Pagi hari yang cerah matahari menyingsingkan sinarnya yang membuat burung-burung mengepakkan sayapnya untuk mencari makan ataupun sekedar terbang bebas.
Resa yang saat itu sedang memakai sepatu buru-buru menalikan sepatunya karena hari ini adalah hari senin, di mana jalanan akan macet daripada hari biasanya.
"Ibuu.... Ayah.... Resa berangkat yaaa," teriaknya sembari lari ke dalam rumah menemui kedua orang tuanya.
"Sayang sarapan dulu, 'kan upacara" ucap Siska -Ibu Resa- sembari menuangkan nasi goreng ke piring suaminya.
"Tau nih kamu buru-buru aja," kata Dandi -Ayah Resa-
"Nggak bisa, Yah, Bu, yaudah aku berangkat naik ojek aja yaa," ucap Resa menyomot roti yang sudah diolesi selai dan tak lupa bersalaman pada orang tuanya.
"Resaaaa naik taksi aja, Nak," teriak Dandi namun sepertinya tak didengar oleh Resa yang sudah berada jauh.
Siska tiba-tiba memukul lengan suaminya, "Kamu itu Mas.... Resa naik ojek biar ngehalau macet, malah disuruh naik taksi yang bakalan dan pasti macet," Dandi pun tertawa atas tingkat lakunya sendiri.
***
Resa berlari ketika sudah ada guru di depan gerbang sekolahnya seraya memberi aba-aba menghitung bahwa sebentar lagi gerbang akan ditutup. For your information sekolah Resa mempunyai dua gerbang, yaitu gerbang utama yang dijaga oleh satpam dan kedua adalah gerbang yang memisahkan antara sekolah dengan parkiran yang dijaga oleh guru piket. Maka dari itu sangat ribet ketika sudah telat begini apalagi untuk menjangkau gerbang utama harus berjalan sekitar 80 meter agar sampai ke gerbang utama. Maka dari itu Resa harus berlari walau sudah sampai sekolah. Merasa banyak yang telat Resa mengedarkan pandangannya bahwa hari ini tercatat rekor terbanyak, memang sih jalan merak itu punya perempatan yang membuatnya macet sekali.
Ketika sudah melewati gerbang pertama Resa menghirup oksigen sebanyak-banyaknya memenuhi paru-paru yang tadi ia ajak marathon berlari dari depan sampai gerbang. Tak sampai situ ketika ia akan berjalan teriakan terdengar dari guru yang tadi menjaga.
"LARI CEPETAN UPACARA MAU MULAI!"
Resa berlari lagi untuk menggapai gerbang terakhir, tapi semuanya tidak akan berjalan semudah itu. Di gerbang kedua terdapat pemeriksaan seperti kaos kaki, sepatu, gelang, dll nya. Resa melihat dirinya sudah rapih dan mengikuti aturan sekolah namun ia lupa untuk mencopot gelang yang ia beli kemarin di pasar malam. Buru-buru ia menutupi gelangnya dengan tangan kirinya berharap anak OSIS tak melihatnya.
Satu langkah
Dua langkah
Tiga langkah
"Aman nggak ada yang liat gelang gue," batin Resa.
Tapi saat hendak mengambil ancang-ancang berlari menuju kelasnya yang hampir ujung sebuah suara menyentak Resa yang akan berlari.
"Kasih gelang kamu secara sukarela atau mau saya ambil secara paksa!"
Resa mengedarkan pandangannya dan ia melihat salah satu cowok yang sepertinya OSIS memakai rompi warna berbeda dengan logo SMA Jaya Kencana di dada kanannya yang kata Inka kalau pakai rompi beda warna begitu salah satu orang terpenting di sekolah semacam Ketua OSIS. Melihat Resa yang diam tidak berkutik cowok itu berjalan ke depan Resa hendak mengambil gelang yang ada di tangan Resa, namun belum sempat ia melakukannya, Resa terlebih dahulu melepaskan gelangnya dan melempar asal gelang tersebut ke cowok yang mencegatnya tadi. Tanpa memedulikan apapun Resa berlari menuju kelasnya yang sudah pasti sepi karena sudah berkumpul di lapangan kedua untuk memulai upacara.
***
Upacara telah usai siswa siswi buru-buru berhamburan menuju kelasnya masing-masing terburu-buru ingin cepat duduk di kursi karena terlalu lama berdiri. Lain dengan Resa dan temannya yang memilih mampir dulu ke kantin untuk membeli minum.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mekanisme Hati
Teen FictionAresa Zefanya yang hatinya tidak pernah pergi dari seorang laki-laki bertopi memakai masker yang ia temui saat dirinya pergi ke psikolog seketika meluap begitu saja ketika melihat ketua MPK sekolah barunya. Jagat Satria si ketua MPK yang sedikit cue...