Bagian 8

3 0 0
                                    

Ruang latihan yang biasanya sepi, kini berpenghuni. Seusai sekolah Nara mengajak Yoongi dan Namjoon untuk berlatih koreografi yang akan mereka gunakan untuk debut mereka. Tahap awal dari sebuah pencapaian yang akan mereka buat. Bisa saja mereka akan membuat sejarah baru tau semacamnya. Siapa yang menyangka kalau Yoongi ingin mencoba dunia entertaiment dan berada di depan kamera, sedangkan pada awalnya dia hanya berniat untuk menjadi produser saja.

"Noona, apa gerakannya akan sangat sulit?" tanya Namjoon pada Nara.

"Kita akan belajar dasar-dasar menari terlebih dulu, karna kalian berdua belum pernah menari sebelumnya."

"Ah ... nee araso noona."

"Tapi siapa yang akan mengajari ku dan Namjoon?" sahut Yoongi.

"Tenang saja, pelatih dance 'Perfect' akan mengajari kalian. Karena untuk saat ini mereka hanya perlu berlatih sendiri untuk gerakan mereka, jadi pelatih mereka tidak begitu sibuk."

"Ah ... baiklah. Kapan dia akan datang?"

"Mungkin sebentar lagi. Ah annyeonghaseo songsaeng-nim," sapa Nara pada pelatih.

"Oh, nee. Ku dengar kalian akan bersiap untuk debut."

"Iya, kita sedang menyiapkannya," jawab Yoongi.

"Ku pikir kau hanya akan fokus menjadi produser saja. Tapi ini bagus, kau bisa berlatih menari dan bernyanyi. Siapa tau kau akan menjadi seorang depyonim. Hahaha ... ," celoteh pelatih tari.

Setelah saling menyapa, Yoongi dan Namjoon mulai berlatih teknik dasar dalam menari. Sedangkan Nara, dia sibuk melatih tarian yang ia buat sendiri untuk lagu utama dalam album debut mereka.

֍─────֎

Ha Seojoon yang biasa membuat masalah kini dia menjadi lebih tenang. Dia tidak lagi mengomel tanpa alasan di kelas seperti biasanya. Entah karna Ha Soojin atau apa, kini dia menjadi dirinya kembali.

"Ya ... Ha Seojoon," sapa Yoongi.

Soejoon berbalik menghadap arah suara yang memanggilnya. Kini mereka saling berhadapan di koridor sekolah. Siswa yang berada di kelas sepanjang koridor tersebut mulai mengamati mereka dari dalam.

"Wae?"

Jawaban Seojoon sedikit datar dan tidak ada amarah di dalamnya.

"Apa kau baik-baik saja?"

"Hah?" desisnya sambil menyeringai, "apa kau salah makan? Mengapa bertanya keadaan ku?"

"Hanya saja kau tidak bertingkah seperti dirimu."

"Memangnya kau tau apa tentang diriku?"

Seojoon meninggalkan Yoongi sambil tersenyum sinis. Masih terlihat jelas di wajah Ha Seojoon bahwa dia tidak menyukai Min Yoongi.

Yoongi segera kembali ke kelasnya setelah mencoba berbicara dengan Seojoon. Seperti biasa dia hanya duduk dan menatap jendela yang mengarah ke lapangan. Dia melihat Ha Soojin di luar sana, tanpa ia sadari ujung bibirnya mulai terangkat.

"Ya. Kenapa kau tersenyum?"

Suara Nara memecah lamunan Yoongi. Seketika ujung bibirnya kembali turun dan datar.

"Aish. Wae?"

"Aish? Aku hanya mau memberikan ini, dasar."

Yoongi melihat kertas yang dilemparkan Nara di atas mejanya. Itu seperti puisi, namun dia belum yakin mengenai isi tulisan tersebut. Ponsel yang berada di kantung celananya tiba-tiba berbunyi, ada satu pesan masuk dari nomor tidak di kenal.

'Oppa, naya. Ha Soojin. Aku tidak tau bagaimana harus memberikan kertas itu, jadi aku menitipkannya pada Nara eonni. Kita harus meluruskan semuanya. Sepulang sekolah aku akan menunggu mu di kafe dekat agensi.'

֍─────֎

Hari semakin gelap, Soojin masih menungu Yoongi namun yang dinantikan tak kunjung menemuinya. Saat soojin mulai beranjak dari tempat duduknya, tiba-tiba Yoongi datang. Terlihat ada sebuah senyum yang menghiasi wajah gadis itu. Dia kembali terduduk dan mulai memandangi Yoongi.

"Katakan. Aku tidak memiliki banyak waktu," ucap Yoongi tanpa menatap Soojin.

"Hahaha. Kau masih sama dengan dulu oppa."

Soojin terlihat sangat gembira, namun tidak dengan Yoongi.

"Kalau kau hanya ingin membahas hal yang lalu, aku akan pergi."

"Kau tetap sama. Selalu membuat ku mengobrol dengan mu jika ada hal penting."

Wajah gadis itu menjadi lebih serius dari sebelumnya. Mendengar nada bicara Soojin yang berubah, Yoongi mencoba menatap gadis yang duduk di hadapannya itu.

"Kau tak perlu khawatir dengan keadaan ku. Hal yang dulu sudah menjadi masa lalu, kau tak perlu merasa bersalah atau semacamnya. Karna aku baik-baik saja sekarang, jadi kau harus hidup dengan baik. Jangan menjadi Min Yoongi yang dingin lagi. Kau tau kan, kau sebenarnya sangat manis."

Ujung bibir Soojin kembali terangkat, begitupun dengan Yoongi. Ada rasa lega yang tak bisa Yoongi ungkapkan setelah mendengar ucapan dari gadis yang telah dia sakiti dulu.

"Aku memang pengecut. Tak seharusnya aku membiarkan mu begitu saja."

"Apa kini oppa sudah berani menemui Seojoon oppa?"

"Apa kau baru saja mengajak ku kembali?"

"Mana mungkin aku melepaskan mu."

Soojin menjawab pertanyaan Yoongi dengan sangat gembira. Mata kecilnya hilang dalam senyum yang mengembang di wajahnya. Yoongi pun ikut tersenyum saat melihat Soojin.

Pertemuan itu berjalan lancar dan mereka bisa meluruskan hal yang mengyiksa Yoongi selama ini. Dia segera ke agensi untuk kembali mempersiapkan debut. Tidak seperti biasanya, wajahnya cukup enak dipandang karna kedua ujung bibirnya terus terangkat. Namjoon dan Nara yang melihat pemandangan itu saling memandang satu sama lain, seakan bertanya apa yang terjadi kepada seorang Min Yoongi yang dingin.

Namjoon perlahan menemui hyungnya untuk menanyakan apa yang terjadi.

"Hyung, kau baik?"

"Sangat baik."

'Tapi kau tersenyum, tidak seperti biasanya."

Yoongi yang fokus menghadap layar monitornya tiba-tiba memalingkan wajah dan menatap Namjoon dengan raut wajah yang menakutkan. Seketika Namjoon memundurkan wajahnya dari punggung Yoongi dan tersenyum sambil mencari pegangan pintu. Saat Yoongi mulai berdiri, dia segera keluar dari ruangan hyungnya.

"Hyung kau sangat aneh saat tersenyum. Hahaha ..." teriaknya dari luar ruangan Yoongi.

Yoongi yang mendengar itu tersenyum karna melihat tingkah lucu dongsaengnya. Hari ini wajah datar dan dingin itu banyak tersenyum, seperti musim semi yang datang menggantikan musim dingin.

SWAG MANAGERWhere stories live. Discover now