Mental

9 4 3
                                    

Bersamamu Aku tegar

Waktu begitu cepat berlalu, seiring langkah jalan cerita. Sesuatu yang datang tanpa permisi, selalu menguji kesabaran hati. Hidup ... Kehidupan.
Kenyataan mengusik perasaan gadis itu, gadis yang tengah berdiri di ujung jembatan laut. Hembusan angin laut yang terus menerpa wajah pucatnya, dan rambut panjangnya yang mengikuti hembusan arah angin. "Mama," ucapnya. Air matanya tak mampu ia bendung lagi, segala perasaan telah berkecamuk di dalam hati. Mengingat sang mama, mengingat saat-saat kebahagiaan bersama kedua orang tuanya, dan teringat kematian ayahnya yang mengalami serangan jantung melihat anaknya senja tenggelam di lautan. Serta ... Kematian sang mama.

Pesawat yang dilakukan tumpangi mama senja dan mamanya ivan mengalami kecelakaan, jatuh kelautan saat menuju Korea Selatan. Tidak ada yang selamat, banyak jasad yang belum di temukan, termasuk ... Mamanya.

"Maa ... Mama kenapa pergi?" Lirih suara seraknya.

"Mama kenapa ninggalin senja sendiri? Mama gak sayang lagi ya sama senja? Senja sayang mama. Senja butuh mama, senja gak mau kehilangan mama. Senja gak punya siapa siapa maa. Senja harus bagaimana? Maa ... Mamaaaa," ucapnya menatap luasnya bentangan lautan.

"MAMAAAAAAAA!!!!!!!!" teriaknya.

Suara ombak tengah beradu dengan isakan senja. Bibir yang terus menyebut nama sang mama. Pikiran yang terus berkecamuk, rasa sakit yang terus menyayat, dan rasa lelah menghadapi kenyataan. Senja membentangkan kedua tangannya menatap lautan.

"Maa ...."

"Senja ikut mama dan papa yaa."

Senyum tipis mengingat orang tuanya, dan tarikan napas pelan merasakan perasaannya. "Tunggu senja maa ... Paa!"

'BYUUUURRRRR'

Senja menjatuhkan dirinya ke laut.

"SENJAAAAA!!!!!" teriak Ivan melihat senja menjatuhkan dirinya sendiri.

Sedari tadi, Ivan mengamati senja. Ia ingin menghampirinya, namun ia enggan.

Ivan berlari menuju tempat di mana senja jatuh, ia menatap kebawah laut. Tidak lama, ia menyebutkan dirinya kelautan, hendak menyelamatkan senja.

Ivan berenang menuju tubuh senja yang tengah mengambang. Sekilas, Senja melihat Ivan yang menghampirinya. Ivan mengulurkan tangannya menggapai tangan senja. Namun setelah ia gapai, senja berusaha melepaskan genggaman tangan Ivan. Ivan tidak bisa membiarkan dirinya dan senja terus berada di dalam laut, ia berusaha berenang menuju atas laut meski senja terus memberontak. Namun tidak lama, senja telah kehilangan oksigen, lalu tak sadarkan diri. Ivan yang melihatnya semakin merasa khawatir, ia terus berusaha berenang menyelamatkan diri.

Beberapa orang datang membantu setelah melihat kejadian tersebut, kini Ivan dan senja telah berada di atas jembatan di mana senja menjatuhkan diri.

"Senja ... Senja, bangun senjaa!" Ucap Ivan menepuk nepuk pipi senja.

Senja masih belum sadarkan diri, dan setelah berpikir sejenak Ivan mencium senja untuk memberikan napas buatan.

"Senja, bangunlah!"

Namun, tidak ada respon dari senja. Ivan langsung memapang senja menuju mobil, karna ambulance tak kunjung datang. Dengan kecepatan tinggi Ivan melajukan mobilnya, sesekali melirik senja yang terbaring di kursi belakang.

.
.
.

Menunggu adalah sesuatu yang membosankan, bahkan menunggu adalah sesuatu yang melelahkan. Itu yang kini di rasakan Ivan, duduk di samping senja yang tengah terbaring di kamar inap. 2 hari tidak sadarkan diri, Ivan terus menjaga, dan menunggu senja. Terkadang, bergantian dengan Bi Siti ketika Ivan merasa lelah.

Love Me, Love Me No!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang