02 - leisure time

714 138 24
                                    

Esok harinya setelah jam pembelajaran berakhir, Sojung, Eunha, Yuna, Joshua, dan Dokyeom memilih untuk bercengkrama di taman sekolah.

Sojung memimpin, berjalan di barisan paling depan yang kemudian disusul oleh Joshua, Yuna dan Dokyeom, juga Eunha yang berada paling belakang.

Mereka tidak terlihat angkuh sama sekali, setiap berpapasan dengan murid lain mereka pasti akan saling menyapa dan melemparkan senyum. Ingat ya, mereka itu anak-anak baik.

Sepertinya keadaan taman sore hari itu bisa dibilang cukup ramai jika dibandingkan dengan hari-hari biasanya. Entah ada urusan apa para murid kembali berlalu lalang kesana kemari di dalam gedung sekolah. Padahal kan jam pelajaran sudah selesai, seharusnya mereka keluar.

"Mereka itu kenapa ya? Kelihatan sibuk sekali," tanya Sojung sembari mendudukkan dirinya di atas rerumputan, tepatnya di bawah pohon apel.

"Aku juga ingin menanyakan hal yang serupa," tutur Joshua yang juga kelihatan bingung menyaksikan anak-anak lain.

"Permisi, aku mau duduk di sini," ujar Eunha yang mengambil tempat di tengah-tengah Joshua dengan Sojung, karena dirasa sempit, terpaksalah Joshua menggeser tubuhnya menjauh dari Sojung.

"Eunha kau sadar tidak?" tanya Yuna tiba-tiba.

Orang yang ditanyaipun hanya bisa mematung kebingungan, sedetik setelahnya barulah Eunha menggelengkan kepalanya tanda tidak tahu.

"Kau itu mengganggu Kak Sojung dengan Kak Joshua," jawabnya sendiri dengan terus memperhatikan wajah kebingungan Eunha.

Joshua yang merasa namanya disebutpun akhirnya ikut memalingkan wajah untuk menatap Sojung. Sampai akhirnya tatapan matanya itu tidak sengaja bertemu tatap dengan Sojung.

Satu detik.

Dua detik.

Dan ya, mereka tertawa setelahnya.

"Tidak kok, tidak mengganggu," ujar Joshua disela-sela tawanya.

Eunha lantas sedikit memanyunkan bibirnya, dia mulai kesal. "Yuna, dengar tidak? Aku tidak mengganggu tuh," cibir Eunha.

"Iya iya aku salah."

"Kau memang selalu salah, Yuna. Sudah salah, tidak tau diri pula," ledek Dokyeom kepada perempuan yang duduk di samping kanannya.

"Katakan sekali lagi jika kau mau mendapat tamparan dari sepatuku ini."

"Astaga kenapa ya setiap melihat kalian bertengkar rasanya itu menggemaskan."

Kini semua pandangan tertuju kepada Joshua, mereka keheranan. Joshua bisa mengatakan hal demikian? Mereka kira Joshua itu kelewat formal.

"Jangan buat dia merasa lupa diri, Kak," sanggah Yuna dengan jari tangan yang menunjuk ke samping kirinya. "Tapi menurutku kalian -- maksudku Kak Joshua dan Kak Sojung, kalian itu jauh lebih ... lebih apa ya, intinya kalian itu telihat cocok? Ya kira-kira seperti itu, iya."

Sebuah batu kecil tiba-tiba mendarat tepat mengenai tangan Yuna, pelakunya tidak lain adalah Jung Eunha. "Kalau bicara itu yang jelas, kau tau kan aku itu bodoh? Mana bisa paham kalau bicaramu seperti tadi," gerutu Eunha yang lagi-lagi dibuat bingung oleh Yuna.

Padahal saat mengatakan hal tadi Yuna itu merasa grogi karena semestinya dia lebih menjaga mulutnya untuk tidak berkata asal. Dia tidak seharusnya mengatakan hal itu mengingat kakaknya sendiri juga menyukai Sojung secara terang-terangan.

"Choi Yuna!" panggil seseorang yang nyaris membuat hampir semua orang menoleh ke arahnya.

Ternyata dia Choi Seungcheol, berada sekitar dua puluh meter dari Yuna dan teman-temannya. Terlihat jelas senyum lebar merekah di bibirnya begitu atensinya tidak sengaja melihat perempuan yang tengah duduk di hadapan adiknya.

ᴛʜᴇ ʟᴀꜱᴛ ᴋɪɴɢᴅᴏᴍTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang