ii

329 26 0
                                    

“Hai, Nggi?” sapa Bastian dengan cengiran genitnya. Anggi yang melihatnya bergidig ngeri, mengundang tawa Bastian. “Santai aja, kali, Nggi. Gue gak serius kok.”

Bastian kembali tertawa kecil saat Anggi menghembuskan nafas lega setelah ia mengatakan bahwa dia tak serius dengan cengiran genitnya. “Lo lucu banget, sih.” Ujar Bastian sambil bertopang dagu dengan kedua tangan dan memainkan alisnya secara genit.

Anggi tidak menghiraukan Bastian yang sedang menggodanya, ia malah bertanya hal lain. “Kok… hmm, lo tau nama gue?” tanya Anggi ragu.

Seketika, pertanyaan Anggi membuat Bastian tertawa lumayan keras, sampai-sampai penghuni bangku yang ada di sekitar mereka—atau justru hampir semua bangku yang ada di kantin—menoleh.

“Bastian!” desis Anggi merasa terganggu oleh tatapan yang diberi penghuni kantin. Setelah Bastian meredakan tawanya, dan para penghuni kantin melanjutkan aktivitasnya, Anggi kembali menggerutu. “Apanya yang lucu?” tanyanya dengan kening yang mengkerut.

Mungkin saking malunya ditatap hampir semua orang yang ada di kantin—karena suasana saat itu memang lumayan sepi, jadi mereka bisa mendengar jelas tawa Bastian—Anggi tidak sadar bahwa saat ini sedang berbicara dengan Bastian. Seseorang yang kedatangannya sempat ia cemaskan.

For god’s sake, Anggi. Gue dulu satu sekolah sama lo pas SMP, bahkan satu kelas. Gimana gue gak tau?” tanya Bastian. Melihat respon Anggi yang malah terlihat bingung, Bastian jadi gemas sendiri dan kembali berujar. “Astaga, lo udah mulai pikun kayaknya. Atau lo bahkan udah menopouse?”

Anggi merengut mendengar ucapan terakhir dari mulut Bastian, membuat cowok itu tertawa kecil. “Gue gak tau…” jawabnya dengan nada pelan. Sangat pelan, bahkan sampai Bastian sendiri tak yakin apa yang diucapkan gadis di depannya. Rupanya dia sudah sadar bahwa yang ada di depannya ini Bastian, hingga kecemasannya timbul lagi.

“Lo ngomong jangan kayak tikus kejepit, deh. Tenang aja kali, sama gue ini.” Ujar Bastian santai, menepuk bahu Anggi—dengan sok asiknya—seakan mereka sudah akrab.

Justru karena sama lo, gue gak bisa tenang! Teriak Anggi dalam hati. 

Untitled•bbsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang