Nona-

5 2 0
                                    

"Bukannya, manusia adalah makhluk sosial? Kenapa di era serba canggih ini justru kebanyakan manusia memilih hidup tanpa mau diganggu siapapun?"

---

Surat dari kampus sudah ada ditangan Gala. Jantungnya berdetak hebat, tak membiarkan itu selesai bahkan napasnya seolah terbagi-bagi membuatnya kesulitan.

"Bagaimana?"

Suara Given melembut, mereka berada di apartemen milik Gala. Bukan hal yang jarang, Given bukan malah menemani pemuda itu justru sedari tadi malam, pria dewasa itu suka sekali meledek Gala.

"Mereka menyuruhku untuk cuti satu semester."

"Turuti saja. Lagipula kita memang harus terus bergerak tanpa dibantu oleh siapapun. Kita juga harus berlindung dari segala macam rencana jahat Racardian." Kata Given seakan meringankan rasa Gala yang kini bercampur aduk.

Tak sampai mengatakan hal itu, tangan Given terulur untuk menepuk bahu yang lebih lebar darinya. Given sudah sangat lama mengenal Gala. Sedari pemuda itu berukuran selututnya, dia juga mengenal keluarga Gala hingga kini ia bisa melihat wajah yang sangat mirip dengan seseorang yang sudah menghancurkan keluarganya.

"Cry if you want." Ucap Given lalu menuju keluar apartemen.

Hal itu dikarenakan sepertinya Gala membutuhkan waktu sendiri. Beberapa menit, debit air dari matanya melerai. Pemuda itu menjatuhkan diri ke sofa.

Dia juga akan meninggalkan apartemen ini. Mana mungkin ia sanggup membayarnya tanpa bekerja? Bahkan, dia tak harus menerima surat pernyataan dari kampus atas kasus yang kini menyebar luas dipenjuru negeri ini. Dia sudah paham harus hengkang dari segala macam kehidupan.

Dia tak berjanji untuk masuk disemester depan karena semua itu tergantung kekuatan GCS. Jika mereka kalah dengan segala macam kejadian nantinya, mereka takkan bisa kembali hidup normal namun jika mereka menang sekalipun, mereka tak mungkin bisa hidup sebebas dulu.

"Apa kamu sudah selesai?!" Pertanyaan itu dilontarkan Given dari luar apartemennya.

Gala menghela napas, "masuk!"

Suara pintu terbuka membuat Gala tak urung melihatnya. Given mendekatinya, nada langkah Given pun serasa lambat.

"Kita disuruh cepat menuju tempat base camp terdahulu. Aku tahu tempatnya, kamu cepat bawalah barang-barang pentingmu. Mereka akan kesini, kita tak punya banyak waktu."

Gala dengan rasa hampanya terpaksa membereskan beberapa barang penting yang akan dibawanya. Selang beberapa menit, pemuda itu sudah menggendong ranselnya. Helaan napas berat tak kunjung selesai, pemuda itu menatapi keseluruhan apartemen miliknya ini.

"Sampai bertemu kembali." Gumamnya sangat lemah.

"Ayo, polisi sudah mencapai kampusmu! Sebentar lagi mereka kesini!" Seru Given tak main-main.

Gala ikut berlari mengekori Given. Mereka berdua memakai jaket tebal dengan tudung yang menutupi kepala mereka, juga tak lupa masker yang sepenuhnya membuat wajah mereka tak kentara.

Sesampainya diparkiran, Given lah yang memegang kendali motor Gala. Pria itu dengan sigap membawa Gala dengan perasaan sakit sekaligus gugup saat mereka harus melewati gapura besar apartemen ini.

"Jangan berlarut, semua pasti kembali. Tenang saja, kita pasti bisa." Gumaman Given terdengar oleh Gala walaupun kalimat itu tak direspon sepenuhnya.

Motor milik gala itu membawa keduanya begitu kencang, angin yang begitu ganas pun merasa kalah dengan kegigihan sang pengendara, penumpang maupun motor tersebut.

GAMECRACK STATION : He's El's PartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang