3

254 29 2
                                    

"Saat hati dan pikiran saling perang saat itulah tak ada yang hidup dalam ketenangan"

.

.

.

.

.

.

.

.

"Sekarang saya serahin sama kamu deh, kalau memang ini sudah versi terbaik dari laporan yang kamu kerjakan maka ya sudah biar nanti ini menjadi urusan saya, kalau tidak sabaran dan ingin segera selesai maka ini akan saya kembalikan kekampus dan silakan cari pembimbing selain saya!!!"

"Tapikan pak, saya kan hanya bertanya bagian mana saja yang masih perlu perbaikan, tolong kerja sama nya dong pak saya dikejar-kejar juga dari pihak kampus dengan deadline pengerjaan laporan sampai akhir semester ini. Lalu kalau sampai sekarang saya belum pernah revisi satu kali pun ini bagaimana pak? Sedangkan teman-teman yang lain sudah selesai" minju berujar selembut mungkin mencoba meredam amarah dalam dirinya. 

"Ya kamu juga harus usaha dong, saya bilang kan tolong bantu saya untuk mengoreksi sendiri laporan kamu,perbaiki mana yang perlu diperbaiki, kerjakan sesuai pedoman kampus!!" ucap sang dosbim.

"Kan sudah pak, saya sudah berusaha semaksimal mungkin. Ini ketiga kalinya saya menyerahkan hasil revisi saya sendiri dan meminta bantuan bapak untuk memperbaiki"

"YA SUDAH KALAU TIDAK SABAR, SAYA KEMBALIKAN INI KE KAMPUS DAN CARI DOSEN PEMBIMING LAINNYA!!" bentak sang dosen.


Minju menahan tangisnya, sebenernya minju adalah orang yang tidak tahan bila dikasari sedikitpun bahkan hanya dengan kata-kata dan nada suara tinggi. Tapi dia mencoba tegar, ia merapikan kertas-kertas revisian yang berserakan dimeja sang dosen dengan mata berkaca-kaca.


"Baik pak, saya akan ikuti arahan bapak saja bagaimana selanjutnya. Kalau begitu saya permisi dulu."


Minju keluar dari ruangan sang dosen kemudian memasukkan tumpukkan kertas dalam dekapannya ke tong sampah, dan pergi kekamar mandi untuk cuci muka. Mungkin dengan cuci muka kepalanya bisa sedikit dingin.

Matanya memerah, air matanya luruh bersama air segar yang membasuh wajahnya. Minju menarik  nafas berkali-kali untuk meredam emosinya. 

Setelah sedikit tenang minju memilih melenggang pergi ke kantin mungkin segelas es kopi bisa membuatnya lebih baik. 

"Buk, es kopinya satu ya sama sotonya nggak pakai tomat sama tauge" 

Sambil menunggu pesanannya ia memilih duduk dikursi pojokan yang tertutup oleh pot besar berisi tanaman yang lumayan besar. Dia mengaduk-aduk tasnya mencari sesuatu yang bisa menenangkan pikirannya dan melupakan omelan dosbimnya tadi, tapi benda yang dicarinya tidak ketemu. Sialan sepertinya aku lupa membawanya.

Minju pun beranjak untuk membeli apa yang diinginkannya. Baru dia mengambil dan mau mengeluarkan dari bungkusnya seseorang menghentikan aksinya.

"Kebiasaan banget sih, dibilang ganti pakai ini aja" orang itu menyodorkan permen kaki untuk minju.

"Sebatang doang elah jin, dari kemarin udah nggak ngerokok gue" minju memaksa tetap mengambil sebatang rokok dari bungkus yang biasa dijual per biji.

"Nggak, lo nggak liat apa ini masih dilingkungan kampus"

"Kenapa emangnya ? Nggak ada larangan tuh cewek nggak boleh ngerokok dikampus. Lo nggak liat apa kating-kating cewek ada ngepods"

"Tetep nggak boleh. Lo beda sama mereka ya jangan aneh-aneh deh"

Runaway Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang