iv

229 23 0
                                    

“B-bastian?” cicit Anggi, melihat tatapan Bastian yang sulit diartikan benar-benar membuatnya ciut.

Bastian menaikkan kedua alisnya dengan angkuh, untuk menjawab panggilan Anggi—yah, walaupun kurang bisa dikategorikan sebagai panggilan—dan membuat gadis itu seketika tersentak.

Gue beneran salah ngomong kayaknya. Dia berubah cepet banget, anjir, komentar Anggi dalam hatinya.

Anggi hendak membuka mulutnya lagi, tapi tiba-tiba Bastian mendahuluinya. “Lo bilang, lo risih diliatin sama anak-anak di kantin?” tanyanya dengan nada yang luarbiasa ketus.

Ragu, Anggi mengangguk pelan.

“Terus gimana dengan Aldi, yang tiap harinya lo liatin dari meja ini? Lo kira dia gak risih? Lo kira dia gak tau?” Tanya Bastian dengan alis yang terangkat sebelah, masih dengan nada ketusnya yang kental.

Anggi tersentak, dia merasa jantungnya tiba-tiba saja keluar dari tempatnya. Satu pertanyaan yang langsung muncul di kepalanya setelah mendengar pertanyaan Bastian adalah: Aldi tahu?

“Kaget?” Bastian tertawa remeh. “Denger ya, dia itu risih setengah mati diliatin sama orang anti social macam lo. Orang yang selalu menghindar dari keramaian, gak pernah mau berbaur dengan lingkungan lo. Terbukti ‘kan, lo bahkan gak tau gue pernah sekelas sama lo pas SMP.”

“G-gue … gue lupa.” Anggi tertunduk, ada perasaan yang menyakitkan di dalam hatinya. Seperti ada sebuah tangan yang dengan lancang meremas hatinya.

“Oh ya?” Bastian mendengus. “Apa karena penyakit lupa lo itu, lo juga jadi lupa diri?”

Anggi sontak menatap Bastian dengan tatapan yang—entahlah, mungkin sakit hati? Yang terpenting gadis itu tersakiti.

Pertanyaan keterlaluan yang dilontarkan Bastian membuat Anggi hampir saja menamparnya jika tidak ingat pertanyaan tadi. Lupa diri. Anggi menghela nafas, jika ia berani menampar Bastian, sama saja ia mengakui bahwa dirinya memang lupa diri dengan siapa dirinya.

“Lo lupa diri dengan siapa lo. Lo Cuma cewek unseen yang sampai kapanpun gak akan disukai Aldi.”

Dan untuk kedua kalinya, perasaan yang meremas hati itu muncul lagi. Dengan rasa yang lebih menyakitkan. 

Untitled•bbsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang