KRING....KRING.....KRING.....
Alarm di kamar itu berdering semakin kencang hingga akhirnya sang empu memutuskan untuk bangun dan mematikannya. Dilihatnya jam yang menunjukkan pukul enam pagi. Ah, tak ia sangka hari ini tiba juga.
Selama 18 tahun hidupnya, Rama tak pernah berpikir bahwa ia akan meninggalkan Bogor. Setidaknya, tidak untuk jangka waktu yang lama. Ia paling lama meninggalkan Bogor hanya untuk urusan lomba, pernikahan saudara, dan study tour. Selebihnya, Rama adalah anak Bogor asli yang sangat mencintai tempat kelahirannya. Pohon di kanan kiri jalan, udara yang sejuk, tupai yang masih sering dijumpai berlompatan antar cabang pohon, cilok di depan pasar babakan, mahasiswa ipb yang suka nongkrong di warkop dramaga, hingga barudak barudak yang suka numpang main gundu di halaman rumahnya. Ia mencintai setiap jengkal tanah di Kota Hujan ini. Yah, walau ia sendiri bingung kenapa kotanya dijuluki kota hujan karena rasa-rasanya hujan tidak turun sesering itu?
Setelah sedikit termenung sembari memandangi jendela, Rama akhirnya beranjak dari ranjangnya dan pergi ke kamar mandi. Ia harus segera mandi dan bersiap-siap karena hari ini adalah hari yang cukup penting untuknya. Hari ini ia akan pindah ke Depok, Kota yang cukup membuatnya penasaran. Harusnya sih ia sudah pindah sejak awal tahun ajaran kemarin karena sekarang ini sudah masuk minggu pertama tahun ajaran baru tetapi karena ibunya baru sempat menyelesaikan segala urusan administrasi beberapa hari lalu, ia baru pindah hari ini dan masuk menjadi kelas 12 Senin besok. Cukup tanggung memang pindah di tahun akhir bangku SMA, apalagi tanda tanya yang mungkin akan bermunculan dari teman-teman di sekolah barunya nanti, tetapi keputusannya sudah bulat. Ia akan menghabiskan tahun terakhir masa SMAnya di Depok. Ia rasa ia butuh suasana baru.
Setelah menyelesaikan ritual pagi, Rama segera menuju meja makan. Perutnya cukup keroncongan, pasalnya ia adalah tipe morning person. Ia terbiasa sarapan dan beraktivitas di pagi hari. Voila!! Beruntungnya ia mendapati bubur ayam di meja makannya.
"Hmmmm... bangun bangun langsung makan iya" kata sang Bunda yang barusan turun dari tangga
"Eh Bunda hehe.. Arsen udah mandi tau Bun. Udah wangi ini udah cakep"
"Hah? Pede banget kamu"
"Ya emang cakep akunya??"
"Ya iyalah, bawaan Bunda tuh"
"Iyain aja deh biar ga durhaka"
"Ih, archie nih ya? Jewer nih" yang hanya dijawab ringisan oleh sang anak
"Enak Bun buburnya, bikin sendiri?"
"Iya nih, tadi bangun kepagian terus bunda bingung mau ngapain, bikin deh bubur. Lebih enak kan dari bubur mang ujang? Pake penglaris itu buburnya dia mah"
Anak laki-laki yang dipanggil archie itu tertawa mendengarnya "Ih ayaya wae ieu Bunda mah. Sakit hati ntar kalo Mang Ujang denger. Emang Bunda bangun jam berapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Markhyuck ~ Tengara
FanfictionMalam. Gelap. Temaram. Keduanya resah dan gelisah, bingung harus bagaimana di tengah masyarakat yang selalu penuh tanya. Tetapi, setelah menarik nafas cukup dalam, Rama memberanikan diri memulai, "I never planned to fall for you. Not even once." ...