3. Abang pulang

0 0 0
                                    

Bel pulang sekolah terdengar begitu nyaring yang membuat anak-anak ingin segera pergi dari ruang kelas dan tentu itu berlaku untuk Resa juga. Ia ingin cepat-cepat pulang karena sudah pusing dengan matematika wajib yang ditaruh di jam terakhir, dan selama memulai pelajaran juga selalu senam jantung karena takut disuruh maju ke depan mengisi soal. Tapi bagi kelas Resa pulang cepat setelah matematika wajib ibarat mencari jarum ditumpukkan jerami, susah sekali. Wali kelasnya itu entahlah selalu saja berceramah diakhir kelasnya

"Pak Istuka kalo udah bel pulang makin betah banget di kelas," adu Inka yang disambut anggukan lainnya.

Gibran si ketua kelas masuk ke dalam kelas dengan raut wajah yang lelah. Setelah tadi ia disuruh menghadap ke Pak Istuka diperpustakaan.

"Udah biasa banget Pak Istuka gitu," sambar Gibran sembari memasukkan buku-bukunya yang masih berserakan di meja.

"Kali ini ditanya apa lagi, Ran?" Tanya Resa terkikik geli seraya berlalu meninggalkan kelas bersama Inka.

Gibran tahu Resa hanya meledeknya saja bertanya seperti itu bukan bermaksud peduli. Dengan berlari Gibran menyusul Resa yang sudah berjalan di tengah lapangan dengan Inka.

Setelah dapat menyusul Resa dan Inka, Gibran berdiri di samping Resa dengan senyum semanis mungkin. Resa yang sadar di samping kanannya ada Gibran yang sedang tersenyum manis merasa sangat aneh.

"Kenapa lo senyam-senyum gitu?!"

Gibran tidak menjawab melainkan langsung menjitak kepala Resa tiba-tiba dan membuat Resa berteriak dan mengejar Gibran yang sudah berlari jauh.

"GIBRAAAAAAAAAAAAN!"

Gibran yang mendengar teriakan mengelegar Resa terkekeh dan tetap berlari agar Resa tidak dapat mengejarnya. Sedangkan di sisi lain Inka pun dibuat kesal karena ditinggalkan oleh Resa.

"RESAAAAAAAAAA!"

Dan terjadilah aksi saling kejar mengejar antara Gibran, Resa, dan tentu Inka yang mau tidak mau harus menyusul Resa.

Resa berlari sembari melihat Inka dan tertawa jahil dan tak disangka dari arah yang berlawanan seseorang baru saja keluar dari perpustakaan membawa setumpuk kertas dan tabrakan pun tak dapat dielakkan.
"Resa awaaaaaaaas," teriak Inka.

Dugh
"Aw... Sakit," rintih Resa mendapati tangannya yang sudah terluka menjadi lebih parah.

Kertas-kertas berserakan di mana-mana menghujani mereka berdua. Inka yang melihat Resa terjatuh buru-buru menghampiri Resa, sedangkan orang yang ditabrak langsung membereskan kertas-kertas yang sudah berserakan. Kejadian ini tak luput dari penglihatan siswa-siswi yang masih di sekolah untuk mengikuti ekstrakulikuler atau hanya sekedar beristirahat sejenak sebelum pulang ke rumah.

"Res, lo nggak apa-apa?" Panik Inka seraya membantu Resa berdiri.

Resa menunjukkan kedua telapak tangannya yang terluka kepada Inka.
"Perih banget. Lutut gua juga perih," ringis Resa.

Inka memeriksa lutut Resa yang ternyata memang terluka juga. Mereka berdua hanya fokus dengan kegiatan mereka tanpa memperhatikan korban yang ditabrak oleh Resa sedikitpun.

"Ayo gue bantu ke uks dulu," ketika Inka hendak memapah Resa, ia kemudian berbalik hendak meminta maaf kepada orang yang sudah ditabrak oleh Resa. Namun, tak disangka si korban tak lain adalah.

"Lho? Kak Jagat?!" Pekik Inka kaget bukan main. Karena orang yang ditabrak oleh Resa adalah si ketua MPK. Resa yang mendengar pekikan Inka tak kalah kaget dan langsung mengalihkan perhatiannya kepada si korban yang ia tabrak.

Resa meringis melihat si korban yang nampak biasa saja dan sudah memunguti kertas-kertas yang tadi berserakan, sudah pasti bisa-bisa ia di cap sebagai anak pembuat onar setelah kejadian ini dan pagi tadi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 14, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mekanisme HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang