PART 2

147 35 172
                                    

Di hari Senin, Meisya, Anta, beserta Deffran dikejutkan oleh pengumuman yang menempel di mading sekolah.

"Eh, eh. Ada apaan, nih?" Datang Anta secara tiba-tiba.

"Ini lho, ada lomba band di sekolah dua minggu lagi," sahut Deffran.

"Wih, boleh juga tuh. Ajak anak-anak lain dong kalau gitu."

"Sekarang anggota band kita cuma tersisa gue, Caca, sama elu. Yang lain pada ngundurin diri."

"Yakin band kita bisa menang kalau cuma kita bertiga?" tanya Caca memastikan.

"Yaa, kalau bisa kenapa enggak." Deffran melipat tangannya menandakan kepercayaan dirinya.

"Oke, semangat ya kalian, gue mau ke kelas. Dadah." Meisya pergi ke kelas bersama Anta dan meninggalkan Deffran.

Dari kejauhan, Deffran memandang kagum sosok sang Meisya hingga tak sadar bibirnya membentuk senyuman manis.

Sepulang sekolah, mereka berinisiatif latihan band di studio tempat biasa mereka berlatih.

Sesampainya di studio, mereka langsung mengambil alat musik sesuai bagiannya. Antana sebagai gitaris seperti biasa, Meisya vokalis dan Deffran menggantikan kedudukan temannya, yakni drummer. Pastinya sebelum mulai, mereka check sound terlebih dahulu.

Setelah semuanya siap, Meisya mengernyitkan alisnya dan terdiam.

"Guys, kita mau nyanyi lagu apa?" spontan, Meisya bertanya.

Mereka saling melirik dan memberi kode, lagu apa yang akan mereka nyanyikan.

"Eh, ini gue serius kita mau nyanyi lagu apa?"

"Apa nih, Def?" Antana malah melempar pertanyaan kepada Deffran. Deffran pun bingung sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Akhirnya keputusan di tangan Deffran. Tidak jauh-jauh, mereka menyanyikan lagu yang mereka latih saat malam minggu kemarin.

Lagu itu selesai dimainkan. Sekarang waktunya mereka fokus terhadap konsep lomba. Mulai dari judul lagu, akor gitar, tangga nada yang dinyanyikan Meisya, dan masih banyak lagi. Mereka harap, mereka bisa menang di lomba band tersebut. Semuanya harus sudah siap ketika di atas panggung. Tetapi supaya bisa menang tentu proses yang akan menentukan dengan latihan yang giat.

***

Pendengaran anak ibu belum dapat dipastikan sembuh total. Masih banyak pengobatan yang harus dijalankan secara rutin," jelas dokter setelah melakukan pemeriksaan rutin di rumah sakit. Di ruangan tersebut juga terdapat Anta dan Mamanya.

"Saya masih ingin anak saya sembuh, Dok," ujar Marissa, Mama Anta.


"Ya, saya tau. Tapi kalau mau sembuh total harus dilakukan operasi kali kedua."

Antana berpikir keras supaya saat  di atas panggung nanti pendengarannya tidak melemah. Tetapi tidak secepat itu, bukan? Tidak bisa sembuh dalam sekejap. Harus dilakukan pengobatan secara rutin, baru nanti akan dilakukan operasi. Operasi juga butuh biaya yang mahal.

Berdasarkan informasi dokter, telinga Antana yang tuli hanyalah telinga kiri, sehingga tingkat ketulian Antana berada  di derajat tuli sedang. Yang berarti ia kesulitan mendengar lawan bicaranya pada jarak dekat. Tetapi Antana tidak selemah itu. Ia merasa tetap bisa beraktivitas seperti orang lainnya. Bukan berarti ia memiliki kekurangan lalu menjadikannya alasan untuk tidak bisa berbuat apa-apa. Ia layak untuk seperti orang pada umumnya.

EvanescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang