Deka-

7 2 0
                                    

"Perjalanannya masih panjang, bertahanlah dengan lukamu walau harus menambahkannya terus-menerus."

---

Tak ada hawa manis dipagi hari. Pemuda itu terduduk dipinggir sungai yang ia temukan baru saja. Ia sangat kesal karena tidak ada kehidupan sama sekali disini bahkan tak ada gurauan dari hewan.

"Hm." Gumamnya sambil menatapi pepohonan disekitarnya.

Apakah ini hutan terlarang?

"Kamu tidak tidur, kamu berbohong kepadaku."

Gala menengadahkan kepalanya frustasi. Suara itu membuatnya tidak enak.

"Kenapa kamu selalu mengikutiku?"

Pertanyaan itu diabaikan oleh Disha. Gadis itu mendorong Gala untuk bisa melihat sungai dengan aliran kecil tersebut.

"Aku jadi ingin mandi."

Tangan gadis itu hampir membuka bajunya, namun sebelum itu Gala mencekalnya.

"Ada aku disini, kenapa kamu nekad hampir membuka baju?"

Disha membulatkan kedua bibirnya, dia meringis mendengarkannya.

"Kamu menemaniku, berbaliklah!"

Gadis itu seenaknya sendiri, dia bahkan membalikkan badan Gala agar ia bisa mandi sepuas hatinya. Entah dari siapa aturan itu, Gala menuruti gadis tersebut. Dia benar-benar berbalik, dia tak berminat meninggalkan Disha disaat air yang bahkan sudah seperti mengalir. Percikan demi percikan ia dengar tanpa ada niatan dirinya melihat Disha.

Sampai, percikan air menyulut kearahnya.

"Kamu laki-laki yang baik. Aku tidak mandi dan aku tidak segila itu." Gala berbalik, dan ya benar, Disha sama sekali tidak melakukan hal itu. Pemuda itu menatap Disha terheran membuat Disha ingin sekali mengacak rambut ubur-ubur tersebut.

"Kamu menyukai adikku?"

Kenapa tiba-tiba? Alisnya harus terangkat sebagai tanda penjelasan lebih.

Disha tersenyum, mereka saling berhadapan dengan jarak dekat. Bisa Gala lihat, wajah gadis seorang garis keturunan Patrama. Dia mirip sekilas seperti Sevia namun tidak dibagian bibirnya. Bibir itu sangat tipis dan matanya yang sedikit tajam.

"Mungkin sampai kemarin, aku mempertanyakan hal itu kepadaku sendiri, kenapa?"

Disha terkekeh mendengar nada bicara Gala, "kamu pasti sedang kebingungan. Sevia memang bisa dikagumi banyak lelaki dan semua lelaki pasti mengidamkannya. Namun, kamu bisa melihatnya, dimatanya,"

Menggantung, Gala menatap tepat dimanik mata gadis itu sehingga Disha tak sanggup melanjutkannya.

"Dia mencintai Kana lebih dari apapun, aku tahu itu. Dia bersamaku selama beberapa bulan atas kejadian itu karena dia butuh tempat."

"Kamu sangat tegar." Gala tersenyum miris karena itu, "kenapa tiba-tiba menanyakan hal itu?"

Disha menyelipkan anak rambutnya, dia menatap Gala kemudian.

"Aku hanya ingin kamu berhenti menyukai Sevia, itu akan menyakitkan jika kamu tidak berusaha untuk menghentikannya."

Gadis itu melewati Gala yang terbengong atas kalimatnya. Disha meninggalkannya dengan akhir yang membuatnya penasaran.

"Kenap-"

Tak sempat ia lanjutkan, Disha berbalik lagi dengan senyuman manisnya.

"Mereka sudah sejauh itu. Jangan mengganggu hubungan yang sudah seserius itu. Itulah kenapa Kana sangat posesif terhadap Sevia. Itulah kenapa keluarga besar El benar-benar menjaga hubungan Kana dan Sevia, antara sudah mati cinta mereka atau salah satunya sudah goyah mereka tak peduli. Harkat dan martabat keluarga yang tahtanya setinggi mereka sangat dipertimbangkan kecuali ada anggota yang melanggarnya, mereka tak enggan untuk membuangnya."

GAMECRACK STATION : He's El's PartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang