Dodeka-

9 2 0
                                    

"Tidakkah merasakan bahwa semakin kaya semakin makmur dan yang miskin semakin tergencat."

---

Disinilah mereka. Ditempat dengan pelataran putih sepenuhnya. Tidak hanya lantai, dinding pun seputih lantainya. Tidak hanya kedua hal tersebut. Semua benda begitu lekat dengan warna putih.

"Aku tidak tahu, kamu bergaul dengan anak haram ini."

Suaranya dengan nada biasa. Mata Gala yang masih enggan terbuka terus berusaha untuk bisa melihat apa yang terjadi.

"Paman, perlakukan dia dengan baik. Jangan siksa dia seperti ayahnya dulu."

Suaranya semakin jelas, begitu pula penglihatan Gala. Pemuda itu menghela napas. Matanya menyipit setelah sebuah pancaran cahaya menusuk paksa kedalam retinanya.

"Ada apa ini?"

Seseorang berbadan tegap menghadap dirinya. Kini, gerakan gelisah dari arah sampingnya membuat Gala menoleh.

Disha...

"Paman, jangan sakiti dia. Dia sudah lama merasakan sakit, aku mohon. Jangan membuatnya merasakan lagi."

Kenapa Disha menangis? Gadis itu juga menatap sekilas Gala. Tidak hanya itu, Gala semakin bingung dengan kondisinya.

"Ini dimana?"

Kepolosan Gala benar-benar ingin dibuat menjadi terkaman bagi pria dihadapannya.

"Ini adalah tempat dimana kamu menjadi subjek penelitian ayahmu sendiri, Gala."

Alis Gala bertaut, dia semakin bingung.

"Ada apa? Kamu masih belum mengingatnya? Ah ya, penelitian terakhir dengan dana yang minim dari pemerintahan membuatnya sedikit gagal dan efeknya pada otakmu."

El Dava tak lupa membawa pisau lancip ditangannya.

"Jika aku membunuhmu sekarang, pasti profesor keparat itu datang kesini dan memohon kepadaku. Bukan untuk diselamatkan, tapi disiksa lebih banyak."

"PAMAN! AKU MOHON, JANGAN!" Teriak Disha yang malah membuat ujung pisaunya semakin mendekati pipi Gala.

"Kenapa kamu mirip sekali dengan istriku? Keparat itu!"

Srak!

"Argh!"

"TIDAK!"

Semua itu terjadi singkat. Disha menangis sangat kencang. Gadis itu berontak melihat banyaknya darah keluar dari batas pergelangan tangan Gala.

"Kamu sama psikopatnya dengan kakakmu!" Teriak Disha yang semakin berontak namun hal itu tidak berguna bagi El Dava. Dia telah meninggalkan banyak luka, entah itu fisik keduanya maupun hati.

Disha benar-benar mengeluarkan tenaganya habis-habisan sehingga ikatan tali itu terlepas. Gadis itu cepat membuka bajunya dan menyisakkan crop top didalam dirinya. Disha terus menangis dan mencoba menahan pendarahan hebat dari pergelangan Gala. Pemuda itu sudah pucat.

"Aku mohon, bertahan Gala. Aku mohon."

Gadis itu terus menekan bagian pergelangan yang kini sudah tak ada lagi tangannya. El Dava telah memotong tangan Gala tanpa ampun.

Disha membantu Gala berdiri walau berkali-kali harus gagal. Gadis itu tak hentinya sesenggukan melihat betapa pedihnya sakit yang dirasakan Gala.

"Bertahan, jika kamu bertahan maka kamu akan ingat semuanya." Ucap gadis itu terbata-bata.

"Ssh, aku tidak akan sampai entah dimana kamu akan membawaku, ak-"

Disha tak menghiraukan itu, gadis itu memaksa Gala terus berjalan walau dia menjadi tumpuannya. Disha menatapi sekeliling tempat ini.

GAMECRACK STATION : He's El's PartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang