Mengapa harus Aku??

10.1K 295 4
                                    

Gadis itu masih meringkuk dalam ranjang besar bertiang perak yang menyangga dikeempat sisinya. Tubuhnya masih terasa bergetar saat mengingat kejadian tiga jam yang lalu. Dirinya diculik!!

Astaga!! Tak pernah sekalipun terfikir dalam benaknya bahwa ia akan diculik -memang orang bodoh mana yang pernah berkhayal bahwa dirinya akan diculik? Tapi dirinya memang tak pernah memikirkan kejadian mengerikan ini terjadi dalam hidupnya, namun kenyataannya dirinya mengalami itu.

Alexandrina Cavvendish. Gadis itu menggigit ujung kuku ibu jarinya dengan gelisah. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Skenario terburuk sudah sejak tadi menari diatas kepalanya, mengingat akhir-akhir ini sering terjadi penculikan yang berakhir dengan pembunan di Dallas -tempatnya tinggal.

Alexa semakin meringkuk saat membayangkan kejadian mengerikan itu dalam benaknya. Lagipula apa dasar dari si penculik menyekap dirinya? Gadis itu bukan anak dari seorang milyader di Negeri ini. Dirinya hanyalah anak dari seorang Janda yang ditinggal mati suaminya saat ia berumur delapan tahun.

Kalaupun si penculik ingin meminta tebusan jutaan dollar untuk membebaskan dirinya, itu pun sangat mustahil. Mengingat sang Ibu hanya lah seorang pekerja pabrik sepatu di Dallas. Lalu bagaimana dirinya bisa berkuliah di Universitas Negeri terkenal? Itu karena Alexa mendapat beasiswa dengan mengandalkan kecerdasan otaknya.

Pintu kamar yang menyerupai kamar hotel kelas VVIP itu terbuka, kemudian menampakan pria bertubuh tegap dengan tinggi sekitar seratus delapan puluh lima centimeter, rambutnya coklat gelap, pakaiannya bahkan sudah seperti seorang mata-mata -serba hitam. "Saya Gavin Adams. Anda bisa memanggil saya Gavin. Dan mulai sekarang saya adalah pengawal Anda." Ucapnya tegas dengan suara berat.

Bulu kuduk Alexa meremang. Apa? Pengawal? Pengawal untuk apa? Mengapa ia perlu pengawal? Beribu pertanyaan berkumpul dalam tempurungnya. Namun tidak ada kata yang keluar dalam mulut gadis cantik itu, ia hanya memandang Gavin dengan tatapan takut.

"Anda tidak perlu takut, saya pastikan Nona akan aman berada disini, asalkan Nona menurut dengan setiap perintah dari Tuan besar." Kata Gavin lagi saat melihat tatapan dari 'majikannya' yang baru.

Mata Alexa melebar. Tuan besar? Tuan besar siapa? Tuhan! Apa yang akan terjadi dengan diriku? Jerit Alexa dalam hati. Bayangan pemerkosaan seketika muncul dalam otaknya. Apakah hidupnya akan berakhir tragis disini? Tiba-tiba mata Alexa memerah, lalu mengeluarkan noktahnya setelah tiga jam ia menahan laju itu.

Tapi Gavin tidak bergeming. Pria itu masih saja berdiri dengan angkuhnya dihadapan Alexa. Tidak terpengaruh dengan suara isak kecil yang keluar dari bibir gadis itu. Lalu jam tangan pria itu tiba-tiba bergetar pelan. Dengan sigap Gavin menekan tombol kecil disamping jam yang terhubung dengan headset yang terpasang ditelinganya sepanjang hari.

"Ya Tuan, Nona Alexa sudah ada dikamarnya."

"..."

"Baik, saya pastikan itu."

"..."

"Baik, saya mengetri, segera dilaksanakan."

Setelah menutup telfonnya, Gavin lekas keluar kamar Alexa dan menutup pintunya kembali serta menguncinya dari luar.

Tubuh Alexa semakin bergetar karena tangis yang tiba-tiba pecah. Ia ingin pulang. Ia ingin bertemu ibunya yang pasti mengkhawatirkan dirinya karena pulang terlambat.

Mengapa kejadian tak diinginkan ini harus menimpa dirinya???

... or Obsession???Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang