Pemuda itu sangat sibuk mengutak-atik benda persegi yang ada ditangannya. Sangat fokus hingga bahkan dia tak mendengar panggilan dari teman dibelakangnya. Entah apa yang dia lakukan sehinga membuat pemuda itu terpaksa maju dan menghampirinya.
"Lo ngapain sih, Ken? Gue pangil-pangil juga dari tadi, lo kagak nyaut."
"Oh, maaf. Hehehe. Ini nih, gue rencana mau buat akun Twitter."
Seperti bisa merasakan aura yang menjeritkan bahwa pemuda Ken itu akan melakukan hal aneh lagi, kedua pemuda lainnya berjalan medekati mereka.
"Jo, dia kenapa lagi?"
"Gak tau nih, Ar. Dia bilang sih mau buat akun Twitter."
"Lo, bukannya udah punya akun twitter ya?" Arya bertanya. Raut kebingungan jelas terpampang di wajahnya. Tentu saja. Ken itu orangnya bisa dibilang cukup ansos. Memang bukan hal yang tidak mungkin sih jika dia berniat untuk membuat sosial media.
But, this is Ken that we're talking about.
Boro-boro bikin akun baru. Chat yang ada di sosmednya sekarang aja biasanya dia kagak bales. Terkadang dia bahkan lupa membalasnya dan membiarkannya terbaca. Kasihan sekali orang-orang itu. Mereka pasti berpikir kalau Ken mengacuhkannya, disaat yang Ken sebenarnya hanya lupa untuk membalasnya. Tapi, meskipun mereka berpikir Ken mengacuhkannya. Mereka sama sekali tidak berniat mundur dan tetap berusaha mendekati Ken si Anak Pelupa itu. Yah, entah hal itu menjadi berkat atau kutukan dengan sifat pelupanya itu. Bisa dibayangkan betapa ganasnya mereka jika Ken tidak memiliki sifat pelupa yang membuatnya tanpa sengaja mengacuhkan pesan-pesan itu. Memikirkannya saja membuat Arya sedikit bergidik ngeri.
"Hehe, iya sih. Tapi gue berencaan jadiin ni akun sebagai akun quotes gitu."
"Kenapa lo gak pakek Instagram aja?" Ben akhirnya bertanya setelah beberapa saat hanya terdiam dan mencoba memahami alur pembicaraan mereka. Sepertinya koneksinya cukup lancar hari ini.
"Gini, Ben. Jadi, kalau Instagram itu kan perlu post gambar juga tuh. Nah, kalau gue pakek Instagram, gak bakal keburu gue post quotesnya. Yang ada gue sakit kepala gara-gara mikirin feeds yang bagus buat Instagram gue."
"Oh, gitu."
Dan disanalah mereka berempat berakhir. Berkerumunan di bangku milik Ken. Memperhatikan bagaimana pemuda itu dengan lincah mengetik di aplikasi burung biru itu.
"Lo udah ada nama buat akun lo?"
"Udah dong."
"Apaan?"
"Ya rahasialah. Kalau lo lo pada tau kan gak seru. Gue ini kan-"
"Udah mending lo kasi tau aja biar kita bisa mutualan." Arya berusaha untuk meminta nama akun milik Ken. Berusaha memikirkan sebuah cara atau alibi agar bisa mendapatkannya. Sebelum ia bisa membuka mulutnya. Jojo telah berbicara terlebih dahulu.
"Menurut gue nih ya. Mendingan lo kasi tau akun lo ke kita. Nanti kita bisa bantu promosi deh. Terus akun lo bakal cepet berkembangnya."
"Em, oke. Gue selesaiin ini dulu. Kalau udah gue bakal kasi tau lo lo pada."
Itu sebentar. Kurang lebih 5 menit, Ken telah menyelesaikan akun Twitter barunya. Menghadap ke 3 temannya dengan senyum bodoh yang terpampang diwajahnya.
"Udah?" Tanya Jojo, yang hanya dibalas anggukan penuh semangat dar Ken.
"Jadi apa namanya?" Ben sepertinya juga penasaran dengan nama akun milik Ken. Terlihat dari matanya yang tidak sabar dan penuh dengan antisipasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Game of Life
Подростковая литератураHidup, sekolah, cinta, ujian, petualangan, keluarga, pertemanan, kemalangan, kebodohan dan antek-anteknya pasti pernah kita alami. Pahit dan manisnya akan pernah kita rasakan. Kelabilan dan kedewasaan berada di garis yang sama. Logika dan hati bereb...