06 - sarcasm

438 107 30
                                    

Sekali lagi aku ingetin ya, kalau nggak suka sama cerita yang aku buat please leave this page, now.

Di awal cerita bahkan udah aku kasih peringatan yang sama, jadi tolong untuk saling menghargai ya^^

...

Happy reading♡

• • •

"Eunbi ... tidak ada kelas?"

"Tidak," jawabnya dengan singkat sembari terus berjalan dengan langkah kaki yang sangat angkuh.

Segerombol anak laki-laki di sana langsung menatap adik kelas yang kelewat 'sopan' itu dengan tatapan mata nyaris tidak percaya. Terkadang Epsilon lupa bahwa kelakuan mereka di hadapan anak-anak asrama lain juga sama— sangat menyebalkan dan sangat tidak sopan.

"Hao ... benar tidak ada kelas?" tanya Wonwoo hendak memastikan.

Laki-laki yang ditanyai itu langsung menghentikan langkah kakinya dan menghadap Wonwoo dengan anggukan kepala yang terlihat samar. "Ya, Profesor Lizbeth hanya meninggalkan secarik kertas di meja siswa dengan tulisan 'tidak ada kelas', itu benar-benar di luar dugaan," katanya kemudian.

"Kenapa tiba-tiba sekali?" timpal Jeonghan dengan raut wajah yang mulai berubah penasaran. "Bukannya kemarin Profesor Lizbeth masih mengajar di kelas kita, ya tidak?" tanyanya hendak meminta persetujuan kepada Seungcheol dan Wonwoo.

"Ya, benar. Atau mungkin kelas kalian pernah membuat masalah?"

"Ei ... mana ada?" jawab Mingyu yang merasa tidak terima atas pertanyaan Seungcheol.

"Mungkin Profesor Lizbeth sedang malas mengajar."

Berkat enam kata tadi, semua pasang mata mulai tertuju pada sesosok laki-laki dengan kacamata bulatnya. Hei, semua orang tau kalau Jeon Wonwoo adalah murid yang tergolong jarang mengatakan soal omong kosong. Tapi sekarang coba lihat bagaimana dia dengan mudahnya mengatakan kalimat yang terdengar sangat konyol itu.

"Kalau kalian saja malas belajar, pasti profesor juga malas mengajar. Itu adalah pernyataan yang mudah, jadi berhentilah menatapku seperti itu."

Melihat Wonwoo yang mulai merasa tidak nyaman sontak membuat Jeonghan tertawa tanpa sebab. Memang tidak ada yang lucu, tapi sekarang laki-laki itu hanya sedang ingin tertawa, menurutnya sudah cukup lama sejak dia terakhir kali merekahkan senyum dengan terpaksa kepada adik-adik tinggat yang saat itu terus meneriaki namanya sepanjang lorong sekolah. 

"Han, kau ikut denganku 'kan? Kita membolos pelajaran dan bergabung dengan Hao dan Mingyu."

"Pergilah sendiri, aku akan ikut kelas dengan Wonwoo," ujar Jeonghan tepat setelah Seungcheol menyelesaikan kalimat terakhirnya. "Kalau begitu sampai jumpa nanti sore, sebentar lagi kelas Profesor Algol dimulai, kami harus segera pergi."

Tanpa menghiraukan balasan dan sumpah serapah yang keluar dari mulut Seungchol—Jeonghan dan Wonwoo memilih untuk langsung meninggalkan ketiga makhluk tadi. Kepergian mereka benar-benar sukses membuat Seungcheol, Minghao, dan Mingyu merasa asing dengan perpaduan tersebut.

Jeonghan memilih untuk pergi berdua dengan Jeon Wonwoo? Sungguh ini adalah keajaiban pertama sepanjang sejarah dalam pertemanan mereka.

"Wah ... apa ini? Perpaduan macam apa? Mataku sakit melihat kedua orang angkuh itu pergi beriringan," gumam Kim Mingyu sembari terus memperhatikan kepergian kedua temannya.

"Kuharap mereka tidak adu mulut selama tidak ada kita yang mengawasi."

Seungcheol langsung mengangguk mantap menyetujui perkataan Minghao. "Ya, aku juga mengharapkan yang sama. Semoga mereka kembali dengan selamat."

ᴛʜᴇ ʟᴀꜱᴛ ᴋɪɴɢᴅᴏᴍTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang