Seorang anak laki-laki berada di tengah tanah yang terhampar tanpa pohon sedikitpun. Tanah yang terlihat bekas terbakar dan masih tersisa debu di atas tanah itu, kelihatan sangat gersang. Mungkin karena tadi sangat panas, jadi tak ada air yang menyirami tanah ini.
Anak laki-laki itu berdiri tepat di tengah lapangan yang terbakar beberapa hari lalu. Dia berdiri di tengah malam memakai pakaian hitam di seluruh tubuhnya. Di telapak tangannya tertumpu sebuah pot bunga kecil yang berisi bunga berwarna putih. Bunga itu adalah Bunga Kasna. Sebatang Bunga Kasna yang hidup, dibawanya dari rumah.
Padang rumput yang ditumbuhi Bunga Kasna, sengaja dibakar oleh Calonarang karena penyihir tua itu tahu Bunga Kasna sudah menggagalkan rencananya untuk menyerang Pemuda Pengendali Air di Amlapura. Dan serangan dari Calonarang digagalkan oleh anak laki-laki yaitu yang bernama Panca. Tak ada seorangpun tahu jika serangan dari sekumpulan Rangda dilumpuhkan oleh Panca. Bunga Kasna sebagai media unuuk melumpuhkan serangan makhluk yang diciptakan oleh Calonarang. Tidak Dapi, tidak juga Kinnara. Apalagi penyihir tua yang sudah menguap di udara menjadi asap hitam pekat. Tapi... Penyihir Tua tahu bahwa Bunga Kasna dipergunakan oleh seseorang untuk melumpuhkan sihirnya. Karena itulah, Penyihir Tua yang sudah berada di neraka saat ini, membakar padang rumput yang ditanam Bunga Kasna di Temukus.
Panca berjongkok, meletakkan pot bunga di tanah yang masih berdebu. Kemudian kedua tangannya mengorek lubang sedalam setengah meter. Dia mengeluarkan tanah dan Bunga Kasna dari dalam pot kecil berwarna hitam, lalu memasukkan sebatang Bunga Kasna beserta tanah ke dalam lubang. Langkah selanjutnya dia menimbun lubang dengan tanah yang ada di sekitar. Meratakan tanah yang menimbun lubang dengan ketinggian yang sama dengan tanah di sekitarnya.
"Wait...."
Seru anak laki-laki itu sembari mengacungkan telunjuk kanannya ke Bunga Kasna. Entah apa maksudnya. Dia mengambil pot kecil berwarna hitam, bergerak sedikit. Bangkit dan berkelebat dengan cepat. Cahaya putih terlihat melesat. Dalam hitungan 2 detik dia sudah berada kembali di depan Bunga Kasna. Posisinya berjongkok seperti semula. Tapi... pot kecil berwarna hitam berada di tangan kanannya.Saat ini, di tangan kanan, Panca memegang pot kecil berwarna hitam tadi, tapi di dalam pot itu sudah ada air yang terisi. Dia menyiramkan air yang berada di dalam pot ke Bunga Kasna yang telah ditanam. Dia tersenyum kecil.
"Air dari Menara di Taman Air Tirta Gangga akan membantu pertumbuhanmu dengan cepat."
Panca berbicara ke Bunga Kasna. Seolah-olah Bunga Kasna akan mendengarnya. Dia tersenyum. Lagi. Senyum anak laki-laki itu mengandung arti. Dia kembali berusaha meratakan tanah yang sudah basah dengan air.Panca mengambil air dari menara air di Taman Air Tirta Gangga. Dia berkelebat dalam 1 detik dari Temukus ke Tirta Gangga dan kembali lagi hanya dalam waktu 1 detik. Jarak Temukus ke Tirta Gangga sejauh 100 kilometer. Jika ditempuh dengan kendaraan memakan waktu 2 jam 17 menit dengan kecepatan standar. Tapi Panca menempuh perjalanan pergi dan pulang hanya memakan waktu 2 detik. Sungguh kekuatan yang luar biasa dimiliki oleh anak laki-laki ini.
"Sebentar lagi jam 12 malam, jadi kamu harus mengawali hari baru dengan semangat baru. Banyak manusia di sini yang mengharapkan berkah dari tumbuh kembangmu. Jangan kecewakan mereka."
Panca perlahan berdiri setelah mengucapkan kalimat itu. Kalimat yang dilontarkan seperti keluar dari mulut orang dewasa. Dia kembali tersenyum."Bye. Bunga Kasna. Aku akan meninggalkanmu, berkembanglah. Jangan malu dan jangan kecewakan penduduk di sini. Jangan tiru aku. Karena aku adalah pemuda yang pemalu. Aku berusaha untuk merubah sifatku dan aku akan berubah demi seseorang yang berada di garis takdirku. Aku telah menemukannya. Dan malam ini aku ingin melihatnya di Amlapura. Good Bye Bunga Kasna."
Anak laki-laki yang memiliki senyum yang manis dari bibir yang tipis, seolah-olah menasehati Bunga Kasna. Dia berdiri tegak, memandangi Bunga Kasna sebentar. Tersenyum. Lagi. Kemudian dia membalikkan badan dan berkelebat meninggalkan tempat itu dengan senyum yang manis. Cahaya yang berkelebat di tengah malam, tak terlihat lagi oleh mata. Cahaya putih hanya terlihat dalam waktu sekedip mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Map of the 7's souls : Hikma Andapi
FanficMap of the 7's souls : Hikma Andapi adalah karya Kedua dari beberapa karya yang akan terbit. Judul besarnya adalah MAP OF THE 7'S SOULS dan di setiap karya akan ada nama-nama pemeran yang akan menjadi tim SUPERHERO dan berjuang mengamankan dunia di...