Zona nyaman ya? Finally, kita berdua keluar dari zona nyaman setelah mantap dengan pilihan masing-masing.
Jian akhirnya hidup bersama dengan Jungkook sedangkan aku melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi untuk mengejar cita-citaku menjadi dokter.
Meskipun awalnya memang berat, Hari-hari ku menjadi lebih berbeda dari biasanya. Terkadang aku lebih banyak melamun di dalam kampus daripada fokus pada materi yang di jelaskan oleh dokter. Mungkin memang butuh waktu untuk melepas itu semua, bukankah setiap pertemuan pasti ada perpisahan? Harusnya sejak awal aku sudah mempersiapkan diri barangkali Jian memang tak bersamaku lagi.
Namun aku baru menyadari jika selama ini aku membohongi perasaanku sendiri dengan Jian, memang sejak dulu aku menyukai Jian hanya saja mulutku selalu mengelak dengan bilang gadis manja bukan tipeku.
Uh, kau bodoh Taehyung. Andai sejak awal kau lebih berterus-terang mungkin endingnya Jian akan bersamamu. Bukan Jungkook.
Tapi, meskipun begitu aku ini tetap laki-laki gantle. Mana mungkin aku menyimpan dendam pada Jungkook meski di tikung sepertiga malam olehnya.
Pokoknya zona friendzone itu adalah zona berbahaya di antara seorang laki-laki dan perempuan. Sebab mereka yang merasa nyaman di dalam hubungan yang pada akhirnya tak akan mau keluar dari zona nyamannya sebagai sepasang teman.
Jadi, untuk pihak yang lebih dulu jatuh dan menyimpan perasaan pada temannya maka bersiaplah untuk memendam rasa itu lebih lama sampai ada keajaiban untuk berani beterus terang.
Jujur saja di tikung sepertiga malam rasanya sangat random.
Jadi untuk kalian, lebih baik beterus terang daripada membohongi perasaan satu sama lain dengan bilang "Kami nyaman berteman.“
“Taetae!“
Ah itu dia. Jagoan kecil kesayangan Jian yang kini sudah beranjak lima tahun.
Dia menggemaskan, dan juga ceroboh, persis seperti Jian. Tapi untuk kedewasaan, dia benar-benar mirip Jungkook.
“Aigoo, keponakan paman.“ aku memeluknya erat, melepas rindu padanya.
Liburan musim panas ini Jian memutuskan untuk menghabiskan liburan di Seoul. Jadi aku sudah mempersiapkan tour kecil untuk mengajak si Namoo jalan-jalan.
“Woah, lihat ... Pipimu ini makin gembul, kau makin fasih bicara ya? Paman bangga denganmu, kau sudah banyak perkembangan dari pada tahun lalu saat usiamu 4 tahun.“ aku kemudian menggendong nya.
“Apa kabar Jian?" Jian kini benar-benar menjadi gadis yang sangat dewasa dan bisa di andalkan. Beruntung sekali Jungkook tidak merasakan penderitaanku selama belasan tahun menghadapi Jian.
“Baik, ku dengar kau sibuk sekali akhir-akhir ini karena di angkat menjadi pemimpin di rumah sakit pusat harapan?“ Aku mengangguk. Itu memang benar. Semenjak aku telah mendapatkan gelar dokterku aku benar-benar di gempur oleh banyak tugas dan pasien. Jadi waktu untuk istirahat ku sangat terbatas.
“Kau bagaimana Jung? Menjadi CEO pasti tidak mudah kan? Apalagi brand wine mu itu sudah mendunia. Ayahku itu sampai-sampai memiliki stok di gudang rumah.“ Jungkook tertawa pelan.
“Taetae, ayo kita pergi berenang lagi. Namoo ajak teman baru lagi,“ aku menatap Jian dan Jungkook, ku lihat Jungkook memberikan sebuah boneka dengan kepala hati pada Namoo.
“Namanya Tata, dia akan berenang bersama kita.“ aku tertawa gemas dengan Namoo, dia ini benar-benar menggemaskan, pokoknya kalau sudah dapat pasangan aku ingin satu yang seperti Namoo. Tapi kalau bisa kembar biar lebih seru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend Zone ✓
FanfictionIntinya Jian itu manja dan tak bisa melakukan apapun tanpa teman sehidup dan sematinya yaitu Kim Taehyung. Namun semuanya berubah semenjak Jian mengenal adik kelasnya yang bernama Jeon Jungkook. [Meskipun sudah tamat jangan lupa vomen, akan di revi...