"Itu orangnya, Ra."
"Mana?" tanya Kejora, matanya berusaha fokus mencari sosok yang diincar sejak pagi tadi.
"Itu, Ra. Yang duduk sendirian." ujar Mita sambil jingkrak-jingkrak kecil.
"Iya, cuma gimana cara ngomongnya, gue takut."
"Ahh, jangan kebanyakan mikir, lo masih mau digangguin si jutek itu?" paksa Mita menarik tangan Kejora masuk ke kantin lalu mendorongnya dari belakang sampai ke hadapan Bintang.
Wajah Kejora memerah, rasa malu mulai bersarang di kepalanya. Ia memperhatikan orang-orang di kantin ternyata semua orang terlihat sibuk. Kemudian bola mata Kejora menangkap sosok yang tidak asing, si jutek sedang memantaunya. Segera Kejora menyelesaikan misinya ketika melihat si jutek di sudut kantin.
"Permisi, boleh gue duduk di sini?" pinta Kejora sambil menggenggam tali tasnya.
"Silakan, gue juga sudah selesai." jawab Bintang seraya merapikan letak sendoknya, lalu bersiap pergi.
"Eh, Kak tunggu. Duduk dulu, gue sebenarnya mau bicarakan sesuatu sama kakak. Tentang kejadian di lapangan waktu MOS kemarin." cegahnya.
"Hmm, gak masalah, biasalah anak baru." katanya sambil duduk dan menyilangkan kaki. "Pasti lo disuruh, kan?" tanyanya.
"Emm, iya Kak. Gue minta maaf, karena kemarin gue gak sampaikan pesan dengan baik. Sebenarnya gue gak bermaksud...,"
"Lo gak bermaksud nembak gue, kan? Udahlah gak perlu minta maaf gitu, gue tahu kok siapa yang suruh lo." katanya memotong pembicaraan Kejora.
"Lho, kakak tahu dari mana?" tanya Kejora heran.
"Ya, tahulah. Dia, kan yang suruh lo." jawabnya sambil memberi kode ke arah si jutek. "Namanya Sandra, mantan gue." tambah Bintang kemudian beranjak dari kursinya.
"Eh, tunggu kak. Ini ada surat dari dia." Kejora berdiri berhadapan dengan Bintang. Aroma parfumnya langsung terekam di memori Kejora.
"Gak perlu, paling isinya minta maaf, minta balikkan." ujarnya dan berlalu pergi.
Kejora bingung bukan kepalang. Kali ini dia terjebak di antara kisah cinta kakak kelas yang terputus. Yang paling berat sekarang bukan lagi tentang bagaimana cara mendekati Bintang, tapi bagaimana caranya menghadapi Sandra, si jutek.
Sepanjang hari di sekolah, setiap kali ada kesempatan ia terus berusaha memberikan surat itu pada Bintang. Sampai ia juga mengenal teman dekat Bintang, Faisal. Ia meminta tolong pada Faisal untuk membujuk Bintang agar mau menerima surat Sandra. Namun usahanya sia-sia. Faisal teman dekatnya saja tidak bisa membujuknya, apalagi Kejora, orang yang baru dia kenal.
Begitu bencikah Bintang pada Sandra? Tapi apa yang membuatnya jadi benci? Apa mungkin Bintang dikhianati? Atau Sandra itu cewek matre? Banyak pertanyaan yang melintas di pikiran Kejora. Ia ingin misi ini segera selesai supaya Sandra tak lagi mengusiknya tiap hari.
***
Minggu adalah hari merdeka buat Kejora. Ia terbebas dari si jutek yang terus menerus menghantuinya. Pagi-pagi sekali ia bangun dan membuka jendela kamarnya. Segera ia menarik napas panjang kemudian menghembuskannya. Ia melakukannya beberapa kali, cuaca sejuk dan udara segar pagi memang bisa menenangkan hati.
Tring tring tring, ponselnya berbunyi. Ia meraih ponsel itu lalu membuka pesan di whatsapp.
"Pagi, Jomblo."
"Gimana tidurnya, nyenyak, kan?"
"Gak mimpi mak lampir alias si jutek, kan?"
"😆😆😆"Senyumnya mengembang sesaat membaca pesan dari Mita.
"Pagi juga, jomblo tomboi gue."
"Haha, mimpiin si jutek? Maaf ya, list mimpi gue udah full sama mimpi pangeran masa depan gue."
"😋" balas Kejora kocak."Haha, what? Pangeran masa depan? Wueekkk, pacar aja gak punya boro-boro pangeran masa depan." ledek Mita
"Jangan suka asal ngomong, nanti kalau gue punya pacar, gimana?" tantang Kejora sok berani.
"Jangan banyak bicara, tunjukin aja dulu pacar lo ke gue."
"Eh, buset. Nyepelein gue, ya?"
"Kan, kenyataannya ketemu cowok aja udah mau pingsan rasanya 😆😆" timpal Mita lagi.
"Eh, enak aja. Jangan asal ngomong lo, ya?"
"Lah, emang iya."
"Ih, jahat nih sama temen sendiri."
"Haha, udah ah. Hari ini lo ada waktu gak? Nongkrong, yuk?"
"Ah boleh tuh, gue lagi butuh refresh otak dan buang aura negatif di pikiran gue."
"Haha, kasihan. Ya, udah siap-siap gih, ntar gue jemput jam 10."
"Oke, siap."
***
Sore itu awan di langit menebal dan berwarna abu-abu. Awan abu-abu itu tampak semakin berat dan akan runtuh, seolah langit tak mampu lagi menahannya lepas. Benar saja, 5 menit kemudian awan itu perlahan menitikkan air, membuat manusia bumi kalang kabut.
Di satu tempat terlihat 2 orang gadis sedang asyik makan dan menyeruput cappucino. Kejora dan Mita tengah duduk santai di cafe Kopi Sewindu sambil menikmati hujan.
"Lama banget Mang Adi." ujar Mita sambil menyuap mie goreng ke mulutnya. Sudah 1 jam ia menunggu jemputan.
"Sabar, makanan lo aja belum habis,lagian hujan pasti macet." kata Kejora menenangkan.
"Eh, Ra." Mita menepuk pundak Kejora.
"Apa?"
"Lihat, deh, di samping lo." tunjuknya.
"Bintang," bisik Kejora. "Gawat cabut, yuk." ajaknya.
"Gak, ah malas. Lagi enak di sini, kaki gue pegel." tolak Mita.
"Ayolah," desak Kejora menarik lengan sahabatnya.
Bruk! Ponsel di tangan Mita jatuh karena Kejora.
"Sorry, sorry Mita. Gue gak sengaja." mohonnya sambil merapatkan telapak tangan.
"Lagian, tenang dong. Bentar lagi supir gue datang." tukasnya lalu memeriksa keadaan ponsel itu.
"Hai," sapa seseorang
Kejora menoleh ke asal suara, seketika ia tertegun melihat Bintang berada di dekatnya.
"H-a-i," balasnya gagap.
"Hai, Kak. Sendirian?" tanya Mita.
"Iya, boleh gue gabung?" pinta Bintang.
"Oh, boleh-boleh, Kak." Lagi-lagi Mita yang menjawab. Kejora, cewek pemalu itu cuma bisa cengar cengir tak karuan.
"Pssttt, surat, surat...," gumam Mita sambil menyenggol tangan Kejora.
"Iya, iya," bisik Kejora. "Kak, emm, ini surat Sandra. Please..., tolong kakak terima aja, mau dibaca atau gak terserah, yang penting ambil aja dulu, biar urusan gue sama Sandra kelar. Please." mohon Kejora agar berharap kali ini Bintang mengerti keadaannya.
"Oke. Gue terima. Tapi, saran gue supaya lo jangan lemah di depan Sandra. Semakin lo terlihat lemah, semakin dia peralat lo." jelas Bintang lalu meremas surat itu. Pluk, remukan surat itu masuk ke tempat sampah.
Kejora melongok melihat sikap Bintang yang sepertinya terlihat sangat membenci Sandra. Ia ingin sekali tahu apa gerangan yang jadi penyebab putusnya hubungan mereka.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
KEJORA
Roman pour AdolescentsSejak membaca surat itu, malam adalah teman terbaik bagi Bintang. Tempatnya berkelih kesah, menangis bahkan bercerita apa saja yang terjadi sepanjang hari. Hingga suatu malam, ia merasakan rindu yang tak terbendung sampai tangisnya meledak. "Aku men...