolah kan Cer?" Tanya Lola dan aku hanya mengangguk.
"Pakai baju apa ya?" Tanya Lola pada dirinya sendiri lalu tersenyum, aku tidak menghiraukannya, aku meminum es teh manis ku lalu mengingat cowok tadi, andai saja aku juga punya pacar yang romantis seperti itu, pasti aku akan senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pematah Hati Vs Penyatu Hati
Novela JuvenilCeri Cantika Renida dan Lola Meldia membuat sebuah tempat curhat di media sosial, mereka memberi nama Princess Cinta. Di awali dengan iseng-iseng lalu mendapat sambutan hangat dari para teman curhat, sebutan untuk seseorang yang ingin curhat di Prin...