5

228 30 3
                                    

"Jin"

"Hmm"

"Pernah nggak sih orang tua kita tuh entah ayah atau ibu kalau malem gitu introspeksi diri. Maksudnya nanya gitu ke diri sendiri."

"Nanya apa? "

"Ya kayak mikir 'kata-kata ku tadi tuh melukai anakku enggak ya? Sepertinya aku tadi terlalu keras sama dia. Harusnya tadi enggak ngebentak  dia. Kok anakku selalu murung ya kalau dirumah?' atau sekedar 'dia kenapa. Aku salah apa selama ini?'... Mikir kayak gitu jin, pernah enggak ya? "

"Pasti lah ju" jawab yujin sambil menenggak soda ditangannya.

"Gue bingung jin, yang salah tuh metode mereka atau kitanya yang keterlaluan sampai tiap hari pasti ada aja yang diributin"

"Karena egonya sama-sama tinggi ju. Orang tua yang maunya selalu diturutin dan kitanya yang maunya selalu benar."

"Tapi gue juga sedih jin, kalau sampai mereka ngeluh gagal dalam mendidik anak. Gue jadi ngerasa kalau selama ini gue buruk banget jin. Gue cuma bikin mereka kecewa terus."

Air mata minju pun akhirnya turun, membasahi kedua pipinya. Matanya memerah.

Ya, seminggu yang lalu atas permintaan kakaknya lagi akhirnya minju memutuskan untuk pulang. Pulang kerumah orang tuanya.

Meskipun awalnya ia tidak nyaman karena sudah lama tidak dirumah, dia berusaha untuk berdamai dengan ketidaknyamanannya.

Namun seminggu adalah batas kuatnya.

Tepat sehabis makan malam dengan segala amarah yang sudah menguasai dirinya, ia memacu motor bututnya dengan kecepatan tinggi membelah jalanan. Seperti memiliki nyawa 9 layaknya kucing. Minju gila-gilaan untuk segera sampai dikostnya kembali.

.

.

.

.

.

.

.

.

Yujin menenangkan minju, menepuk pundaknya pelan "nggak papa ju nangis aja."

"Jin, kalau gue nggak boleh ngelakuin hal-hal simple yang bikin gue bahagia,  kapan gue bahagia jin. Kapan?"

Yujin tidak menjawab hanya terus mengusap punggung minju. Agar ia lebih tenang.

Selama mengenal minju, yujin sudah paham bagaimana buruk baiknya minju. Watak, kebiasaan dan segala problema yang dia lalui selama ini.

.

.

Setelah hampir setengah jam dan menghabiskan lembaran tissu, minju kembali duduk disamping yujin setelah cuci muka.

"Butek banget muka lo" ejek yujin.

"Babiq"

"Ambil jaket gih" titah yujin.

"Mau kemana?"

"Ada deh"

.

.

.

.

Minju melingkarkan tangannya diperut yujin erat menyandarkan kelapanya dibahu yujin.

Yujin tidak memberi tahu kemana mereka akan pergi. Yujin tetaplah yujin yang penuh misteri. Misteri ilahi. G.

Ia tahu tempat-tempat indah disudut kota yang belum orang lain tahu.  Biasanya tempat yang memiliki pemandangan malam yang indah. Dimana kita bisa melihat bintang dan lampu kota bercengkerama dalam gelap gulita.

Tapi kali ini dia hanya mengajak minju keliling kompleks kostan mereka. Sudah 3 kali mereka berputar.

"Yujin? "

"Hmmm"

"Aku udah hafal loh ya jalanan sini, berasa warga baru deh muter-muter kompleks sampai 3 kali"

"Lagi nyari sesuatu ini tu"

"Nyari apaan?  Dedemit?"

"Kalau dedemit mah udah ketemu ini lagi dibonceng sama aku"

"Sembarangan lo ah, kalau ngomong nggak pakai bismillah dulu" ucap minju sambil menggeplak kepala yujin. "Nyari apaan sih?"


















































"Kang nasi goreng. Laper. Abis dengerin dedemit nangis" jawab yujin.

"Yeuuu tiati lu ntar kalau dedemitnya nangis beneran didalem kamar lo" ucap minju nakut-nakutin.

"Ya jangan atuh ju. Aelah jan serem-serem dong ah"

Minju terkikik sendiri.

Setelah 5 kali putaran, akhirnya kang nasgor yang dicari-cari pun terlihat batang gerobaknya memasuki gang kompleks kostan mereka.

Yujin memesan dua porsi dengan level pedas diluar nalar manusia. Kata yujin mah abis nangis harus makan pedes biar semangat lagi.

Minju mah iya-iya aja. Kapan lagi gitu bisa muter-muter gratis sama akang kendang eh sama yujin si pacar orang maksudnya.

Bener aja sambil nunggu pesenan jadi yujin lagi ngebucin telfonan sama chaewon.

"Bang nambah satu porsi lagi ya, yang ini ga usah pedes-pedes deh. Kerupuknya banyakin. Telornya request dua ya"

Kang nasgor iya-iya aja.

"Kok banyak banget pesenannya" tanya minju.

"Satu buat ssamu, nanti temenin nganterin ya. Takut gue kalau tiba-tiba dibelakang yang bonceng dedemit beneran"

"Cupu lo dasar"

.

.

.

Jam 11 malem yujin bertamu ke rumah chaewon. Cuma ngasih nasgornya terus pulang lagi. Takut kalau dimarahin om kim, karena bertamu malem-malem.
























































"Harus banget apa nganterin nasgornya sama minju. Hufttt" ucap chaewon setelah yujin pamitan pulang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Runaway Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang