HEYYO. I'M BACK GUYS
.
.
.
HAPPY READING_
Seorang gadis berdiri di balkon kamarnya dengan ditemani secangkir coklat panas seraya menikmati indahnya langit malam yang dihiasi kelap kelip bintang.
Beberapa kali gadis itu terdengar menghela nafas berat, seolah ia sedang menyimpan beban di setiap hembusan nafas nya.
Ara tersenyum miris mengingat kejadian beberapa tahun lalu membuat hidup nya berubah drastis. Kejadian yang dengan tidak sopan nya merenggut kebahagiaan seorang gadis.
Hal itu membuat orang orang yang ia sayangi berbalik arah memerangi nya Bisa di bayangkan, jika rumah yang seharus nya melindungi namun malah berusaha membunuh seseorang di dalam nya.
Seseorang itu berusaha keluar dari rumah yang makin lama makin runtuh, tapi naas ia tak bisa pergi karena jika ia pergi rumah itu akan semakin hancur dan rata. Karena ia adalah pondasi
Tak terasa di pipi nya mengalir sungai kecil "Tahan ra, lo kuat bentar lagi kok" gumam nya "Lo akan bisa merasakan kebahagiaan lagi, dunia yang sama atau berbeda "
Driit..Driit..
Ara tersentak mengambil ponsel dari saku celana, saat melihat nama yang tertera di layar ponsel milik nya dengan cepat tangan nya menghapus air mata tersebut.
"H-Halo"
'I miss you baby. Miss me? '
"kalo kangen kesini bukanya meditasi di apart lo" ara berusaha menstabilkan suara nya yang sedikit serak
'I know beb, but i'm Bussy" Suara rengekan terdengar di seberang sana. Ara hanya memutar mata malas
"You think i'm not busy?" sela ara dengan nada tajam " Ara juga sibuk, aku matiin! "
'Eh tunggu, abang mau ngomong dek " Ucap laki laki itu dengan nada serius.
"Tell me! " Ujar ara pada saudara nya itu, reyhan.
'Gimana hubungan kamu sama ryan ?' tanya reyhan
Gadis itu menghela nafas "as usual "
'you are strong woman! ' ujar reyhan menguatkan adik nya itu.
"U sure? "
'Ya'
Ara tersenyum miris, penasaran seberapa bagus actionnya diluar sana sampai orang menganggap nya kuat
"Ya aku sangat kuat, bahkan sangking kuat nya aku ingin melampaui dunia dan masuk ke dunia lain " Kekeh ara
'Maksud kamu ?' reyhan mencoba mencerna kalimat adik nya, namun begitulah reyhan, otak nya tidak sampai untuk mencerna kata yang bermakna terlalu tinggi
"Lupakan. Aku mau nanya "
'Hm..?'
"Kenapa bang rey percaya sama ara? sedangkan abang belum mendengar alasan kenapa, bisa saja aku memang benci dia dan ga mau liat bang ryan menikah seperti yang bilang mama " lirih ara, ia memilih mendudukkan diri nya di sofa
Terdengar helaan berat 'Abang lebih mengenal kamu, closer than ryan, my twins" reyhan menggantung ucapan nya "Kamu ga akan bertindak tanpa ada alasan. So, apapun yang kamu lakuin walaupun salah dimata orang abang tetap percaya my little princess"
"I want something -- "
'Anything for you babe '
***
Ara menuruni setiap undakan tangga, manik nya menatap orang tua serta abang nya di meja makan. Ada sedikit ragu untuk kembali sarapan bersama mereka. Kejadian itu membuat ryan marah padanya atau mungkin benci ?
Ara lebih sering makan diluar atau pun asisten rumah nya yang akan membawa makanan ke kamar, di karenakan laki laki itu tidak mau satu meja makan dengan ara dan orang tua nya pun tak pernah menanyakan dia sudah makan atau belum.
Gadis itu menghela nafas gugup saat kaki nya menginjak undakan tangga terakhir
Semoga aja tidak!
Ara mendudukan badanya secara perlahan tepat di kursi depan Ryan namun...
Ciit...
Suara gesekan kursi dengan lantai terdengar, ara mendongak menatap laki laki didepan nya "Abang " lirih ara melihat tubuh ryan semakin jauh meninggalkan meja makan
"Sudah senang melihat keluarga saya hancur ?!" sentak Diana aka mama ara. Gadis itu bahkan tertegun karena kalimat yang baru saja di lontarkan pada nya
"Ma ak--"
"Diam kamu ! Saya muak anak sialan" Setelah nya Diana pun sama , meninggalkan meja makan
Ara menunduk, memilin jemari nya. Air mata semakin menumpuk di manik nya, cukup satu kedipan mungkin akan membuat aliran sungai kecil dari sana.
Lo gak lemah ara !
Ara memendam isakan nya, menoleh pada ayah nya yang masih fokus pada makanan "Pa " panggil gadis itu
Irvan mengentikan kegiatan nya, menatap putri nya dingin dengan satu alis terangkat. Air mata ara mengalir begitu saja jika boleh jujur ia terlalu lemah perihal tentang ayah.
'Papa help me!, hug me please! '
Ingin rasanya gadis itu berteriak mengeluarkan keluh kesah nya
"Hapus air mata mu, pergi ke sekolah kau akan terlambat " ucap irvan dengan nada tajam, lalu pergi membawa tas dan jas nya, meninggalkan ara di meja makan sendiri
Kesendirian ? Ya aku menikmati nya, itu telah menjadi bagian dari hidupku
***
KAMU SEDANG MEMBACA
I NEVER CRY
Teen Fiction"Jangan sesekali menjadikan seseorang sebagai rumah mu, karena manusia itu dinamis sedangkan rumah harus statis" Kisah seorang gadis yang berusaha mengungkap rahasia yang ada di hidup nya. Berusaha mencari dan melengkapi kepingan puzzle yang hilang...