Penolakan

17 2 6
                                    

"Ma, aku gak mau mah tinggal di rumah temen mamah. Aku mau tinggal di sini aja, aku bisa kok jaga diri sendiri." Ucapku.

"Sayang, mama gak bisa dong ninggalin kamu sendirian di rumah. Kalo ada apa apa gimana? Mamah itu perginya gak sebentar. Ini demi kebaikan kamu juga!" Bantah mamah.

"Enggak maaa enggakk. Senja gak mau tinggal di tempat orang lain mah. Senja nyaman di rumah ini. Senja gak mau ninggalin rumah ini.  Senja maunya di sini." Rengekku.

"Gak bisa sayang enggakkk. Gak ada penolakan. Cepet beressin barang barang kamu. Sekali ini aja kamu nurut sama mamah."

"Tapi ...."

"Gak ada tapi tapian!" Ucap mamah lalu pergi meninggalkan kamarku.

'BRAKKK!'

Pintu itu tertutup dengan sedikit keras. Hatiku bergejolak, tersakiti dengan apa yang di lakukan mamah. Tapi mungkin ini yang terbaik buatku, atau ... Hanya yang terbaik buat mama.

"Kenapa harus di rumah orang lain sih. Bukankah lebih baik aku pulang ke kampung tinggal sama kakek." Gumamku.

Sejenak aku duduk termenung, ku melihat-lihat seisi kamarku. "Oh, aku akan merindukan bantalku di sini."

Kemudian aku bergegas memasukkan baju-bajuku ke dalam koper.
Ketika semua sudah selesai, aku langsung turun ke bawah menemui mama. Ternyata ... Ia sudah menunggu ku di depan mobil.
Tanpa menunggu lama mama langsung masuk ke mobil setelah melihatku. Aku berjalan cepat menuju mobil, segeraku memasukkan koper ke bagasi mobil. Lalu duduk di depan di samping mama.

Tanpa seucap kata pun mama langsung menjalankan mobilnya. Tidak ada pembicaraan, aku diam di sepanjang jalan, menatap luar dari kaca mobil. Tanpa terasa, air mataku jatuh begitu saja.

Satu jam di perjalanan, akhirnya telah sampai di tempat tujuan. "Ayo sayang, sudah sampai," ucap mama. Aku mengangguk iya.

Rumah itu begitu besar, indah dan megah. Aku terkagum melihatnya. Lalu ku melihat seseorang di depan pintu yang seumuran dengan mama. Iyaa ... Dia teman mamaku. "Akhirnya kalian sampai juga," ucapnya bersuka ria.

Aku tersenyum ramah kepadanya, "Kamu manis sekali," ucapnya mengelus rambutku.

"Terima kasih," balasku.

"Anakku memang manis Rahma, benar gak apa apa kan dia tinggal di rumahmu? Aku sangat khawatir kepadanya. Apalagi kita akan pergi selama setahun," ucap mamaku kepadanya.

"Apa???" Ucapku kaget. "Kalau mama dan Tante akan pergi barengan, terus aku di sini sama siapa? Yaa kali aku di tinggal berdua Sama anak Tante? Kalau dia macam-macam gimana?"

Rahma tersenyum lembut kepadaku, "Nak ... Dia gak akan macam macam kok sama kamu. Di rumah ini nanti bukan kalian berdua kok. Ada Bi Siti yang akan ngurus kalian. Jadi, kalian tenang saja ya."

Aku diam cemberut, "Maaaaaa," rengekku manja kepada mama.

"Udah, gak ada penolakan okk!" Ucap mama. Aku memanyunkan bibir.

"Senja," panggil Tante Rahma kepadaku.

"Iyaa," jawabku.

"Kamu masuk saja, nanti Bi Siti yang antar kamu ke kamar. Tante sama mama kamu mau berangkat sekarang. Udah gak ada waktu lagi, kita hampir telat." Jelasnya.

Aku mengangguk pelan dengan sedikit senyuman.

"Mama pamit ya sayang, jaga dirimu baik baik. Sekolah yang bener, agar suatu saat nanti kamu menjadi anak yang sukses, dan membanggakan mama dan papa," tutur mama mengelus rambutku. Lalu memberikan kecupan singkat di keningku.

Love Me, Love Me No!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang