Friends : Ep. 41

0 0 0
                                    

Ketiga makhluk yang diciptakan Tuhan sedang duduk di gazebo yang berada di tengah Taman Air Tirta Gangga. Mereka bertiga duduk di pinggir gazebo. Sekitar 10 langkah dari tempat mereka duduk, menara air di taman bersejarah, terlihat tak berhenti memuntahkan air yang jatuh dari atas menuju ke bawah. Air suci mengalir dari satu wadah yang berbentuk piringan seperti kelopak bunga yang melingkar di batang menara.

Artha berada di tengah, sedangkan Dapi berada di sebelah kanan Artha. Kinnara di sisi lain pemuda Pengendali Api. Mereka duduk bersantai di gazebo. Tapi otak mereka melanglang buana dengan pikiran masing-masing.

Cahaya matahari di sore ini yang mulai redup, menyinari bagian belakang gazebo tapi tidak mengenai punggung ketiga makhluk Tuhan itu.

"Apa yang akan kamu lakukan sekarang, Pi?"
Artha membuka pembicaraan setelah sekian lama mereka bertiga terdiam.

"Aku tak tau kak. Kita harus mencari Firman dan Kinnari."
Dapi duduk bersender di tiang sebelah kanan gazebo. Salah satu kakinya berlipat secara horizontal. Telapak kaki bertapak di lantai gazebo. Sedangkan kaki kirinya menjuntai ke bawah.

"Papa mengatakan bahwa kemungkinan Kinnara dan adikmu di bawa ke Jakarta oleh Big Boss. Atau mungkin ke tempat yang lain. Belum jelas keberadaan mereka. Tapi yang pasti, mereka tidak berada di Bali saat ini," jelas Artha.

"Benarkah?"
Kinnara yang bertanya, berusaha menyajikan dirinya. Makhluk Setengah Burung menoleh ke Artha.

Artha mengangguk. Dia sedikit menggoyangkan kedua kakinya yang menjuntai ke tanah. Tapi tak sampai menyentuh tanah.

Dapi hanya terdiam. Dia memang sudah merasakan dengan intuisinya, bahwa Firman dan Artha tidak berada di Bali, saat ini.

"Jadi... apa yang harus kita lakukan, Kak?" tanya Kinnara. Makhluk yang berumur ratusan tahun tetap memanggil Artha dengan panggilan sopan. Dia meniru panggilan ke Artha seperti Dapi memanggil pemuda yang bertubuh kurus dan tinggi ini.

"Kita menunggu instruksi papaku. Mungkin... malam ini papa ke Bali. Kita akan ngobrol banyak dengan papaku."

Kinnara merebahkan tubuhnya di lantai gazebo secara perlahan. Kaki burungnya menjuntai ke bawah. Sejajar dengan kaki Artha. Kedua tangannya berlipat ke atas. Kedua telapak tangan bertumpuk dan tertindih oleh kepalanya. Telapak tangan dijadikan sebagai bantal. Kedua matanya menatap langit-langit gazebo yang terbuat dari ijuk.

"Sudah cukup lama aku tak bertemu dengan Kinnari. Sudah hampir 6 bulan semenjak mereka menculiknya. Entah apa kabarnya?" tanya Kinnara. Entah dengan siapa pertanyaan itu ditujukan.

"Secara fisik Kinnari baik-baik saja. Tapi secara mental, dia pasti tertekan. Kinnari dan adikku berada di bawah sihir Big Boss."
Kali ini Dapi berujar. Kedua tangannya menahan kaki yang menapak di lantai gazebo, membentuk lingkaran. Jari jemari saling mengait. Kedua tangan itu melingkar di bagian lutut.

Kinnara dengan cepat bangkit dari posisinya."Trus... apa yang akan kita lakukan selanjutnya, Yang Mulia?" tanya Kinnara. Dia menoleh Dapi yang berada di sebelah Artha. Posisi pemuda yang dipanggil Yang Mulia oleh Kinnara, menghadap ke Artha. Pemuda itu duduk menyamping jika dilihat dari depan gazebo. Dia menyandarkan punggungnya di tiang.

"Kita tunggu Om Bagas memberikan instruksi."
Dapi berbicara tanpa menoleh Kinnara. Dia memandangi menara air yang berdiri dengan kokoh di tengah taman. Pandangan ke Menara Air, membuat kepalanya lurus ke sudut 45 derajat, sedangkan tubuhnya tetap menghadap Artha.

"Baru kali ini aku merasa kehilangan orang yang aku sayang. Baru sekali terjadi pada diriku selama ratusan tahun. Ternyata seperri ini sakit yang dirasakan oleh manusia." Kinnara berkata sambil membaringkan kembali tubuhnya. "Bertahun-tahun aku dan Kinnari bersama menjaga Pohon Kalpataru dan baru kali ini kami berpisah. Rasanya hidupku ada yang kurang. Seperti ada satu bagian yang hilang."

Map of the 7's souls : Hikma AndapiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang